CHAPTER 7 : Membutuhkan.

5K 275 100
                                    

Haruna kira Kaivan akan mengajaknya pergi ke tempat wisata atau kafe-kafe aesthetic daerah Dago atau pun tempat-tempat santai sekitar Braga

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

Haruna kira Kaivan akan mengajaknya pergi ke tempat wisata atau kafe-kafe aesthetic daerah Dago atau pun tempat-tempat santai sekitar Braga. Namun pemikiran itu mendadak lenyap saat mobil yang mereka tumpangi hanya berputar-putar tanpa arah yang bila di total jumlah waktu yang mereka habiskan cukup untuk memutari daerah Kabupaten Bandung Barat hingga keseluruhan tempat yang ada di Kota Bandung.

"Mau ke mana sih, Van?"

Lama berdiam dengan berbagai pikiran yang saling berkecamuk, Haruna pada akhirnya menyuarakan pertanyaannya kala ia merasa bahwa sedari tadi ia dan Kaivan tak kunjung sampai.

"Tempat di mana kita bisa mendapatkan ketenangan, Haruna," balasnya tenang.

Haruna menoleh sejenak, ada yang berbeda dengan pria itu malam ini. Kaivan biasanya akan mengajaknya berbicara di sepanjang perjalanan kala mereka hendak bepergian bersama. Bercerita tentang hari-hari mereka atau pun cerita masa kecil yang meskipun diulang-ulang mereka tidak pernah merasa bosan sama sekali.

"Ya ke mana, Van? Kita udah dua jam loh muterin Bandung. Bentar lagi adzan juga," ujarnya menyampaikan keluhan.

"Kapan kamu akan menceraikan Hestama?" Pertanyaan itu meluncur tenang dari bibir pria itu. Tatapannya yang sedari tadi menatap jalanan kini semakin menajam seiring dengan pegangan tangannya pada setir kemudi yang semakin menguat.

Dan pertanyaan itu tentu saja membuat Haruna sedikit terkejut. Meskipun ia telah memprediksinya bahwa kapan saja Kaivan akan menanyakan hal ini namun tentu saja ia tak pernah mengira bahwa Kaivan akan menanyakannya di kala usia pernikahannya dengan Hestama baru genap satu bulan.

"Apa sih kamu, Van?" balasnya enggan menjawab.

"Kamu bilang kamu butuh waktu tiga bulan untuk mengakhiri semuanya." Suara itu mengudara bersamaan dengan desau angin yang menabrak masuk melalui kaca mobil sebelah kanan yang Kaivan biarkan terbuka.

"Atau jangan-jangan kamu beneran menikmati pernikahan sialan itu karena kamu dan dia dulu—"

"Kenapa sih, Van?" Mendadak suara dengan nada tak suka itu memotong pembicaraan Kaivan yang Haruna tahu akan membawa-bawa perihal sesuatu yang sudah lama berusaha ia kubur rapat-rapat.

"Kamu ini kenapa sebenarnya? Sebelum-sebelumnya kamu nggak pernah lho mempermasalahkan soal ini. Lagian kalau yang kamu maksud tentang hal itu, kamu nggak perlu takut. Aku bukan Haruna yang dulu kalau kamu lupa," ujarnya dengan suara yang kembali tenang.

"Tiga minggu lagi aku mau menikah."

Pada akhirnya kalimat yang tertahan di ujung tenggorokan itu keluar bagaikan sambaran petir di siang hari. Mendadak Haruna merasakan sekujur tubuhnya membeku, fakta ini tak bisa ia terima begitu saja. Tidak. Kaivan tidak boleh menikah dengan siapa pun itu. Biar saja ia memang egois. Ia tidak mau kehilangan Kaivan namun mengakhiri semuanya dengan Hestama juga rasanya ia tak sanggup.

Love And Hurts (On Going)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz