27. Marah

758 99 5
                                    

"Ehh!!

Max menjerit kaget saat leher belakangnya di angkat dari tanah hingga terdengar suara laki laki di atas kepalanya yang terdengar tenang namun menyimpan sedikit kemarahan di dalamnya

"Dari mana hmm?"

Max menoleh kaku dan mendapati alex, gliam, darex, clio, ziora menatapnya dengan tatapan datar yang membuatnya tanpa sadar membeku gugup

"Max" panggil gliam dengan tatapan datar yang tak pernah ia lihat sebelumnya

"I-iya?" Tanya max gagap

"Dari mana aja ini dah malem loh"tanya clio dengan senyum tipisnya namun tidak dengan matanya yang menatapnya dingin

"Tadi ada urusan bentar" jawab max sambil menekan rasa gugup yang bahkan sudah lama tak ia alami

Bohong jika ia tak takut dengan tatapan mereka. Apa lagi mereka sudah bukan ia anggap sekedar target misi saja.

Tatapan orang asing dan tatapan orang yang sudah ia anggap sebagai orang terdekat itu berbeda rasa

Dulu ia hanya manusia yang bertugas membunuh manusia. Tinggal dengan Galen memberinya nostalgia sebelum menjadi assasin namun sebelum nya dia hanya ia anggap sebagai target misinya saja namun ntah seberapa dingin hati seseorang pasti akan meleleh di bawah perawatan yang hangat, apa lagi dirinya yang bahkan tak pernah mengalami perasaan dirawat oleh orang lain. Lama lama muncul rasa keakraban dan kenyamanan di hatinya.

Makanya terasa berat saat ia akan meninggalkan dunia misi apa lagi ingatan mereka terkait tentang dirinya akan di hapus.

Max menunduk dengan tatapan yang di penuhi kesedihan dan nostalgia

"Mereka pun akan melupakan nya kan"tanya max  pada laho

[....]

[ Iya tuan ]

"Max kau..."

Mengangkat kepalanya, matanya sudah kembali ke tatapan tenangnya dan tak meninggalkan rasa kesedihan dan nostalgia sebelumnya

"Kita kembali ke penginapan dulu" sela ziora dengan nada dingin

Akhirnya mereka ber 6 kembali ke penginapan dulu dan sampai pada pukul 8 malam yang membuat ke-5 remaja tersebut lebih mendatarkan wajahnya

"Waktu kenapa berjalan begitu cepat sih"batin max tertekan

"Jadi?"

"Khem... aku sedang mengecek daerah sekitar" jelas max berbohong tanpa berkedip

"Yang bener?"

"Iya"

Mereka berlima menatap max dengan tatapan menyelidik

"..." menahan tekanan dari para remaja, max berusaha tetap tenang walau hatinya tak karuan

"Tapi kenapa kau terluka?" Dengan dingin darex bertanya yang di angguki semuanya

"Aku tak sengaja jatuh dari tebing?"jawab max bingung dengan apa ia harus beralasan

"Semua yang kau ucapkan bohong "ujar gliam dengan serkas

Tatapan yang menatap max semakin dingin dan marah yang membuat max tambah tertekan "..."

"Hufh~ max kalo kamu pergi setidaknya jelaskan kemana dan berapa lama. Kita khawatir" ujar clio dengan tatapan khawatirnya

Max terdiam dengan tatapan kaget dan tersadar

"Mereka tak marah karena aku meninggalkan mereka sendiri. Kukira mereka marah karena bagaimana pun mereka masih asing di dunia ini dan ingin bergantung dengan ku. Tapi... mereka khawatir padaku yang mungkin mereka kira aku lebih kenal dengan dunia ini."

Perasaan max rumit

Aneh, bukankah mereka hanya anak yang masih berumur belasan, bagaimana mereka khawatir padaku yang sudah berumur lebih dari 1000 tahun

Mereka hanya anak anak baginya yang sudah ia anggap sebagai adik. Apa mereka tak merasa takut pada tempat yang bahkan sangat bertolak belakang dengan tempat mereka tinggal sebelumnya

"Maaf" gumam max dengan perasaan bersalah

Mereka hanya bisa menghela nafas panjang dan menekan perasaan marah mereka 

"Baiklah lebih baik sekarang kita makan malam"ujar gliam sambil tersenyum 

"Ayooo!!" Semangat darex yang mengagetkan mereka semua dan tertawa

"Oyy kenapa lu semangat banget anj haha"
"Kaget njir "
"Wkwk Laper banget y lu"
"Ck berisik"

Max menatap mereka yang sudah kembali tertawa dengan gembira pun merasa kehangatan di hatinya.

" Baik lah melindungin para bocah keknya gak terlalu merepotkan "

"...jadi laho bagaimana hasil dari penyelidikan mu"

[ Baik tuan hasil penyelidikan sudah keluar  ]

.
.
.

Di tanah yang tandus berwarna hitam dengan langit yang selalu menunjukan langit gelap tanpa ada kehangatan dan sinar dari matahari

Wilayah Tanah Iblis

"Tuan"

Dengan puluhan dokumen di tangannya Empistos sang tangan kanan raja iblis menaruh puluhan dokumen tersebut ke meja kerja raja iblis dengan suara "bug" yang cukup keras saat ia menaruhnya

"Bukan kah kau terlalu sopan?" dengan senyum sinis di wajahnya Mavros Daimonas sang pengusaha wilayah iblis mengkritik bawahannya yang kurang ajar

Empistos hanya tersenyum rubah dan tanpa merasa dirinya salah ia hanya tersenyum dan menunjuk ke tumpukan dokumen dengan jarinya.

"Tuanku yang terhormat~ saya akan sopan jika tuan mengerjakan tugas anda" ujar Empistos dengan senyum manisnya

"Hah?! Bukankah aku sudah mengerjakan semuanya?" Enteng Mavros sambil mengangkat bahunya

"SUDAH SEMUA?!! Hufhh~ tuanku~ anda cuman perlu mendatangani dan lihat apa ada masalah di dokumen tersebut namun bahkan anda tak mengerjakan itu dan menyingkirkannya ke pojokkan!!!" Ucap Empistos sambil menahan amarah yang merayap di hatinya sambil menunjuk  3 tumpukan dokumen yang sudah setinggi manusia di pojokan ruang kerjanya

"Owh~"

"Owh cuman owh?!!!! Akhh!!!! resign boleh gak sih"batinnya stress

Namun berbeda dengan isi batinnya, di permukaan ia hanya tersenyum tanpa emosi dan hanya bisa menghela nafas lelah hingga ia mengingat sesuatu

"Owh y tuan, ada surat dari tuan damian" sambil mengambil 1 surat yang tidak mencolok di antara ratusan surat ia pun menyerahkannya ke tuannya

"Owhh! Mari lihat apa yang pembunuhku ingin katakan hehe" dengan tawa lirih ia mengambil surat tersebut dan membacanya

"Apa ini?!, aku juga ingin bertemu dengannya, sialan kenapa dia tak menahannya saja dan biarkan aku bertemu dengan nya "keluh Marvos dengan cemberut

.
.
.

Vote,komen and follow akun ku

Bye

Novel World Destiny ChangerWhere stories live. Discover now