2

6.1K 511 5
                                    

Bagaimana jika semuanya bukanlah kebetulan semata?

Bruk...

"Tolong bawa hamba rendahan ini bersama nyonya yang mulia"

"Menyingkirlah lili, biarkan pendosa seperti dia mendapatkan ganjarannya"

"INI SALAH HAMBA YANG MULIA!!" Teriakan lili seketika mengheningkan keributan yang ada

"Salah hamba membiarkan nyonya berbuat semaunya, salah hamba tidak menghentikan perbuatannya dan salah hamba juga membiarkan nyonya menanggung Luka seorang diri"

Atas penyataan terakhir yang diucapkan lili membuat Sebastian mengeratkan pegangan pada pedangnya. Menyadari sindiran yang kentara itu, karna secara tidak langsung dialah dalang utama dari segala luka yang dialami Alessia. Menyadari betapa bodohnya dia karna menolak perceraian pertama yang di ajukan langsung oleh Alessia.

"SUNGGUH LANCANG!!" Para ksatria yang menyadari sindiran itu langsung mengangkat pedangnya dan berusaha memenggal kepala lili

"CUKUP, CUKUP SIALAN." Teriakan alessia membuat para ksatria berhenti dan menatap tajam padanya

"Berhentilah lili, jangan bertindak seperti itu dan membuat harga diriku semakin jatuh. aku tidak butuh belas kasihanmu." suara bernada tajam itu membuat lili menitikan air matanya.

"Tapi nyonya... Mana sanggup saya melihat anda semakin jatuh setiap harinya. Mana sanggup saya melihat anda terluka setiap harinya. Sedaangkan mereka..." Matanya kini terangkat dan melihat Sebastian dengan tatapan tajamnya. " Mereka... Berbahagia saat nyonya kehilangan segalanya!!"

Kejadian selanjutnya membuat Alessia terpaku, karena kepala lili seketika terlepas meninggalkan tubuhnya.

"Lili!!!" Leher lili yang kini hanya menyisakan air mancur darah yang membuat Alessia terkejut dan berteriak tidak terima.

"Sungguh omong kosong"

Alessia memandang tajam kearah suara itu berasal. Seseorang yang sangat dibencinya terlihat dengan tidak tahu malunya. Renald kakak kandung dari Alessia sendiri dengan teganya berpihak kepada Sebastian.

Ah, Alessia memang tidak memiliki siapapun yang pantas disebut sebagai keluarga selain dari lili seorang.

***

Alessia kini menatap lili yang sedang menuangkan teh untuknya. "Jangan mati lili"

"Ya nyonya?"

"Jangan pernah mengorbankan nyawamu untukku lagi lili, kamu harus menemukan seseorang yang bisa melindungi dirimu dan orang itu bukanlah aku"

Prang.. teko yang di pegang oleh lili jatuh sedangkan sang empunya menatap penuh kesedihan kearah Alessia

"Ah, maafkan saya" dengan tangan gemetar lili memunguti pecahan yang berceceran dilantai dan kembali bersuara. " Melindungi, menjaga dan membuat nona bahagia adalah sumpah yang saya buat saat pertama kali anda memilih saya sebagai pelayan pribadi anda jadi, mati karna melindungi nona adalah sebuah anugerah terbesar untuk pelayan rendahan seperti saya"

Alessia terdiam, rasa hangat kini menyelimuti hatinya. Sepertinya membawa lili sebagai pelayan pribadinya adalah keputusan paling tepat selama hidupnya dan Alessia bersyukur atas sedikit berkah yang diterimanya itu.

"Terimakasih lili, terimakasih," dan lili hanya tersenyum sebagai balasan dari ucapan terimakasih tersebut.

Tok tok

Suara ketukan pintu membuat perhatian Alessia dan lili dan teralih"Maaf mengganggu nyonya tapi ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan kepada anda" Suara hangat itu terdengar dibalik pintu yang masih tertutup.

Echoes: Dancing with DeathWhere stories live. Discover now