8

3.8K 310 1
                                    

Kita hanya sepasang manusia yang memilih untuk bersama, meski tidak berakhir selamanya.

Pelayan itu menuntunnya pada sebuah ruangan dengan pintu biru sebagai penghubungnya lalu membukanya dan memasukinya. Ruangan itu cukup bersih dengan satu sofa panjang dan satu sofa single ditambah dengan meja sebagai penghalang, membuatnya tampak nyaman. Namun, mata Alessia tertuju pada pintu merah yang berada didalam ruangan itu.

"Silahkan menunggu sejenak nona." kata pelayan itu dengan senyumnya.

Alessia memasuki ruangan itu dan duduk disofa panjang yang ada. Sejenak dia menunggu sampai seseorang keluar dari pintu merah yang tadi dilihatnya. Seorang perempuan dengan bekas luka memanjang dipipinya itu duduk disofa single yang tersisa, "Jadi apa yang diinginkan nona perunggu ini?" katanya.

Alessia membuka tudung yang menutupi kepalanya, membuat rambut pirangnya terlihat. Sedari awal Alessia memang menggunakan tudung untuk menutupi rambut dan matanya, karena itulah alessia dibuat terkejut karena Ecklis mengenalinya sebagai  lady Elloise.

"Kau berpenampilan sangat mencolok." tambah perempuan itu setelah melihat Alessia secara utuh.

Menutupi semburat merah yang kini menjalar dikedua pipinya, Alessia memilih fokus pada tujuannya. Tanpa ragu Alessia mengeluarkan cap miliknya dan berkata, "Aku ingin menjual semua aset ku."

Melihat cap lambang keluarga Elloise membuat Perempuan itu bersiul senang. Sepertinya rumor yang tersebar tentang mantan duchess yang ingin mengubah hidupnya itu benar. Karena seseorang yang ada didepannya ini tidak terlihat seperti perempuan pendiam yang dibicarakan orang-orang.

Dimata perempuan itu, Alessia kini terlihat seperti gadis putus asa yang ingin mengubah dunia. Yah, mungkin memang ingin mengubah dunianya kan? Karena dibalik kabut yang ada dimatanya itu, ada setitik bara api untuk mengubah dunia.

Lagi, tanpa ragu Alessia mengutarakan keinginannya, "Setengah dari harga aset itu akan menjadi milikmu, sebagai gantinya jadikan aku prioritas tertinggi sebagai pelanggan dan berikan perlindungan terbaik yang bisa kamu berikan kepada penyumbang terbesar guild informasimu. Lalu setengahnya yang lain akan aku investasikan untuk pembuatan café di tengah kota. Dengan pembagian untung lima puluh-lima puluh. Ah, omong omong aku menginginkan café anak anak."

Alessia menyukai anak kecil, itu adalah hal yang jarang orang ketahui. Karena sedari dulu Alessia tidak pernah terlihat bersama anak-anak. Bahkan ada yang mengatakan jika alasan Alessia belum memiliki anak karena dia memang sengaja menundanya atau bahkan tidak menginginkannya.

Tentu saja itu semua bohong. Pada nyatanya Alessia menyukai anak kecil, meski masa lalunya bisa saja menjadi alasan tapi, ketika Alessia melihat senyuman polos anak kecil dan binar bahagia di kedua matanya. Entah mengapa itu membuat hati Alessia terasa hangat dan nyaman. Tapi, saat ini Alessia bersyukur karena dia bercerai tanpa memiliki anak. Entah akan sehancur apa dunianya jika dia memiliki seorang anak saat regresinya.

"Café anak-anak?"  perempuan itu memebeo seolah tidak percaya.

"Ya, café Anak-anak. Ah, tolong tambahkan ini dalam daftar permintaanku. Aku ingin menjual informasi kepada seseorang. Bukan sembarang orang, hanya seseorang dengan mata abu gelap dengan rambut hitam kelam yang akan mendapatkan informasinya. Tolong berikan ini padanya."

Alessia memberikan selembar foto hitam putih kepada seseorang didepannya itu.

Perempuan itu mengambil selembar foto yang berada ditangan Alessia dan menatap bingung Alessia yang kini menyeringai melihatnya.

==

Lili tersenyum melihat berbagai macam roti didepannya. Aroma butter yang memenuhi area membuat lili tersenyum tanpa henti. Lili memang sangat menyukai roti, ah, tidak. Lili adalah seorang maniak roti. Salah satu impiannya ada mencoba semua jenis roti di dunia ini.

Echoes: Dancing with DeathWhere stories live. Discover now