30 ● Kejujuran

40 3 0
                                    

Vlo menatap sendu hamparan laut biru yang tampak tenang. Sesekali gelombang kecil menggulung, saling berkejaran menggapai pantai yang berpasir putih. Samar-samar, terdengar deburan ombak dari kejauhan menghantam tebing dan karang-karang tinggi yang mencuat. Angin berhembus lembut, mempermainkan helai rambut dan gaun panjang gadis itu. Panorama senja yang indah kala mata mamandang.

Namun, keindahan ciptaan Tuhan itu terasa berbeda dalam benak gadis itu.  Hati dan pikirannya tak menyatu. Tubuhnya seolah membeku, tak bergairah, dan penuh kelelahan. Lelah karena jiwanya tak lagi melepaskan endorfin. Gadis itu semakin menerawang dalam keheningan. Vlo memainkan jari-jemari lentiknya.

Vlo merapatkan jaket denim yang menutup gaun tak berlengannya. Hawa terasa dingin sore itu, apalagi keberadaannya di kursi outdoor kafe yang berada di bibir pantai yang menjorok ke laut. Gadis itu sengaja memilih meja yang berada tepat di samping pagar kayu pembatas kafe dan laut. Vlo kemudian menyesap moccachino panas yang dipesannya beberapa menit lalu.

"Kamu selalu suka kopi itu, Vlo. Apa tidak ada menu lain yang bisa dipilih?" Terdengar suara di belakang gadis itu.

Vlo melirik sejenak, setelah tahu siapa pemilik suara itu, matanya kembali memandang ke depan. "Aku enggak pernah berpikiran untuk mengganti dengan varian lain."

"Seperti halnya aku, 'kan?" Terdengar kekehan dari lelaki yang kemudian duduk di hadapan gadis itu.

Vlo mengedikkan bahu seraya melengkungkan bibirnya ke bawah. "Tidak! Jangan samakan kesukaanku pada kopi dengan perasaan hati. Aku tentu saja tak membiarkan pengkhianatan dan memaafkannya, Dim."

Dimitri menghentikan gerakan tangannya yang hendak mendekatkan pada bibir. "Lalu, kenapa kamu mengajakku bertemu di sini? Bukankah kamu ingin kembali lagi padaku, Vlo?" tanya Dimitri. Lelaki tampan itu kemudian menyesap kopi seraya menatap wajah gadis di depannya.

Vlo membuang wajah ke arah laut. Dia tidak menjawab pertanyaan mantan kekasihnya itu. Beberapa orang berlalu -lalang melewati meja mereka. Dimitri melayangkan pandangan ke samping dan belakangnya. Dia tersenyum saat melihat beberapa pasangan muda tengah bercengkerama mesra.

"Vlo, lihat itu! Kenapa kita tak bisa lagi seperti mereka?" tunjuk Dimitri ke arah pasangan-pasangan itu. "Aku tahu, hatimu masih cinta padaku. Aku  masih sangat mencintaimu. Aku benar-benar butuh kamu, Vlo. Rasanya, enggak ada cewek lain yang ngertiin aku selain kamu. Kita udah hampir mau empat tahun berpacaran. Kenapa enggak kita coba lagi buka lembaran baru?" bujuk Dimitri dengan pandangan lembut, tangannya meraih tangan Vlo.

Vlo menarik napas panjang, tatapannya mengarah pada tangan Dimitri. Dia merasakan getaran-getaran hebat yang menggema di dada saat sentuhan tangan Dimitri bergerak perlahan, mengusap lembut kulit tangannya. Vlo menahan napas. Dimitri memandangnya penuh hasrat dan cinta. Namun, sekelebat bayangan berputar dalam pikirannya saat lelaki itu tengah bersama Evelyn dan mereka saling bercumbu. Vlo segera menarik tangannya dan hal itu membuat Dimitri heran.

"Dim, aku sengaja mengajakmu ke sini bukan karena aku ingin kembali. Bukan itu! Aku hanya butuh jawaban sekali lagi. Apa alasan lelaki berselingkuh padahal udah punya kekasih yang sempurna dan setia?"

Dimitri mengembuskan napas beratnya. Dia menelan saliva, lalu melonggarkan kerah kemeja yang terasa menyesakkan leher. Lelaki itu menatap Vlo yang tengah memandangnya tajam dengan tangan terlipat di dada.

*****

"Kalian berantem lagi, Mas? Ada apa, sih, sebenarnya?"

Pertanyaan Aina terlontar tanpa basa-basi dan penuh tekanan, sesaat setelah tubuhnya yang terbalut gaun tidur berwarna abu tua berdiri di depan Dave.Terpaan cahaya lampu kamar yang terang mempertegas raut wajah perempuan yang mandiri sejak muda itu. Rangga seringkali menyebutnya Wonder Woman from Java.

VLO & DAVE  (T A M A T)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang