Gaya bicara kami memang tidak terlalu baku seperti orang tua kepada anak pada umumnya. Ibu menerapkan gaya parenting seperti orang barat. Di mana orang tua harus seperti seorang sahabat bagi anaknya. Menurutnya terlalu menjadi orang tua yang otoriter terhadap anak juga kurang baik. Terlalu menuntut anak dalam berbagai hal tanpa ingin tahu bagaimana perasaan anaknya. Menuntut anak untuk selalu mendengarkan tapi tidak pernah mendengarkan apa yang diinginkan anak.

Jika terus menerus seperti itu anak akan merasa takut dan tertutup, sehingga sulit untuk mengeluarkan isi hatinya kepada orang tua, lalu anak akan mencari tempat lain di mana mereka bisa didengarkan. Dari situlah muncul perasaan benci dari sang anak karena tidak pernah didengarkan, hanya selalu dituntut. Seorang anak juga memiliki keinginan bagaimana mereka ingin diperlakukan oleh orang tuanya, sebagaimana orang tua yang ingin dituruti serta dihormati oleh anaknya.

Selama aku hidup bersama Ibu, dia tidak pernah menuntut apapun. Ibu memberikan aku kebebasan dalam berpendapat dan dalam menentukan mana yang terbaik untuk diriku. Ibu tidak pernah mengatur hidupku seperti keinginannya, Ibu membebaskan aku untuk menjadi diriku sendiri. Dan aku sangat mencintai wanita hebat ini.

Ibu akhirnya masuk dan duduk di sisi ranjangku, membantuku melipat pakaian yang belum masuk semua ke dalam koper.

"Nanti, ketika sudah tinggal di sana, jaga dirimu baik-baik ya, Eia. Jangan lupa untuk selalu beribadah." Ucap Ibu kepadaku mengingatkan.

Aku mengangguk. "Iya, Ma, Eia mengerti. Eia tidak akan meninggalkan ibadah walau di negeri orang."

Ibu menatapku dengan mata cokelatnya yang indah itu. Warna mataku sama seperti miliknya. Senyuman terbit dari sudut bibirnya dengan tangan lembutnya yang mengusap pipiku.

"Aku tidak pernah menyangka akan berpisah denganmu. Selama ini kita selalu bersama. Aku akan sangat merindukan putri kecilku ini."

Nada bicaranya terdengar sedih, Ibu kembali menjadi sosok yang melankolis. Itu mungkin karena dia akan ditinggalkan oleh putrinya ke negeri yang jauh.

"Mama... Jangan sedih. Aku berjanji akan ke Indonesia setiap libur semester. Aku akan menabung untuk membeli tiket kemari. Aku sudah menjelaskan kepada Mama, kalau aku akan bekerja paruh waktu agar dapat uang tambahan." Jelasku "Lagi pula Mama, kita masih bisa melakukan Video Call." Tambahku sambil memeluknya dari samping

Aku mengerti perasaannya. Tetapi aku harus mewujudkan impianku di sana. Ibu juga sebenarnya sudah mengerti, karena kami sudah membicarakan ini dari jauh hari. Namun entah mengapa sekarang Ibu seperti tidak rela melepaskanku pergi jauh.

Ibu mengangguk dalam pelukanku. "Maafkan aku seperti menahanmu dengan sikapku yang seperti ini ya, Eia. Aku hanya merasa sedih karena sahabatku akan pergi jauh. Kamu tahu bahwa kamu bukan hanya putriku tapi juga sahabatku satu-satunya." Jelas Ibu, lagi.

Memiliki perbedaan usia 17 tahun memang membuat kami seperti seorang Kakak dan Adik, dibandingkan Ibu dan Anak. Wajah Ibu yang masih muda lebih pantas dipanggil Kakak daripada Ibu.

