Nara menoleh, rupanya gumaman lelaki itu samar-samar terdengar oleh Nara yang berada di hadapannya.

"Kenapa Devan?"

Aldev sedikit tersentak kemudian akhirnya menggeleng pelan. "Gak apa, gue cuman bilang makanan ini enak," jawabnya asal.

"Loh, kok Devan tau? Devan bahkan belum pegang sendoknya loh, kok udah bisa tau rasanya enak?" tanya Nara yang membuat Aldev sedikit kelagapan.

"Banyak tanya ya lo, udah makan aja makanan lo, gak usah ngurusin gue," jawab Aldev sedikit ketus.

Nara merengut. "Galak banget, padahal Nara cuman nanya," lirihnya pelan.

•••

"Devan lihat Nara, lucukan?" tanya Nara sambil memperlihatkan bando telinga rubah yang tengah ia gunakan saat ini.

Sudut bibir Aldev sedikit terangkat. "Biasa aja," jawab lelaki itu.

"Orang lucuu kok, Devan ini seleranya jelek sekali," ejek Nara.

"Lah, kan lo nanya pendapat gue? Menurut gua itu biasa aja, gak ada lucu-lucunya," ucap Aldev.

"iyadeh, terserah Devan aja! Nara mau lihat jepitan lucu di sana aja, Devan jangan ikutin Nara, Nara ngambek soalnya sama Devan!" Nara berjalan menjauhi Aldev.

"Dasar bocil."

Aldev tetap mengikuti gadis itu dari belakang, kalau hilang bisa bahaya. Setelah menghabiskan waktu hampir sejam di toko pernak pernik, keduanya berjalan ke bioskop mall yang terletak di lantai paling atas.

"Lo tunggu sini, jangan kemana-mana! Gue mau beli popcorn sebentar," ujar Aldev memperingati gadis itu agak tidak menjelajah ke sana kemari.

"iyaaa, memangnya Nara anak kecil apa," sewot Nara tidak terima.

"Bukannya emang iya," ujar Aldev enteng.

"IHHHH ENGGAKKK, NARA SUDAH BESAR YA DEVAN!!!" pekik gadis itu mengundang banyak pasang mata melihat ke arah mereka.

Aldev spontan langsung membekap mulut gadis itu. "Suara lo kayak toa ya, ini bioskop Anara!" geram Aldev.

"Maaf ya semuanya, pacar saya memang kayak toa suaranya."

Aldev meminta maaf pada seluruh pengunjung di sana, tanpa tau bahwa seseorang yang tengah dia bekap mulutnya kini wajahnya berubah menjadi merah padam.

"Astaga Nara, lo kehabisan napas ya? sorry-sorry, ayo napas yang bener sekarang."

Aldev panik dan segara melepaskan bekapan itu dengan cepat, mengira bahwa gadis itu kehabisan napas karena ia bekap mulutnya.

Nara menutup wajahnya dengan telapak tangannya. "Devan udah sana beli popcorn dulu, Nara mau ke toilet."

Gadis itu berlari ke arah toilet dengan wajah yang masih ia tutupi dengan tangannya. Nara masuk ke dalam salah satu bilik kamar mandi dan duduk di kloset yang sudah ia tutup.

"Untung tadi Devan kiranya Nara kehabisan napas," ucap gadis itu menghembuskan napas lega.

"aaaa Nara malu bangett!! Devan juga tadi kenapa bilang kalau Nara pacarnya Devan sihhh! Naranya kan jadi salting."

"Oke Nara gapapa, Devan gak tau kalau Nara salting, tenang Nara tenang," gumam gadis itu berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Setelah lima belas menit berdiam diri di toilet, Nara akhirnya keluar.

"Akhirnya keluar juga, kenapa lama banget sih di dalam?" tanya Aldev yang ternyata menunggu di luar.

Nara tersentak kaget dan sedikit melompat mundur ke belakang. "Isss, Devan ngagetin Nara aja!" omel gadis itu.

"Abisnya lo lama banget, filmnya udah mau di mulai itu." Aldev menunjuk ke arah pintu teather 3 yang sudah di buka dan banyak orang yang antri untuk masuk ke dalam.

"Ya udah ayo ikut antri Devan." Nara menarik tangan Aldev menuju barisan paling akhir.

Keduanya susah duduk di seat masing-masing. "Devan, ini film apa?" tanya Nara karena gadis itu lupa mereka akan menonton film apa.

"Ckck, masih bocil udah pikun lo," ejek Aldev.

Nara hampir mengeluarkan pekikan ajaibnya, jika saja tangan Aldev tidak cepat-cepat membekap mulut gadis itu dengan tangan kanannya.

"Jangan berisik, ini udah di dalam bioskop Anara," ujar Aldev memperingati gadis itu dengan tatapan tajamnya.

Nara mengangguk, berusaha melepaskan bekapan pada mulutnya itu. "Iss, tangan Devan bau," ujar gadis itu setelah berhasil melepaskan diri.

"Enak aja lo, tangan gue wangi ya bocil." 

Nara menjulurkan lidahnya mengejek Aldev yang kini tengah menatapnya dengan garang.

"Emang bau kok, wlee."

Aldev menghela napasnya pelan, berusaha untuk tetap sabar menghadapi bocil kematian satu ini.

"Udah, mending lo fokus ke filmnya daripada lo mancing emosi gue terus kayak gini," ujar Aldev sambil menolehkan paksa kepala Nara menghadap layar di depan mereka.

"Devan belum jawab Nara, ini film apaaa?" tanya gadis itu lagi.

"Insidious Anara," jawab Aldev seadanya.

"Ohh insidious." Nara mengangguk mengerti.

"Ehh bentar, kayak ada yang salah?" Gadis itu mengerutkan dahinya merasa seperti ada yang salah, tapi apa pikirnya.

"Devan, Nara ngerasa kayaknya ada yang salah deh, kira-kira apa ya Devan?" tanya gadis itu yang membuat Aldev kembali tersulut emosinya.

"Apalagi sih Anara, lo bisa gak duduk diam tanpa banyak oceh? cukup nikmatin filmya aja, bisa?!" ucap Aldev sangat kesal.

Nara memilih untuk bungkam, ia tidak mau membuat Aldev semakin kesal dengan dirinya, tapi disisi lain dia juga penasaran dengan apa yang kira-kira dia lupakan.

Saat film sudah benar-benar dimulai, Nara akhirnya mengingatnya, mengingat hal apa yang dia lupakan.

"Devann, Nara kan maunya nonton tinkerbell, kenapa jadi insidious!!"

Nara melirik tajam Aldev yang kini sangat fokus pada film yang ditayangkan dihadapannya.

Jika saja Nara tidak ingat kalau mereka sedang berada di dalam bioskop, mungkin saja saat ini dia sudah memekik kencang dan memukul Aldev dengan sangat brutal.

"Awas aja Devan, kalau udah selesai nontonnya, Nara bakal pukul Devan kuat-kuat," gumam gadis itu, sebelum akhirnya ikut fokus menonton film yang sedang ditayangkan.

•••

YEYYY!!! AKHIRNYA SETELAH STUCK HAMPIR 3 BULAN, IDE DI OTAK GUE NGALIR LAGIII..

SORRY BANGETT YAA GUYS UPDATENYA LAMA DAN GAK SESUAI JANJI GUE :(

SEMOGA SUKA SAMA UPDATEAN KALI INIII, LOVE U🤍

DEVANARAWhere stories live. Discover now