Dialah Orangnya

19 4 15
                                    

Kalian tahu tentang sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Sammy Simorangkir judulnya "Dia"?.
Pada lirik bagian reffrain-nya pernah membuatku seolah benar-benar larut dan menjadikan lirik dari lagu itu adalah ungkapan isi hatiku...

"Kuingin dia yang sempurna, untuk diriku yang biasa.
Kuingin hatinya...
Kuingin cintanya...
Kuingin semua yang ada pada dirinya..."

Benar, dan memang benar. Di kacamataku saat itu Arjuna adalah laki-laki yang sempurna, tak hanya sekedar pas untuk aku sukai, selebihnya aku pendami perasaan untuknya.
Kadang rasanya seperti terlalu buta, tapi memang begitu.

Jika saja orang itu bukan Arjuna, maka mungkin tidak akan sedalam itu rasanya.
Jika saja orang itu bukan bernama Arjuna, maka bisa saja aku tak pernah mau mengenal dan kemudian menyuratkan namanya di sini.
Jika saja dia bukanlah Arjuna yang kumaksud, maka bisa saja cerita yang ini juga tak pernah ada dan bisa dibaca.

Itu karena, Dia.
Dan Dia itu adalah, Arjuna Dirga Abimana.
Dialah orangnya.

¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Rensa termenung melihat pamflet yang baru saja dia terima di grup chat. Ya, permasalahannya belum genap dirinya untuk istirahat setelah melakukan persiapan kompetisi majalah 3 Dimensi, tapi sudah dijejali program kerja baru OSIS yakni Milad Madrasah, atau bisa dibilang ini adalah event ulang tahun sekolah.
Rasa-rasanya tak ada jeda untuknya merehatkan otak, atau bahkan merehatkan fisik dan hatinya.
Rensa jarang sakit, tapi sekalinya tumbang temponya sangatlah panjang, bisa sampai semingguan.

"Semangat!!!" Bisik Ilma dari arah belakangnya, dan senyuman tipis adalah balasan yang mampu Rensa berikan.

"Tenang, OSIS kan cuma jadi tangan kanannya sekolah aja, semua udah ditanggung sekolahan, nggak mau tahu, aku nggak mau repot lagi." Lanjut Ilma dengan nada setengah menggerutu.

"Bagus juga deh, kalau misal aku dapetnya sie dekor aja. Nggak perlu ribet kesana sini, tinggal pakai banner dari sekolah yang nyediain juga."

"Semangat! Semangattt!"

####

"Aku nggak bisa ikutan rapat, Win. Masih harus bantuin buat lomba Mading 3D besok di UNS."
Rensa dirundung bingung sebab rapat dadakan OSIS bertepatan dengan dirinya yang harus menyelesaikan printilan akhir menuju lomba yang bakal dijumpai timnya 2 hari lagi.

"Terus besok pas hari-H tim dekor cuma aku doang yang jadi penanggung jawab, Rens? Padahal kan yang tahu konsep dekor seluruhnya kan kamu. Gimana nanti kalau kamu tinggal?"

"Aku nggak ke UNS, Win. Perwakilan aja, aku tetep prioritas di OSIS, kok. Cuman kalau hari ini aku nggak bisa banget ikut rapat karena beneran ini mepet banget harus dilembur madingnya, masih 85% soalnya."

"Emm, yaudah deh. Rapatnya hari ini gapapa aku handle sendiri, tapi hari-H kamu beneran ada kan?"

"Ada, Win. Tenang..."

Mungkin bukan bermaksud apa-apa juga, Rensa tidak mau otaknya terbagi di dua tempat, meski sebenarnya bisa saja Rensa melalukan 2 hal dalam satu waktu, tapi Rensa enggan, bagaimanapun meski hanya tim kecil, tapi perlombaan ini adalah untuk pertama kalinya Rensa ikuti dengan antuasias dan sepenuh hati. Dengan tim yang bagi Rensa juga sangat menyenangkan dan sepemikiran-sehati.
Mungkin, nanti kalau sudah terbantu banyak di sini Rensa akan undur diri dan lanjut ke rapat OSIS.

"Kamu tuh istirahat juga, Rens, sekali-kali. Badan kamu cuma satu nggak bisa dibagi ke banyak tempat..."

"Iya, Rens. Udahlah badan kurus kering gitu ntar tambah kerempeng kamu, kayak kurang gizi. Rehatlah bentar."

Aksara Untuk ArjunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang