3

6K 551 4
                                    

Menyerah saja, dunia ini memang tidak diciptakan untukmu

Alessia mengerjap memfokuskan pandangannya pada sekitar dan melihat Sebastian masih berada disampingnya terpejam pulas dengan tangan yang saling menggenggam erat. Alessia menatap secara menyeluruh wajah Sebastian yang memang berada diatas rata-rata. Rambut segelap malam dengan bentuk rahang kokoh dan pundak yang selalu bisa dijadikan tempat sandaran dan tangan yang melingkar pas di pinggangnya selalu mengirimkan rasa perlindungan dan ketenangan. Apalagi mata itu jika terbuka menampilkan netra kecoklatan yang bila ditelisik lebih dalam selalu melihatnya dengan penuh kelembutan. Oh tuhan, sepertinya Alessia akan susah untuk kembali melepaskan.

"Jangan menatapku seperti itu, jangan pernah menatapku seperti kamu akan melepaskan segalanya" Sebastian membuka matanya dan kini netra kecoklatan itu bersitatap dengan netra safir yang selalu bisa menenggelamkannya.

"Kau harus bekerja Sebastian." Alessia melepaskan genggamannya dan mengulurkan tangannya menyentuh rambut Sebastian dan memainkannya.

"Lusa kita akan bercerai, jadi untuk hari ini bisakah kita tetap bersama?" Sebastian mencicit diakhir kalimat.

"Memangnya apa yang ingin kamu lakukan?"

Sejenak Sebastian terdiam, berifikir apa yang ingin dia lakukan seharian ini. Sebastian menangkap mata Alessia yang memandangnya penuh kasih sayang. "Seharian hanya bersamamu , selama kita menikah aku tidak pernah tau apapun tentang mu, jadi meski terlambat tolong ceritakan semua tentang dirimu sayang"

Mendengar hal itu membuat Alessia tersenyum. "aku menyukai makanan manis terutama coklat, warna coklat dan hal apapun berwarna coklat" Dan Alessia menceritakan semua tentang dirinya kecuali tentang regresi yang dialaminya. sesekali Sebastian menimpali cerita Alessia ataupun ikut juga bercerita tentang dirinya juga masa kecilnya.

"Aku pernah memukul seorang anak count sampai berdarah karna dia mengolok-olok pelayan kediaman ku sebagai perkumpulan orang buangan" Sebastian memulai cerita masa kecilnya

"Benarkah? Kau memukulnya dengan apa?" Lalu Alessia membalas dengan antusias.

"Aku memukulnya dengan pedang kayu yang biasa ku gunakan untuk latihan berpedang. Pada saat itu juga aku dipaksa untuk meminta maaf padanya tapi aku menolak dan bersikeras tidak bersalah. Jadi karena hal tersebut aku harus di kurung di kamarku sendiri  hanya dengan satu kali  makan siang selama 2 Minggu agar aku menyesali kesalahanku. Tapi sejujurnya sampai detik inipun atau tidak merasa perbuatan yang aku lakukan itu salah"

Alessia tersenyum kecil sambil tetap memainkan rambut Sebastian. Posisi mereka saat ini adalah Sebastian yang menenggelamkan kepalanya di perut Alessia dan Alessia yang menunduk memainkan rambut Sebastian.

"Aku pernah hampir mati berkali kali"

Mendengar hal tersebut Sebastian mendongkak kan kepalanya dengan mata membulat sempurna. "maksudmu?"

"Aku pernah tanpa sengaja terkunci dilemari pakaian semalaman. Aku sering kali diculik dan hendak dijual oleh pedagang budak, lalu aku juga pernah tanpa sengaja meminum racun dan tenggelam." ketika teringat hal tersebut Alessia jadi berfikir. Jangan-jangan kematian nya yang berulang saat ini adalah pembalasan karna waktu dulu dia tidak juga mati?

"Pasti sangat berat untukmu"

Alessia mendapati mata coklat yang menatapnya itu melembut dan tanpa sadar membuat senyum canggung terukir di bibirnya

"Aku sangat nakal saat itu. Terlalu sering penasaran dan ingin tau.  terlalu sering dia- diam keluar lalu membaur dengan para rakyat biasa. tapi, aku tidak pernah menyesalinya." Alessia kembali berfikir mungkin saja semua pengalaman hampir matinya itu untuk persiapan menghadapi kematian yang berulang dimasa depan sana.

Echoes: Dancing with DeathWhere stories live. Discover now