33

15K 1.7K 76
                                    

"Enyahlah ke neraka, dengan rasa yang tak pernah kau rasakan. Enyahlah dengan rasa sakit, tanpa tahu jika kau terluka."

Mata tajam itu menatap kedua pasangan yang tengah ia intip dengan tajam, ia akan membalas rasa sakit yang pernah singgah dihatinya.

Ia mengepalkan tangannya, untuk saat ini ia akan membiarkan Duke dan Duchess Gardenia barat itu berbahagia, namun ia tak akan membiarkan hal itu berlangsung lama. Pria beralis tebal itu menyeringai saat mengingat susunan rencana yang akan membuat semuanya hancur, seperti ia hancur pada waktu itu, tak akan ada yang bahagia selama ia belum memuaskan hasrat dendamnya.

Lama berdiam, ia mengedarkan pandangannya takut ada penjaga atau orang-orang Duke barat ini melihatnya, dengan langkah lebar ia meninggalkan Pavilliun Daisy.

Banyak yang berbahagia atas kehamilan Graziano, banyak juga yang berhati dengki. Banyak surat ancaman dan teror yang dikirimkan kepada Matteo.

Jangankan orang lain, Selir yang sangat dicintai Matteo bahkan mungkin orang yang paling dengki, kemarin siang Yian pergi ke gunung titisan mega, dimana ahli sihir dan peramu racun berkumpul di sana, ia meminta bantuan kepada wanita-wanita picik itu untuk meramu racun, ia akan menyingkirkan Graziano.

Hanya akan ada dirinya dan anaknya dihati Matteo, tak akan ia biarkan Graziano merebut tempatnya dihati Matteo.

Yian menyeringai, ia memenggenggam satu kotak bubuk racun hitam.

"Mari bertarung Duchess, pergilah yang jauh," monolog Yian, ia terkekeh mengerikan membuat Krisya yang melihatnya sampai panas dingin ditempatnya, tak ia sangka persaingan antara Duchess dan Selir begitu mengerikan. Selir yang ia abdikan hidupnya pada wanita berbadan dua itu, ternyata sangat licik dan penuh tipu muslihat.

Krisya ingin berhenti tapi ia tak bisa, ia tak ingin menjadi pelayan jahat yang akan menyelakai Duchessnya, walaupun ia berada dipihak selir, ia juga tak ingin bermain kotor.

"Nona, apa kau yakin akan melakukan itu?" Krisya membuka suaranya, memberanikan diri.

"Tentu saja, aku akan melakukan apa yang harus aku lakukan. Kau tenang saja, saat Duchess pergi kau akan tetap menjadi pelayanku, kau akan menggantikan posisi pelayan Elena," tutur Yian, ia sungguh bersenang hati. Ia membayar mahal untuk satu kotak kecil racun itu.

"Saya sungguh mengkhawatirkan Anda, bagaimana hal ini memiliki risiko, dan jika gagal Anda lah yang akan dirugikan," ucap Krisya, ia meremas pakaiannya.

Yian menghela napas, ia menatap sang pelayan jengkel. Ada apa dengan Krisya ini? Apa pelayannya ini tak percaya dengan dirinya, Yian akan melakukannya dengan benar, tak seharusnya Krisya meremehkannya.

"Tak seharusnya kau meremehkanku!" teriaknya, Yian mulai dengan amarah gelapnya membuat Krisya bergetar karena takut.

"Jangan pernah meremehkanku, atau aku akan menyuruhmu makan dengan racun ini," ancam Yian, membuat Krisya menggeleng ribut.

"Mohon ampun, ampuni mulut lancang saya. Anda bisa menghukum saya, tapi tolong jangan lakukan itu."

Yian terkekeh, ia sangat senang saat orang-orang tunduk padanya. Membayangkan Duchess yang tunduk padanya, membuatnya tertawa ringan, bayangkan saja saat Graziano memohon dikakinya meminta ampun, itu sungguh memicu adrenalin Yian membuatnya semakin bersemangat untuk menyingkirkan Graziano.

Sedangkan orang yang tengah menjadi bayangan Yian tengah asik memakan stroberi, setelah dari Pavilliun Daisy Graziano tak langsung kembali ke rumah utama, melainkan menyempatkan diri untuk memetik stroberi dan duduk bersantai digazebo.

"Yang mulia, sungguh saya merasa tengah dilumuri dengan madu, saya sangat berbahagia." Elena menghentikan kunyahan Graziano, membuat omega pria itu tersenyum manis, pipinya yang dulu tirus sedikit berisi, itu menambah kadar kemanisan sang Duchess.

