PROLOG

170 12 1
                                    

Happy Reading 🤍

Namaku Cassiopeia Autumn. Orang-orang banyak yang memanggilku Cassie dan Ibuku memanggilku Eia, katanya itu panggilan kesayangannya untukku. Namaku terdengar aneh'ya? Seperti nama orang barat. Itu karena Ayahku bukan berasal dari Indonesia.

Ibu menikahi orang asing, mereka bertemu saat Ibu sedang menempuh pendidikan di luar negeri. Mereka saling jatuh cinta lalu terciptalah aku, buah cinta mereka. Bisa dikatakan aku adalah anak dari hasil MBA (Married By Accident), yang sayangnya usia pernikahan mereka hanya sampai aku dilahirkan. Pihak keluarga Ayah tidak menyetujui pernikahan mereka dan menurut Ibu, Ayahku itu lebih memilih keluarganya dibandingkan Ibu juga anaknya, yaitu aku.

Sampai saat ini aku tidak pernah melihat sosok Ayah, bahkan dari fotonya saja tidak pernah. Ibu tidak ingin aku tahu bagaimana rupa Ayahku karena menurut Ibu, aku tidak pantas melihat lelaki yang tidak mencintaiku sebagai anaknya, aku terlalu berharga untuk dapat melihat sosok lelaki yang lebih pantas disebut bajingan daripada seorang Ayah.

Ibu pun sampai saat ini tidak menikah lagi, dia sudah menjadi seorang single mother selama 18 tahun. Ibu tidak ingin menikah karena dia ingin fokus terhadap karir juga masa depanku. Baginya lelaki hanyalah beban, dia bisa berdiri di kakinya sendiri tanpa bantuan lelaki. Ibu merupakan sosok inspirasi wanita mandiri.

Ada cerita menarik dibalik namaku. Ibu menjelaskan bahwa namaku diambil dari sebuah rasi bintang bernama Cassiopeia, rasi bintang paling terkenal yang cahayanya paling bersinar di bumi bagian utara. Dengan memberikan nama itu Ibu berharap jika aku dapat bersinar layaknya rasi bintang Cassiopeia. Selain itu Cassiopeia juga adalah nama seorang Ratu dari Ethiopia dalam cerita Mitologi Yunani, dia seorang Ratu termasyhur dan tercantik pada saat itu.

Sedangkan Autumn bermakna musim gugur, Ibu memberikan nama itu karena aku dilahirkan di luar negeri bertepatan pada saat musim gugur berlangsung. Selain itu Ibu juga menjelaskan bahwa penamaan Autumn atau Musim Gugur itu memiliki makna; mengajarkan kepada manusia untuk dapat ikhlas menerima ketentuan yang digariskan Tuhan dalam kehidupan dengan merelakan sesuatu yang memang seharusnya pergi dan kemudian digantikan dengan sesuatu yang baru.

Ibu berharap dengan nama itu dapat menjadikan aku sebagai seorang manusia yang berhati lapang dan ikhlas dalam menerima ketentuan dan ketetapan dari Tuhan. Karena, kebahagian dan kesedihan akan selalu menghampiri kita itulah namanya kehidupan. Tidak selamanya selalu bahagia, kadang ada kesedihan yang harus bisa kita hadapi dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.

Saat ini aku sedang mengemasi barang-barangku ke dalam koper berwarna merah muda berukur besar. Besok aku akan terbang ke Italia, negara yang aku impikan sejak kecil. Aku mendaftarkan diri untuk ikut program beasiswa ke sana dan akhirnya aku berhasil mendapatkan beasiswa di Universitas Florencia. Salah satu Universitas terbaik ke 3 di Italia. Aku mendaftarkan diri di Fakultas Seni dan mengambil Jurusan Seni Rupa. Aku mencintai seni dan melukis adalah kesukaanku sejak kecil. Bila kebanyakan orang menyalurkan perasaannya melalui sebuah tulisan, aku memilih menyalurkan perasaanku melalui sebuah lukisan. Aku memiliki beberapa lukisan yang sudah berhasil menjadi sebuah karya yang diperjual belikan.

Tiba-tiba terdengar suara pintu kamarku yang diketuk dari luar. Lalu muncul-lah seorang wanita cantik dengan kulit kuning langsat serta rambut hitam lurus yang dibiarkan terurai panjang. Dia adalah Ibuku bernama Evelyna Atmodjo, wanita asal Manado-Jawa. Wanita cantik dengan senyuman yang selalu membuatku tenang.

"Eia, apa kamu sudah selesai mengemas barang-barangnya? Aku baru saja selesai menghidangkan makan malam kita." Ucapnya, masih diambang pintu.

"Sedikit lagi, Ma. Aku masih harus memeriksa kembali, takutnya ada yang tertinggal." Jelasku yang masih berfokus pada koper besar ini.

The Season When Everything is FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang