"Bukan urusan lo!" bentak Arnesh.

Digo melemparkan kacang tepat di dada Arnesh,"Urusan kita lah, lupa lo dulu pernah bilang apa?"

Davin terkekeh melihat wajah Arnesh yang sedang menahan emosi. Ia menghampiri Arnesh lalu merangkulnya, "Kalo lo lupa gue bakal ingetin," bisiknya di telinga kanan Arnesh.

"Jangan sampe lo nyakitin sodara gue!" ucap Aral dengan penuh peringatan.

"Gue udah ingetin lo dari awal, jangan main-main sama hati...lo nya keras kepala!" semprot Digo.

Aral melemparkan gantungan kunci bergambar pelangi dan mendarat di bawah kaki Arnesh. "Gue nemuin itu di perpus."

"Gue cabut duluan." Setelah mengambil gantungan kunci yang di lemparkan oleh sahabatnya, Arnesh pergi meninggalkan tempat itu. Ketiga sahabatnya tengah menatap punggung Arnesh dengan tatapan bingung.

"Gak heran sih, kalo Arnesh suka sama Pelangi," celetuk Digo.

"Cantik si anaknya," timpal Davin.

"Modal cantik doang kalo otak gak adaan buat apa!" sinis Aral.

Digo dan Davin saling menatap seolah mengatakan 'tu bocah ngapa dah' lalu mereka mengangkat kedua bahunya.

"Mau kemana lo, Ar?" tanya Davin yang melihat Aral berjalan ke arah pintu.

"Balik."

                             
🍏🍏

"Kenapa Papa panggil kita semua?" tanya Asha sembari menghampiri Bima—Papanya, lalu duduk di sebelah Bima.  Sedangkan Pelangi memutar bola matanya malas. Ia hanya berdiri di dekat pegangan tangga.

"Pelangi duduk," titah Bima.

"Gak mau!" tolak Pelangi.

"Sayang sini duduk deket bunda," ucap Mentari.

Pelangi menghampiri Mentari. "Ini mau ngomongin apa Bun?"

Belum sempat Mentari menjawab pertanyaan putrinya. Bima lebih dulu menyela.

"Saya akan menjodohkan Pelangi dengan anak dari teman saya," tutur Bima.

Mendengar apa yang Bima katakan, mata Pelangi hampir saja copot dari tempatnya.

"APAA?!" teriaknya.

"Saya akan menjodohkan kamu," ulang Bima.

"Kenapa harus Pelangi, kan masih ada Asha!" protes Pelangi.

"Asha harus fokus terhadap pendidikan," ujar Bima.

"Pelangi gak mau, Pah!" tolaknya.

Bagaimana nanti kalo di jodohkan dengan bapa-bapa? Temen Papa kan udah berumur semua, Batinnya.

Pelangi bergidik ngeri membayang
kan hal itu.

"Jangan panggil saya Papa! Satu lagi setuju atau tidak perjodohan ini akan tetap berlangsung!" Setelah mengatakan itu Bima langsung pergi ke ruang kerjanya.

Dasar ngeselinnn! Batin Pelangi berteriak.

Asha menghampiri Pelangi, berniat ingin mengusap pundaknya, namun Pelangi lebih dulu menghindar.

"Apansi lo deket-deket!"

"Sabar ya, Pelangi," ucap Asha.

"Bacot! Diem gak lo!" Pekik Pelangi.

"Pelangi jangan gitu ah, omongannya," tegur Mentari.

"Bun, ngomong dong sama Papa, kalo aku gak mau di jodohin. Kan Bunda tau aku udah punya pacar," tutur Pelangi menjelaskan.

"Ini demi kebaikan kamu," ucap Mentari.

"Aku gak mau!" teriak Pelangi, sambil menghentakkan kakinya, lalu pergi ke kamarnya.

"Bunda tenang ya, nanti Asha yang ngomong," ujar Asha.

"Iya sayang."


                                🕊

Alloooo

Lam kenall yaa kakaaa~

Selamat datangg di ceritaa

Pelangi Untuk Cadaa

Dapet cerita inii darimana?

Gimana nii part inii

Semogaa sukaa yaa

Jangan lupaa vote banyakk banyakk

Teruss komen banyakk banyakk

Biar akuu tambah semangatt

Kalo ada typo mohon di maafkan

Ajak semuaa keluarga, mantan,
pacar, temen, sodara kamu..

Buat bacaa ceritaa akuu.

Terimakasih🍓

Papaiiiii

Sampai jumpa di bab bab

Selanjutnyaaaa

   saranghaeee💗
 

 

Pelangi untuk CadaWhere stories live. Discover now