"Terima kasih, sungguh kau sudah seperti temanku," sahutnya.

Elena tersenyum penuh ketulusan, ia selalu berdoa agar Duchess selalu dalam lindungan.

"Saya sudah tinggal di sini sangat lama, saya bahkan tahu masa-masa Duke yang masih remaja, sungguh saya benar-benar kagum kepada Duke, tapi saya sangat menyangkan sikapnya terhadap Anda yang mulia," ucap Elena.

Graziano tak menyahut ia menatap hamparan kebun stroberi, apa yang Elena katakan memang benar, Matteo sangat terkenal dan selalu diagung-agungkan, suaminya itu selalu menjadi buah bibir manis dikalangan para submisif, dan ia juga sangat menyayangkan sikap Matteo padanya, itu sungguh membuat kekagumannya yang sejak dulu mengikis sedikit demi sedikit.

"Apa kau ada rencana ingin menikah?" tanya Graziano tiba-tiba, membuat Elena sedikit terkejut.

Wanita itu menggeleng, "tidak, saya berjanji akan mengabdikan hidup saya pada Gardenia barat ini," ucapnya.

"Menikahlah dan hidup bahagia, kau pantas untuk berbahagia dengan keluarga kecilmu. Tapi menikahlah dengan pria yang sangat mencintaimu, walau kau tak mencintainya, karena pria itu sangat tulus, kau akan bisa mencintainya." Graziano memberikan nasihatnya.

Elena hanya diam mendengarkan Graziano dengan nasihat-nasihatnya. Ditengah-tengah waktu tenang itu, tiba-tiba saja Yian dan Krisya datang menghampirinya dan itu mengganggu ketenangan Graziano.

"Salam hormat yang mulia Duchess." Yian memberikan sapaan yang sopan, ia bahkan menundukkan kepalanya.

"Ya, ada apa gerangan Selir ini mendatangiku?" Graziano tak ingin berbas-basi.

"Tidak, aku hanya ingin memberikan selamat pada Duchess. Maaf karena terlambat, selamat atas kehadiran penerus."

Graziano mengangkat sebelah alisnya, ia tak menduga sikap selir Yian berubah dengan cepat.

"Saya membawakan kudapan untuk yang mulia, suatu kehormatan saya merasa senang bisa memberikan kudapan buatan saya sendiri apalagi jika yang mulia menerimanya." Yian memberikan kode pada Krisya untuk memberikan nampan ditangannya pada Graziano.

"Terima kasih, tentu saja aku akan menerimanya," ucap Graziano.

Elena dengan kepekaannya, langsung menerima nampan yang dibawa Krisya.

"Sekali lagi selamat yang mulia, sungguh aku ingin menghabiskan waktu santai dengan menyulam bersamamu, tapi rasanya ini bukanlah waktu yang tepat, jadi saya pamit pergi."

Setelah mengatakan itu dan diberi anggukan oleh Graziano, Yian melangkah pergi meninggalkan Graziano yang diam penuh tanda tanya, sejak kapan selir itu memiliki tutur kata yang bagus dan sopan?

"Yang mulia, apa Anda menaruh kecurigaan seperti saya?" Elena berceletuk membuyarkan lamunan Graziano.

"Eum, selir itu bertingkah seperti putri bangsawan yang berpendidikan. Apa tadi itu benar Selir Yian?" cetus Graziano merasa tak percaya.

Graziano menggulir matanya, kudapan yang diberikan Yian menggugah seleranya. Tangannya terulur untuk mengambilnya, tapi Elena dengan cepat menahannya.

"Ampuni saya yang mulia, izikan saya yang mencobanya terlebih dahulu untuk Anda, saya menaruh kecurigaan yang besar," ucap Elena, ia merasakan firasat buruk.

"Baiklah." Graziano membiarkan Elena mencobanya terlebih dahulu, untuk mengetes tak ada sesuatu hal lain dari kudapan itu.

Ia menunggu Elena selesai mengunyah kudapannya, Graziano menelan salivanya, ia sungguh merasa tergoda dan sangat menginginkan kudapan itu.

Elena memakan satu kudapan, ia menelannya dan diam beberapa saat menunggu efek apa yang akan terjadi, andai jika selir itu mencampurinya dengan racun, mungkin ia yang akan mati dan ia rela mati demi Duchessnya.

_____

Besok mulai PO semesta ya, masa PO 15 hari jadi bisa nabung dulu, bisa COD ko lewat shopee.


Duke's Life Prophecy Where stories live. Discover now