5. Etika Mencintai

56 8 6
                                    

¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤
7Agustus 2017

Etika Mencintaimu

Setelah sadar jika perasaanku itu tidak hanya datang sebentar,
Dan menetap padamu itu tidak hanya sementara.
Aku menyadari itu adalah jalan yang terpilih diantara jalan lain yang tersedia,
Sedangkan resiko yang ku ketahui adalah tidak mudah dan sederhana...

Aku menjadikan itu pilihan yang memang harus kutaklukkan.
Entahlah, mengungkapkan saja juga tak bisa, mengakuinya kadang masih takut, dan menunjukkannya menjadi rasa yang paling berat,
Sejujurnya mencintaimu itu adalah bagian indah,
Merupakan fase yang menyenangkan, tapi menyadari resikonya membuatku sedikit takut.
Dan mendadak menjadi pengecut dibalik diamnya.

Sebuah etika, katanya aku harus memiliki etika ketika harus memilih jatuh cinta.
Etika Mencintai seseorang sepertimu, bagiku caranya adalah...
Diam, Berdoa, dan? Entahlah...

~Rens~

¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Kau tahu? Tuhanku maha pencemburu, Ia tak ingin cintaku menjadi sebuah kesalahan dan menjadi sebuah luka serta kekecewaan, jika aku pun salah menempatkannya.

Duhai, Kamu, yang sampai sekarang harus kucintai dengan penuh etika dan aturan, aku ingin memilikimu juga dengan cara yang baik, dengan cara yang sudah tidak biasa, mencintaimu penuh etika, melewati doa dan rangkaian sabar, juga sebuah aturan tentang bagaimana aku harus menjadi lebih baik, memperbaiki diri dengan baik untuk mendapat hadiah terbaik.

Arjuna, menyukaimu itu keputusanku, namun saat ia berubah menjadi cinta Tuhanku selalu memintaku untuk menjaga etika. Iya, Etika Mencintaimu.

Malam itu Rensa menimang sebuah kotak bergambar yang dipajangnya di sebuah lemari kaca, hampir setengah hari dia sibuk dengan kotak tersebut, membungkusnya rapi, tapi kemudian merobeknya, membungkusnya lagi dengan kertas baru, untuk dirobeknya lagi. Entah sudah berapa kertas yang dihabiskannya hanya untuk sebuah kotak itu. Kini kotak bermotif daun berwarna hijau mint itu bertengger di lemari kaca kamarnya, sebuah kertas kecil bertengger di atas, menunjukkan bahwa kotak itu adalah sebuah kado yang indah.

Tiga hari lalu, Rensa berkeliling di pasar untuk mencari sesuatu yang sekiranya bisa dia jadikan hadiah. Dan itu harus unik, dan khas untuk si penerimanya. Lalu, sebuah kaus bermotif Army, menarik perhatiannya, untuk kemudian dia beli, dijadikannya sebuah hadiah khusus dan spesial untuk seseorang.

"Pas, kata Babeh juga bagus kalau dibuat cowok kayak dia..."

Bisik Rensa pada dirinya sendiri setelah berhasil membawanya dari pasar bersama Sang Ayah.

Yup, Rensa mengajak ayahnya untuk mencari kado itu, ayahnya juga yang memberikan pertimbangan dan penilaian sebelum akhirnya ia membeli kaus itu. Rensa tidak hendak meminta ayahnya untuk membayar kado itu, Rensa membelinya sendiri dengan uang hasil tabungan jajannya selama beberapa hari yang lalu. Khusus untuk membeli sebuah kado seseorang di hari ulang tahunnya.

"Udah kayaknya, ya? Udah bagus, kok. Cakep. Agak mleyot dikit nggak apa-apa lah, ya..."

Rensa berdialog sendiri dengan kado yang di lihatnya itu, untuk kemudian beralih pada sampah-sampah yang berserakan di kamar, lalu membereskannya.

_•••_

Hari ini durasi latihan lebih singkat, sebab harus menghemat tenaga dan istirahat, mengingat 10 hari lagi Aubade akan segera dimulai. Maka setelah selesai latihan itu, para pengurus OSIS segera melaksanakan rapat seperti yang sudah di tentukan.
Sebab kurang lebih dua minggu selepas Aubade itu akan ada proker yang menanti mereka, yaitu MABIT (Malam Bina Iman & Taqwa) untuk para pengurus OSIS baru yang telah lolos seleksi.

Aksara Untuk ArjunaWhere stories live. Discover now