"Aku mengerti maksud Mama dan aku pun tidak memiliki pikiran seperti apa yang Mama pikirkan. Wajar jika Mama sedih karena akan ditinggal jauh olehku. Tapi bukan berarti aku akan meninggalkanmu selamanya, Ma." Jawabku, kata-kataku ini seperti seorang kakak yang memberikan nasihat kepada adiknya.

Ibu menghembuskan nafas dan melepaskan pelukanku. "Baiklah. Aku tidak boleh terlalu lama sedih. Anakku akan mengejar impiannya dan aku harus selalu mendukung apapun yang diinginkan olehnya." Ucapnya

Aku tersenyum mendengar ucapan Ibu. "Terima kasih karena sudah menjadi seorang Ibu yang benar-benar sempurna untukku, Ma." Hatiku sungguh-sungguh mengucapkan terima kasih kepadanya. Karena Ibuku memang sempurna dalam merawatku selama ini, walau seorang diri.

Sambil membelai rambutku Ibu menjawab. "Tidak usah mengucapkan terima kasih kepadaku, Eia. Justru aku yang seharusnya berterima kasih padamu. Terima kasih sudah menjadi anak yang sempurna untukku."

Aku hanya mengangguk sambil tersenyum. "Sudah bermelankolisnya, Ma. Sekarang aku harus segera membereskan lalu memeriksa barang bawaanku yang lain agar besok pagi aku tinggal berangkat ke bandara. Perutku juga sudah lapar." Ucapku

Ibu terkekeh. "Baiklah, baiklah. Aku akan membantumu memeriksa barang yang lain selagi kamu memasukkan baju-bajumu itu." Jawabnya

Selesai membereskan barang-barangku. Merapihkannya ke dalam koper serta memeriksa kembali karena takut ada yang tertinggal, aku segera ke luar kamar. Sebelumnya Ibu lebih dulu ke luar karena ada yang meneleponnya. Kini aku sudah duduk di ruang makan bersama Ibu yang raut wajahnya kini sudah kembali ceria tidak seperti saat di kamarku tadi.

Di tengah-tengah makan malam kami, Ibu memberikan aku sebuah kotak berukuran kecil dengan pita yang lucu berwarna merah.

"Ini untukmu." Ucapnya

"Apa ini, Ma?" Tanyaku

"Bukalah. Nanti kamu akan tahu." Jawabnya

Aku membuka kotak itu di sela-sela menikmati makan malamku. Aku cukup terkejut karena Ibu memberikan aku sebuah kalung berbentuk rasi bintang Cassiopeia, seperti namaku.

"Mama, ini sangat bagus dan indah." Ucapku dengan rasa senang.

Mama tersenyum penuh kemenangan seperti sudah tahu jika aku akan menyukai kalung pemberiannya ini.

"Pakailah dan jangan dilepas ya. Kalung itu sebagai penanda bahwa kita tidak pernah berjauhan. Jadi walau kau di Italia dan aku di Indonesia, kita akan terus selalu merasa dekat berkat kalung itu." Jelas Ibu

Aku mengangguk. "Nanti setelah makan malam, tolong pasangkan untukku ya, Ma." Jawabku

Ibu mengangguk dengan senang. Kami pun melanjutkan kembali makan malam yang terpotong sebentar. Selesai makan malam, Ibu memasangkan kalung itu di leherku saat kami tengah menonton tayangan series Netflix berjudul Gilmore Girls. Kami menyukai series itu karena kisah hidup ke dua pemeran utamanya sama seperti kami tapi dengan versi yang berbeda, Rory mengetahui siapa ayah biologisnya sedangkan aku tidak.

___________

Selamat siang. Akhirnya aku kembali membawa cerita baru dengan genre yang berbeda dari cerita yang pernah aku buat sebelumnya. Aku harap kalian menyukai ceritaku yang ini, seperti ceritaku yang lain.

Bila kalian mampir kemari, jangan lupa untuk memberikan vote+komen ya. Terima kasih 🤍

Salam Hangat, Mei 🤍

The Season When Everything is Fineحيث تعيش القصص. اكتشف الآن