Enam belas - TOD

963 90 9
                                    

Happy Reading

"Shei, gue mau cerita sesuatu sama lo. Kira-kira lo mau dengerin gak?" tanya Chaca yang sekarang posisinya lagi duduk bersandar pada headboard kasur.

Sheila yang ada disampingnya sedang membuka halaman buku sebuah novel, namun sama sekali ga dia baca. Cewek itu menoleh ke arah Chaca.

"Kenapa Cha? lo ada masalah?"

Chaca mengangguk lesu.

"Ceritain aja. Gue siap dengerin tapi agak ragu kalo lo minta saran atau penyelesaian dari gue. Sorry gak bisa."

"Gue cuma mau cerita doang ..." Lagi-lagi Chaca menunduk, "tentang gue sama Edgar,"

"Kalian berantem?" tanya Sheila. Dia Mulai terpancing dengan cerita Chaca.

"Bisa dibilang gitu." Suara Chaca sangat parau terkadang dia batuk-batuk jika tengah berbicara.

"Terus terus? Edgar bikin lo sakit hati ya?" Wajah Sheila terlihat kesal.

"Ng, nggak. Bukan gitu ..." Chaca tak melanjutkan kata-katanya. Dia saat ini terdiam. Sementara pikirannya terus berputar memikirkan apakah dia harus menceritakan semuanya pada orang. Setelahnya Chaca berpikir dua kali. Jika masalahnya tak harus di umbar-umbar meskipun pada Sheila yang notabenenya temannya sendiri.

Sheila masih menunggu kata-kata Chaca selanjutnya. Namun cewek itu malah diam.

"Cha?"

Chaca membawa perhatiannya kembali pada Sheila. "Nggak jadi deh Shei."

Menghela nafasnya terdengar kecewa. Sheila menatap Chaca iba. "Gapapa Cha, kalo lo nggak mau cerita sama gue. Tapi kalo misalnya nanti lain waktu lo butuh audiens buat dengerin curhatan lo, datang ke gue aja. Tapi ya, kata gue tadi. Gue ragu buat kasih saran ke lo. Gue bodoh dalam hal itu." Jelas Sheila.

Chaca tersenyum. "Iya makasih ya. Ngomong-ngomong kok lo malah nyamperin gue kesini? nggak ikut mereka ngobrol?" tanya Chaca 'mereka' yang dimaksud tentu saja teman-temannya.

Sheila memutar bola matanya malas. "Ngobrolin apaan sama mereka, gak ada yang bener! Sakit kuping gue Cha denger mereka ngomong, ribut mulu!" Cibirnya seraya melirik sekilas ke arah ruang tengah yang terlihat sedikit dari sini. Menampakkan samar-samar Lisa tengah menekan kepala Bams pake tangannya.

"Lo nya aja kali Shei, yang diem aja. Biasanya aja, 'kan lo yang suka ikut ngerecokin." Jelas Chaca.

"Lagi gak mood." Sahut Sheila cemberut.




"Ayo sini, batu kertas gunting lawan gue siapa yang berani?" Bams menyodorkan lengan kanannya menantang.

"Kita mau main Tod nyet bukan mau main bekel!" Kata Lisa geregetan.

Bams menatap Lisa sambil garuk-garuk bagian kakinya yang kena gigit nyamuk. "Gak tau Tod, taunya NGEN- !" Suara Bams tertahan terus melirik Rosie yang udah melotot sementara yang lainnya juga sama kagetnya.

"Wongko NGENe kok dibanding-bandingke asek!"

Bugh

Mahen melayangkan bantal mini berbentuk love ke arah Bams yang malah joget.

"Ya Allah kok bisa ya gue ditakdirkan temenan sama Bams." Gumam Jeka dalam hati.

"Seriusan lo gak tau TOD?" tanya Rosie.

Bams menggeleng dengan muka polos, "nggak. Suer deh gak bohong! Eh maksudnya gini, gue tau, pernah denger tapi gue gak ngerti konsep mainnya gimana."

"Norrakk abis! Kocak, manusia jaman purba kali ya lo ga tau main Tod bwahaha!"

RAWR ! [97line✓]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum