4. Aksara Merdeka

58 10 2
                                    

"Pengumuman, kami tujukan kepada seluruh pengurus OSIS, baik kelas 10,11, maupun 12, dimohon berkumpul menuju aula, untuk melaksanakan latihan aubade, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih."

Suara itu bersumber dari pengeras suara yang menggema di setiap ruang kelas, menarik perhatian setiap penghuninya.
Terutama ruang kelas Rensa, yang dengan spontan membuat dia melirik ke bangku-bangku temannya. Mereka harus ijin meninggalkan kelas lagi untuk latihan Aubade yang menyisakan waktu seminggu.

Yap, Aubade, adalah sebuah bentuk rangkaian perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia, dimana kami, siswa siswi yang sudah dipilih untuk menyanyikan lagu-lagu nasional dalam Upacara Kemerdekaan Republik Indonesia, dengan gerakan-gerakan yang sudah ditentukan untuk menambah gelora kebangsaan para pemuda.

Sesuai ekspektasi Rensa, latihan ini akan banyak memeras tenaga, tidak hanya tenaga, bahkan suara pun akan bekerja lebih ekstra. Menyanyikan lagu nasional dengan lantang sambil mengobarkan semangat di dalam dada, apalagi? Jiwa korsa?, jelas disini diutamakan, penanaman rasa kesatuan, dan kecintaan terhadap sesama kelompok, kesetiaan pada sesama tanpa keegoisan, juga sebuah perasaan daya juang.

Rensa akan selalu menikmati momen ini, menikmati tiap-tiap hal yang bisa diambil hikmah untuk kedepannya, bukan cuma tentang gelar juara, tapi juga semangat kemerdekaan dan nasionalisme yang harus tetap tertancap di dalam dada para penerus bangsa.

Hari ini, ada yang tidak bisa dia jelaskan sebab hanya bisa berhenti di sebuah benak, menyebalkan memang ketika seharian pertanyaan yang dilontarkan temannya, Ilma, tadi pagi mengganggu rutinitas yang biasanya aman dan damai tanpa kerepotan akan pertanyaan yang mengganggu.

"Menyebalkan!"

sambil meremas kemasan air minum ditangan, Rensa berusaha menyingkirkan pertanyaan yang mengganggu benak.

"Kamu pernah naksir nggak, sama temen organisasi?"

Anggap saja itu adalah pertanyaan asal dan iseng yang Ilma lontarkan pagi ini, karena pada dasarnya dia juga tahu anak itu selalu dengan random melemparkan pertanyaan-pertanyaan secara asal dan biasanya hanya iseng. Tapi tidak untuk pertanyaan kali ini, jika boleh dianggap ini adalah pertanyaan sensitif untuknya.

Kita semua sama-sama tahu, bagi anak Organisasi di sekolahnya ini, jatuh cinta dan menjalani hubungan dalam sebuah organisasi adalah sebuah kesalahan, dan bisa pula dianggap pelanggaran. Seperti sebuah peraturan tak tertulis dari jaman dahulu bahwa dalam satu organisasi tidak dibenarkan melibatkan sebuah hubungan pribadi, jangankan satu organisasi sesama organisasi meski bukan dalam satu naungan-pun sudah sangat terlarang disini.

Dia tahu, Rensa sungguh tahu hal itu. Maka dari itu dirinya enggan sekali mengatakan lebih banyak hal tentang perasaannya saat ini. Tapi, pertanyaan itu membuatnya begitu sensitif.

"Masa iya dia tahu ada yang aku suka?"

"Atau enggak? Atau ada orang lain yang dia maksud?"

"Tapi, kalau gitu kenapa dia tanyanya ke aku?"

Entah sudah yang keberapa kali sejak pagi tadi Rensa melamunkan hal itu, tapi memang dia selalu mengkhawatirkan perasaannya sendiri yang sudah beberapa bulan ini dia sembunyikan.
Nyaris setahun sejak Agustus tahun lalu hingga menjelang Agustus lagi tahun ini.
Rensa sendiri pun enggan berkompromi dengan baik-baik bahwa perasaan ini bukan sesuatu yang tepat, maka sejujurnya sudah sejak lama dia juga ingin berhenti, namun yang terjadi malah sebaliknya, perasaan itu nyaris berkembang biak setiap hari setiap dirinya bertemu muka dengan laki-laki itu.

Jika boleh bertanya secara langsung dan mengatakannya, Dia ingin sekali menanyakan banyak hal malam itu,

"Mengapa malam itu aku harus terus berada dalam situasi yang mengharuskannya bersama dengan Arjuna?"

Aksara Untuk ArjunaWhere stories live. Discover now