16

2.2K 177 9
                                    

Semesta membacakan mantranya

menggulung jiwa-jiwa dalam asa

dan menyatukan jiwa-jiwa dalam lara

mereka menggeliat memberontak

mereka merintih memohon

pada entah siapapun 

entah setan atau iblis

entah dewa atau dewi

pada entah semesta ataupun takdir.

Alessia berada dalam situasi yang sulit. Tubuhnya kaku saat menghadapi kenyataan pahit didepannya. Sebastian, datang sendirian kepesta dansa ini, persis seperti dirinya. 

Kenyataan yang tidak pernah diprediksinya itu, membuat Alessia terombang-ambing dalam kenyataan dan ilusi semata. Dengan segenap pengendalian diri yang ada, Alessia menepi, mendekati gadis-gadis lain menjauhi Sebastian.

Keinginan menenangkan diri hanya angan-angan semata, karena putra mahkota berjalan mendekatinya. Saat bagaimana sang putra mahkota telah berdiri dihadapannya, seketika semua mata memandanginya penuh rasa ingin tahu.

Kinipun, Alessia dihadapkan dalam pilihan yang sulit. Haruskah dia bersikap seolah tidak mengenalnya? Melupakan jika putra mahkota pernah membantunya di gang belakang dan di pasar saat itu?

Namun, sapaan yang diberikan putra mahkota saat ini membawa Alessia pada pilihan terakhirnya, "Bagaimana jika kita mengobrol sebentar lady?" 

Alessia memberikan senyuman manisnya, dan memilih melupakan semua kejadian itu seketika. 'Mari bersikap seolah ini adalah pertemuan pertama mereka setelah kematian orang tua Alessia'.

Setelah melihat Alessia memberikan senyumannya, putra mahkota berbalik berjalan menajuhi keramaian. Dia mengetahui jika senyuman Alessia pertanda setuju dari ajakan yang diajukannya tadi. 

Sejujurnya Alessia memang ingin mengobrol dengan putra mahkota, tapi maksudnya tidak sekarang. Pesta dansa pun belum sepenuhnya dimulai, Alessia bahkan belum berhadapan langsung dengan Selena.

Yah, memangnya Alessia yakin bisa untuk berhadapan dengan Selena. Ketika jelas-jelas Selena justru datang bersama Louis bukan dengan Sebastian. Alessia bahkan mematung saat melihat Sebastian datang sendiri kan?

Terlalu terkejut dengan kenyataan lain yang berbeda dari ingatannya.

Nah, Alessia. Sudah berapa kali kamu meragukan ingatan mu?

Alessia dengan perasaan setengah-setengah berjalan mengikuti putra mahkota, sampai dia menyadari jika putra mahkota membawanya pada sebuah lorong panjang yang menghubungkannya dengan pintu keluar yang lain.

"Yang mulia! yang mulia putra mahkota!" 

Alessia terus memanggil putra mahkota, namun sang putra mahkota tetap tidak menghentikan langkahnya. 

"Yang mulia! yang mulia! Benedict!" Setelah Alessia memanggilnya dengan panggilan itu, barulah langkah kaki putra mahkota berhenti. Dia pun membalikan badannya seraya menunjukan senyum menyebalkannya.

Echoes: Dancing with DeathKde žijí příběhy. Začni objevovat