Siapa Kamu?

9 3 0
                                    

Suara deru mobil selalu menjadi candu di dalam cerita ini dan selalu saja ada mobil, ada Zorio. F40 yang berwarna merah classic itu mengeluarkan asap dan membuat setiap orang di acara itu kagum. Dan ia yang mempunyai mobil itu pun terkagum dengan apa yang telah ia rawat selama ini.

Tengah menikmati kontes mobil antik itu, seorang pria muda menghampirinya dengan wajah yang sangat menyebalkan. Wajah itu selalu Zorio ingat walaupun ia tidak mau mengingatnya. "Mobil lu? Atau hasil taruhan?" Tanya-nya dan membuat kedua sisi bibir Zorio terangkat, entah karena kata-kata itu terdengar seperti lelucon atau ia berusaha menahan amarahnya hingga ekspresi wajahnya tidak bisa di tebak.

"Kenapa nggak jawab? perkataan gua bener?" Deno terus berusaha memancing amarah Zorio.

"Pergi sebelum gue bener-bener ancam nyawa lo?" Ancam Zorio, namun bukannya takut Deno justru tertawa meledeknya.

"Uwuu takut! Udah ibunya jalang, anaknya pembunuh lagi."

"Anjing lu jangan bawa nama nyokap gua ya!!"

"Oke, di copy. Tapi jangan salahin gua kalau besok rumor lu bunuh pemulung tersebar."

Tanpa membalas sepatah kata, Zorio langsung mengarahkan pukulan ke kepala Deno. Namun sayangnya pukulan itu tertahan oleh tangan Pangeran yang mengenggam tangannya. Zorio berusaha meredakan emosinya menyadari bahwa ia sedang berada di tempat yang didatangi orang penting.

Dan beruntungnya Deno pergi tanpa Zorio dan Pangeran menyuruhnya pergi. Melihat rahang Zorio yang masih mengeras, Pangeran mengusap pundaknya berusaha menenangkan Zorio.

"Emosi mulu bang, nanti nggak ada cewek yang mau sama lu bang." Canda Pangeran terkekeh. Zorio yang gampang mencair dengan Pangeran pun tertawa dan merangkulnya.

Setelah sampai dirumah Zorio langsung memasuki kamarnya dan merebahkan dirinya di kasur. Perkataan Deno di acara siang ini menjadi beban pikirannya. Kini di kepalanya sedang memikirkan bagaimana Deno bisa tahu tentang kejadian itu bahkan Pangeran dan Barra hanya tahu kalau Zorio di tahan karena minum di bawah umur. Tidak mau memikirkan lebih lanjut ia memilih membuka ponselnya, namun ketika ia membuka ponselnya raut wajahnya memburuk.

Perkataan Deno tadi siang sudah diwujudkan olehnya. Kini banyak cuitan ia menabrak tunawisma di saat mabok. Tak tahan dengan hal itu melempar ponselnya ke sembarang arah. Emosinya benar-benar tidak terkontrol ia mengacak-acak rambutnya, tangannya mengepal dengan kuat. Dan sialnya kini cermin di hadapannya menjadi sasaran.

Prankk!!

Disisi lain ada Gea yang mendengar suara pecahan kaca itu di dalam kamarnya, tapi badannya tidak bisa langsung bertindak otaknya sedang memproses dengan suara apa yang baru saja ia dengar dan kemungkinan berasal dari mana suara itu. Setelah otaknya memproses ia segera berlari kemana otaknya membawa dirinya.

Tanpa mengetuk pintu Gea langsung memasuki kamarnya, toh ini kan rumahnya. Ketika pertama kali memasuki kamar Zorio, cermin yang hancur berkeping-keping cukup mencuri perhatiannya. Tapi tidak hanya hal itu yang membuat Gea tercengang. Botol minuman keras yang asing bagi Gea membuat ekspresinya penuh dengan kekecewaan.

Setelah ditunjukkan oleh pemandangan kamar yang tidak enak, kini Gea di perlihatkan oleh Zorio yang memegang sebotol Bacardi 151 sambil mengisap sebatang rokok. Matanya sudah sayu dan memerah walaupun belum ada setengah botol ia meminum cairan itu.

"Kak..." Panggil Gea dengan lembut. Gea tidak ingin percaya apa yang ia lihat, tapi ini sudah di depan matanya dengan jelas.

Zorio mematung mendengar suara lembut Gea. Zorio tidak menoleh sedikitpun karena tidak berani melihat wajah kecewa Gea. Dengan memberanikan diri Gea mendekat pada Zorio dan memegang pundaknya.

BocilWhere stories live. Discover now