Terlalu Cinta

14 4 4
                                    

Nggak ada yang mau jatuh cinta sendirian, nggak ada yang mau juga menyimpan perasaan itu sendirian. Tapi daripada menanyakan perihal mau dan tidak mau, bagi sebagian orang mengendalikan diri menjadi hal yang lebih penting, demi kebaikan banyak hal termasuk di dalamnya ketakutan akan rasa kecewa atau patah hati.
Memang tidak semua orang takut untuk jatuh cinta, mengungkapkannya, menerima apapun hasilnya. Sebab mereka juga tidak takut jatuh cinta lagi, memperbarui cerita lagi. Sayangnya, kebanyakkan kisah selalu berakhir dengan kecewa dan patah hati.

Dan Rensa, salah satu dari yang takut kecewa dan patah hati. Meski sudah tahu hasilnya tapi tetap dia menyimpan perasaan itu dengan rasa takut, dia tidak mau menyatakan tapi tidak mau pula memendam terlalu dalam dan terlalu lama. Namun justru ketakutan itu membawanya pada perasaan yang mengerjainya, menariknya pada perasaan yang justru makin dalam dan sulit dijelaskan, sulit pula dikendalikan.
Barangkali menjadi mudah jika perasaan itu tidak diperbarui setiap saat, tapi sayangnya Rensa selalu dibuat jatuh cinta kembali pada tiap-tiap hal yang baru ditemukannya pada diri seorang Arjuna.
Barangkali menjadi mudah pula jika tiba-tiba dia amnesia pada perasaan yang disimpan untuk laki-laki itu. Tapi apa? Sudah cukup ternyata bagi Rensa terkunci pada perasaannya itu.

"Ada saatnya kamu juga harus sadar, Sa. Kalau sikap Juna yang seperti itu normal buat laki-laki. Jangan heran saat sikap laki-laki sering diluar dugaan yang kadang bisa bikin hati mencelos, jangan baper. Aku juga laki-laki, aku tahu tabiat Juna juga. Ramahnya dia dan sikap dia ke kamu yang beda daripada sama yang lain berarti dia tahu kamu harus diperlakukan kayak gimana buat dia."

Mas Aziz benar, pada akhirnya memang semua sikap Juna itu normal bagi kalangan laki-laki. Dia tidak bisa terbawa rasa hanya karena terkadang sikap dia sengaja membuat dadanya berdegup cepat dari biasanya.
Laki-laki bisa berkamuflase, mengikuti siapa yang ada di hadapannya, sama seperti Juna dia tahu siapa dirinya, sebab itu sikapnya sangat jauh berbeda dengan kawan-kawan lainnya, karena memang Rensa punya prinsip yang berbeda dengan lainnya.

Mas Aziz terkekeh ketika melihat wajah datar Rensa setelah mendengar penjelasannya. Bagi laki-laki itu sendiri Rensa sudah layaknya adik bagi dia yang tidak memiliki sosok yang harus dia ayomi, Mas Aziz sendiri memang terkenal pengayom bagi adik-adik tingkatnya, termasuk juga di Dewan Ambalan, pantas saja Kak Upik pacarnya itu merasa nyaman dan terayomi olehnya.

"Sa, jadilah orang yang mengurusi hal yang penting-penting saja. Sekiranya Juna dan perasaanmu itu menganggumu, pinggirkan, fokus sama sisi hebat dan baikmu saja. Nanti ada masanya kamu jadi orang penting bagi seseorang..."

Mendengar penuturan Mas Aziz membuat Rensa semakin dalam menghela napas, sebentar lagi masa jabatannya di OSIS habis, purna tugas dan kemudian penyerahan jabatan. Semakin sedikit waktu untuk terlibat dengan Juna, harapannya secepatnya dia segera menghalau perasaannya itu, atau setidaknya memudarkan rasa kepada Juna sebelum jabatan itu dia lepaskan.

Tapi, apakah memang semudah itu?

"Oh ya, BeeZer apa kabar?" Tanya Mas Aziz mengalihkan topik pembicaraan.

"Udah ganti susunan redaksi, Mas. Kayaknya dekat-dekat ini mau ada project short movie gitu kayaknya, nggak begitu update juga aku."

"Loh, kan ini masih tahunnya kamu yang pegang, kan?"

"Iyaa, tapi kan project short movie bukan aku yang pegang, ada sendiri. Kayaknya aku bagian bikin skrip doang, deh."

"Oooh..."

Hening lagi. Rensa tenggelam dalam lautan cerita yang terangkai di dalam kepalanya. Semalam dia baru dapat pemberitahuan itu, dan jujur saja itu mengejutkan untuknya. Tanpa aba-aba dan kode sebelumnya tiba-tiba dia diminta menjadi penulis skrip, dan yang mengejutkan lagi tokoh-tokoh yang disiapkan untuk memerankannya sudah disediakan.
Lagi-lagi nama itu ada dalam deretan casting.
Apa ini? Skrip saja belum dibuat sudah disiapkan pemerannya?
Bagaikan roro jonggrang modern, Rensa membuat outline skrip semalam suntuk, mengembangkannya sampai jadi naskah utuh esok paginya, yang kemudian disertorkan sore harinya.

Aksara Untuk ArjunaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora