"Tunggu di sini gue mau ambil motor," ujar Aral sembari menyodorkan taskan ke tangan Pelangi,"Pegang."

Pelangi memperhatikan tas Aral, kenapa tas cowo enteng banget yaa, Pelangi jadi curiga kalo Aral sekolah cuma bawa tas, tapi gak ada isinya. Ia meraba tas Aral, penasaran. Tukan tidak ada buku di dalamnya, hanya ada pulpen, itupun cuma satu.

"Kayanya cowo kalo sekolah cuma bawa tas kosong deh," gumam Pelangi.

Suara kelakson membuat Pelangi menghentikan pergerakan tangannya. Waduu yangg punya nya datangg, kalo tau tasnya aku raba-raba pasti aku di tendang, kalian jangan cepuu yaaaa....

"Naik," titahnya.

"Iya." Pelangi memegang pundak Aral, motornya begitu tinggi sehingga Pelangi butuh pegangan.

"Tunggu," suara Aral menghentikan Pelangi yang baru saja duduk di atas motornya.

"Turun."

"Hah?" tanya Pelangi. "kan belum sampe ko udah di turunin," lanjutnya.

"Turun dulu, pake jaket gue, rok lo pendek," ucap Aral menjelaskan. Dia membuka jaketnya.

"Eh...makasih ya Aral." Pelangi menatap Aral dengan senyuman manis, ia jadi salah tingkah, kirain mau di turunin kan belum sampe. Batin Pelangi.

Motor melaju dengan kecepatan sedang, angin berhembusan melawan wajah mengacaukan rambut Pelangi yang di gerai. Aral melirik dari kaca spion, Pelangi tengah sibuk menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah cantiknya, eh apa tadi cantik. Aral menggelangkan kepalanya.

"Aral kalo kamu pusing, aku aja yang bawa." Pelangi melihat Aral menggelengkan kepalanya, apa dia lagi sakit?

"Gak. Yang ada gue masuk rumah sakit," ucapnya dengan nada jutek.

"Ya ampun Aral, suuzon banget ih!" ujar Pelangi, tidak terima. Ya walaupun dia memang belum lancar tapi tidak seburuk itu ko.

"Lo harus putusin Arnesh Pel," ucap Aral pelan.

"HAH? APA? SEBLAK? IYA AKU MAU!" teriak Pelangi yang tidak mendengar ucapan Aral.

"Lo ngode?"

"HAH APA? KADO? AKU BELUM ULANG TAHUN, TAPI KALO MAU NGA—"

"Gak usah teriak-teriak gue enggak budeg," potong Aral dengan suara yang agak keras. Jujur saja suara Pelangi ini berisik, mana ngomong pas di sebelah kupingnya.

"Oiya, sate juga bole," ucap Pelangi tambah ngaur.

Kasian Arnesh punya cewe budeg. Batin Aral.

.
.
.

Di ruangan yang di dominasi cat berwarna putih. Dua orang sedang terlibat dalam sebuah perdebatan intens. Suasana memanas seiring dengan argumen yang berbenturan.

"Aku di sini lagi sakit, dan apa ini Arnesh—" ucap gadis dengan nada menahan emosi dan tangis. Ia menunjukkan ponselnya,"kamu malah berduaan sama cewe lain!" lanjutnya.

"Dia di kantin sendirian, jadi gu—"

"Kamu harusnya jauhin dia!" potong gadis yang masih menggunakan pakaian rumah sakit.

"Gue enggak bisa jauh-jauh dari dia," ungkap Arnesh dengan jujur.

"Arnesh, kamu bilang aku satu-satunya, apa itu semua cuma omong kosong?" tanyanya dengan nada lirih.

Arnesh menatap gadis di depannya, wajahnya pucat, rambut yang tidak terurus. Arnesh membawa gadis itu kedalam pelukannya, mengusap lembut rambut panjangnya.

"Lo tetep jadi orang yang spesial buat gue, lo selalu jadi yang utama," jawab Arnesh.

"Kamu pilih aku atau Pelangi?" Pertanyaan yang sulit. Tentu saja Arnesh tidak ingin kehilangan keduanya.

Arnesh mengurai Pelukannya."Gue enggak bisa pilih, gue sayang lo berdua."

"Egois! Kamu itu egois! Sadar enggak kalo kamu itu egois Arnesh!"

"Pergi dari sini!"

"Flo—"

"Stop Nesh! Pergi aku bilang!" teriak Flo dengan marah. Flo masih menahan diri agar tidak melemparkan semua barang yang bisa ia jangkau.

Arnesh Menatap Flo dengan tatapan yang begitu teduh. Tapi otaknya berpikir keras, darimana Flo dapet video itu.

"Oke." Arnesh mengalah, Dia melangkahkan kakinya keluar. Seperti teringat sesuatu, astaga dia lupa kalo dia berjanji akan mengantar Pelangi pulang. Arnesh berlari, Dia melihat arlojinya, Pelangi pasti sudah sampai rumah.

.
.
.

Sekitar 20 menit Aral sudah sampai ke tempat tujuan, yaitu rumah Pelangi.

"Aral makasih ya," ucap Pelangi dengan tulus.

"Hm."

"Mau mampir dulu enggak? Ada air mah," ujar Pelangi.

"Gak perlu, lo cuci aja jaket gue. Yang bersih." Setelah mengatakan itu Aral pergi meninggalkan rumah Pelangi.

"Eh..." Pelangi menatap jaket Aral yang melingkar di pinggangnya.

"Hati-hati, Aral," lanjut Pelangi sedikit berteriak.

Arnesh mengepalkan tangannya, melihat interaksi antara kekasihnya dan sahabatnya. Apa-apaan Aral ini. Dari rumah sakit dia gila-gilaan membawa motor. Mendapat berbagai makian dari pengendara lain. Setelah sampai di rumah Pelangi, dia malah di suguhi pemandangan yang bikin gerah hatii.

"Aral bangsat!" umpatnya.


Alloooo

Selamat datangg di ceritaa

Pelangi Untuk Cadaa

Gimana nii part inii

Semogaa sukaa yaa

Jangan lupaa vote banyakk banyakk

Teruss komen banyakk banyakk

Biar akuu tambah semangatt

Kalo ada typo mohon di maafkan

Ajak semuaa keluarga, mantan,
pacar, temen, sodara

Buat bacaa ceritaa akuu.

Terimakasih🍓

Papaiiiii

Sampai jumpa di bab bab

Selanjutnyaaaa

saranghaeee💗

Pelangi untuk CadaWhere stories live. Discover now