12

2.7K 240 5
                                    

Berbahagialah, hanya itu pintaku padamu.


Alessia jatuh tertidur kembali setelah tangis yang panjang itu. Lili hanya bisa mengamati nyonya nya dengan kesenduan dan anak-anak pun hanya terdiam. Sampai pintu yang semulanya tertutup itu terbuka.

Semua mata memandang kearahnya.
"dia tertidur?" suara bernada pelan itu terdengar, seolah berbisik. Tapi lili masih bisa mengerti apa yang dimaksud oleh lelaki itu.

Lili mengangguk sebagai jawaban. Dengan mata yang masih mengamati Alessia lili kembali berucap dengan nada pelan tapi berhasil menarik senyum diantara dua garis bibir lelaki itu.

"Terimakasih, Yang Mulia."

Bahkan tanpa menggunakan matanya, lelaki itu tau jika lili tulus mengucapkan kalimat itu.

==

Alessia terbangun untuk kedua kalinya, tapi kini dengan lebih tenang. Matanya terasa berat dan kepalanya berputar.

Saat Alessia sadar sepenuhnya dia dihadapkan dengan anak-anak dan lili yang menatap khawatir kearahnya. Matanya mengerjap polos berusaha mengingat-ngingat alasan yang membuat mereka menatapnya seperti itu. Dan tawa yang berhasil lolos dari mulut lelaki itu berhasil membuat wajah Alessia memerah.

'Sial, apa yang kau pikirkan Alessia. Menangis seperti anak kecil itu..... '

Alessia terus merutuki kebodohannya. Rasanya dia ingin bersembunyi dibalik selimut, tapi jika Alessia melakukan itu. Justru akan membuatnya lebih memalukan lagi.

Alessia beberapa kali berdehem untuk mengurangi rasa malunya. Kini dia harus menyegarkan pikirannya. Mengingat tentang Matilda memang menyakitkan. Tapi kini, Alessia memiliki hal lain yang harus dia lakukan untuk memenuhi permintaan terakhir dari Matilda. Merawat adik-adik yang disayanginya.

Mata Alessia menatap kearah anak-anak yang akan diseponsorinya. Anak lelaki itu akan Alessia masukan ke akademi kesatria kekaisaran, lalu untuk anak perempuan paling tua itu akan Alessia jadikan tangan kanannya. Dia akan menerima pendidikan kepala pelayan dan mengurus kekayaannya nanti.

Untuk anak terakhir terakhir, anak paling bungsu. Alessia tidak tau apa yang harus dilakukan olehnya. Alessia tau jika gadis itu buta, dan tubuhnya lemah tapi, dia tidak tau penyakit apa yang diderita oleh anak itu sampai dia harus meninggal di usia dini. Fokus terhadap perawatannya akan menjadi hal utama yang harus dilakukan oleh gadis kecil itu untuk saat ini.

"Terimakasih atas bantuan kalian. saat ini, mari kita bersiap untuk pulang. Kerumah baru kalian." Mata Alessia menatap mata anak-anak itu satu persatu lalu tersenyum. Tapi, raut terkejut justru yang terlihat dari anak-anak itu.

"Pi-pirang." kata anak lelaki itu.

Alessia melihat rambutnya yang kini mulai berubah menjadi warna aslinya. Dan Alessia yakin, warna matanya pun akan ikut berubah. "Ah, maaf atas keterlambatan perkenalannya."

Alessia merapikan pakaiannya sejenak, bersikap lebih sopan dan anggun, meski masih tetap berbaring dan bersandar ditempat tidur.

"Saya, Alessia Elloise yang akan menjadi sponsor kalian semua. Sampai kalian menjadi dewasa dan bisa berdiri sendiri."

Lalu Alessia menunjuk kearah lili dengan telapak tangannya seraya memperkenalkannya. "Yang berada disamping saya adalah lili, pelayan sekaligus seseorang yang akan mengurus kalian nantinya."

Lili dengan sigap berdiri dan membungkuk sopan sebagai perkenalan. "Jika kalian butuh sesuatu cukup katakan saja, karena saya tidak menggigit dan memarahi orang tanpa alasan."

Echoes: Dancing with DeathWhere stories live. Discover now