t h r e e

172 31 3
                                    

Jam menunjukan pukul enam lebih dua puluh menit, tadi seorang pelayanan mengetuk pintu dan berkata kalo makan malam akan di mulai. Bee tak tahu jam makan malam, karna itu ia terlambat. Ketika turun ke bawah dan ingin berbelok ke arah dapur, suara dentingan sendok dan alat makan lainnya berbunyi.

Mereka sudah mulai makan, "Emang ga penting ternyata," gumam Bee sambil tersenyum pahit.

Bee kembali ke kamar dengan langkah pelan, berusaha tak menimbulkan suara apapun yang membuat mereka sadar bahwa ia sudah di bawah.

Dari kejadian ini Bee sadar, bahwa ia benar-benar menjadi pengganti saja. Sepertinya ia juga hanya mainan bagi nyonya Roselyn. Kalian tau, mungkin posisi yang tepat untuk menggambarkan Bee adalah kucing peliharaan.

*****

Dari pada bersedih karna kejadian tadi, Bee memilih menyiapkan untuk sekolah besok. "Anjai-anjai, ada hape bagus!" ujar Bee saat membongkar tas gendong kecilnya.

Handphonenya terlihat mahal dengan tiga kamera dan bisa melipat. Ini handphone impian Bee. "Bee primadona bukan ya? Soalnya ini barang-barangnya lucu banget." monolog Bee.

Wajah Beearlyn Roseetta sangat imut dan cantik, rambutnya pendek sebahu dengan poni menghiasi dahinya, mata belo dan bibir kecil, namun saat tersenyum lebar sangat mengemaskan. Hidungnya tak mancung dan tak pesek, biasa saja, namun cuping hidungnya sempit, seperti orang asia.

Beearlyn pasti kalah jauh dengan sang anak kandung yang katanya memiliki kecantikan alami, dengan hidung mancung, mata cantik, rambut panjang terurai dengan bebas dan bibir indah. Kecantikan elegan dan sederhana, kecantikan yang membuat beberapa orang langsung tertarik hanya dengan melihatnya.

Oke itu wajar, itu hukum alam. "Besok kan sekolah, jadwal matpel udah, bawa bedak ama liptint, sama apa ya?" guman Bee sembari menata apa saja yang harus ia bawa besok.

Bee menepuk keningnya, "Seragam, besok aku pake seragam, mmm, senin itu putih abu." Katanya sembari menatap handphone, mencari tau segala informasi tentang sekolahnya.

Bee berjalan ke arah lemarinya, membuka lemari berniat menyiapkan baju seragam untuk esok hari. Mata Bee terpaku, "Jangan bilang ini bajunya?" Ucapnya tak percaya, Bee menggelengkan kepalanya, "Bagus banget anjooi!" Serunya semangat.

Bee membawa satu set seragam itu keluar lemari, lalu ia menggantungnya di tempat yang sudah tersedia. "Semoga kehidupan di sekolah baik-baik aja." Harapnya, "Sama semoga uang jajan Bee besar, harus nabung soalnya." Sebenarnya itu masuk akal, tapi entahlah.

Setelah menyiapkan semua itu, Bee kembali menuju ranjangnya, berniat tertidur meski waktu menunjukan jam tujuh malam kurang. Lagii pula dirinya mengantuk.

*****

Nyonya besar keluarga Aristide, Roselyn, sedang duduk di sofa ujung, ia menatap ke arah tangga dengan jelas, menunggu anak gadisnya turun.

Bee tidak turun menuju ruang makan, mereka tak makan bersama, Roselyn di buat bingung dan khawatir. Suaminya, Theodor atau yang sering di sapa Theo, hanya menatapnya heran. "Ada apa?" tanyanya.

Roselyn menatap sang suami, "Itu, Bee belum makan malam, padahal udah jam segini. Nanti dia sakit." katanya. Theo mengangguk mengerti, "Coba suruh pelayanan panggil dia ke sini," saran Theo.

"Bibi, bibi!" panggil Roselyn pada pelayannya. "Iya, ada apa nyonya?" tanya pelayanan itu ketika sudah sampai.

"Tolong panggilin Bee, dari tadi dia belum makan," titahnya di angguki pelayanan tersebut.

Bee? Where stories live. Discover now