21

13.9K 1.6K 73
                                    

Kalau kalian suka story ini dan berkenan, bantu promosiin juga story ini ya, Biar banyak yang baca hehehe ....

______

Selama sepuluh hari pemimpin daerah Gardenia barat ini tinggal ditimur, hari ini mereka sudah kembali dengan cara yang sama seperti saat masuk.

Matteo mengerutkan keningnya, saat Gilyan melaporkan keadaan rumah saat dirinya tiada. Ia sempat terkejut saat Gilyan mengatakan jika Putra mahkota datang untuk menjenguknya, mereka memang teman dimasa kanak-kanak bahkan sangat dekat, tetapi tak pernah sekalipun Matteo berpikir jika Putra mahkota akan sangat menghargai dan mengingat hubungan pertemanan itu.

"Putra mahkota merasa curiga jika Tuanku ini tak sakit," ucap Gilyan.

"Lalu apa yang dia lakukan?" tanya Matteo.

"Dia hanya menanyai nama orang rendah ini, tentu saya memberi tahunya. Dia mengatakan jika Anda terbukti berbohong saya yang akan menjadi jaminan, Tuanku tak perlu khawatir. Orang rendah ini rela dihukum," tutur Gilyan, ia menundukan kepalanya.

Matteo menghembuskan napasnya, ia selalu merasa kasihan pada orang-orang yang tak memiliki nama panjang macam Gilyan, karena bagi pejabat dan petinggi kekaisaran mereka selalu menjadi sasaran.

Begitupun dengan Yian, alasan ia selalu menyayangi selir itu, karena orang rendah selalu direndahkan mereka selalu dipandang sebelah mata, nyatanya tanpa orang-orang rendah, kaum bangsawan bukanlah apa-apa.

Matteo menggulir matanya, menatap Gilyan yang masih menunduk.

"Angkat kepala Gilyan, berhenti berkorban demi orang-orang sepertiku. Kau ber hak atas hidupmu sendiri, pergilah dari sini sebelum Putra mahkota memanggil dirimu ke persidangan kaisar," ucap Matteo.

Gilyan mendongak, hatinya terenyuh tak salah ia mengabdi pada Matteo. Matteo sosok yang bijaksana dan tegas bagi orang-orang rendah sepertinya.

"Mohon ampun yang mulia, orang rendah ini menolak. Saya akan tetap disisi Anda meskipun saya akan dipanggil ke persidangan agung Kaisar," tutur Gilyan.

Matteo menyerah, sekeras apapun ia ingin membantu. Gilyan tetaplah orang kepercayaannya, ia tak akan goyah hanya dengan kenikmatan duniawi. Matteo sangat memuji pada keberanian dan kesetiaan Gilyan, pemuda ini mungkin dibawah usianya, tapi dia sudah mengabdi dan seberani ini dalam usianya yang masih muda.

Dilain tempat Selir kesayangan Duke barat ini, tengah meminta banyak hal dengan alasan sang cabang bayi yang meminta.

Bahkan ia sudah membeli empat kotak perhiasan kota, dan saat ini ia tengah melihat-lihat gaun.

"Lihatlah apa gaun ini bagus?" Yian mempelihatkan gaun merah muda pada Krisya.

"Tentu jika Anda yang memakainya ini akan terlihat indah," sahut Krisya, membuat Yian merona dengan pujian manis itu.

Ia mengambil lima gaun untuk dibeli, ia benar-benar menghambur-hambur kan uang. Diatas ranjang banyak aksesoris yang ia beli, pelayannya yang memanggil para pedagang dan perancang gaun datang ke pavilliun.

Perbuatan Yian memancing diri Graziano, karena mau bagaimanapun masalah uang Graziano yang mengurusnya.

Kabar Yian yang menghambur-hambur kan uang, sampai ditelinga Graziano lewat Elena. Ia sungguh dongkol saat mendengarnya, karena itulah ia sudah tiba di pavilliun Ilichi, dengan segenap kemarahan yang bisa kapan saja meledak.

Pelayan dan penjaga memberinya salam hormat, ia masuk dengan aura yang membuat tegang orang-orang Ilichi.

"Salam Selir Yian," ucap Graziano saat ia berdiri diambang pintu kamar yang terbuka, ia dengan jelas melihat bagaimana gilanya selir itu memilih-milih gaun.

"Duchess!" pekik Yian riang, ia sama sekali tak menaruh kecurigaan dengan kedatangan Graziano.

"Antarkan para penjual kepasar kembali, sudah cukup Selir berbelanja dengan sangat heboh ini. Silahkan kalian bisa pergi," ucap Graziano dengan senyuman manis, ia mengusir para penjual dengan lembut.

Mereka tahu desas-desus permusuhan antara selir dan istri sah ini, alhasil semua penjual yang dipanggil ke pavilliun Ilichi ini pergi dengan tergesa setelah menerima dua kantung koin emas masing-masing dari Yian.

"Kenapa Duchess mengusir mereka, aku belum selesai membeli gaunnya," ucap Yian kesal.

"Belum?" Graziano mengangkat sebelah alisnya, matanya menatap lima gaun diatas ranjang. "Berhenti berbelanja seperti ini, kau menghambur-hamburkan uang Selir Yian," lanjutnya.

Yian mendengus, ia pikir ia dan Graziano bisa berteman, tapi nyatanya Graziano sangat menyebalkan.

"Duchess kau tak mengerti, ini semua keinginan bayiku," ucap Yian, membuat Graziano mengepalkan tangannya.

"Apa iya?" Graziano berucap dengan dingin, "baru kali ini aku menemukan orang hamil ingin menghambur-hamburkan banyak uang karena sang bayi, ampunilah ibumu nak kau telah difitnah walaupun belum lahir," ucap Graziano terkekeh geli diujung perkataannya.

"Kau tak tahu, karena kau tak hamil. Coba kau hamil kau akan tahu rasanya. Bagaimana rasanya mengidam kau itu tak ta ... "

Plak

"Lancang." Graziano menampar telak pipi Yian sampai memerah, ia sudah kesal. Yian terlalu lancang, berani sekali ia melempar kotoran babi pada wajahnya dengan perkataannya itu.

Yian berkaca-kaca, ia memegang pipinya yang terasa panas.

"Kau hanya orang rendah, kau hanya beruntung karena yang mulia sangat mencintaimu. Tapi ketahuilah kau tak lebih dari seorang babi penjilat," ucap Graziano tangannya bergetar saat menunjuk wajah Yian.

Air mata Yian luruh, ia terisak pilu. Tangan yang satunya mengelus perutnya yang sudah terlihat menonjol, bukti bahwa ia tengah mengandung.

"Tapi aku melakukan ini ... hanya untuk menebus rasa sedihku ... karena yang mulia meninggalkanku selama sepuluh hari bersamamu," ucap Yian disela isakannya, amarah Graziano sudah diubun-ubun.

"Demi Tuhan, bukankah yang mulia sudah memberimu seorang guru, maka pahamilah apa yang ia ajarkan. Kami pergi bukanlah bersenang-senang, kau terlalu lancang. Ingat kata-kataku ini, kau hanya seorang selir," ucap Graziano penuh penekanan.

Yian menundukkan kepalanya, ia menangis semakin kencang.

"Teruslah menangis, sampai yang mulia datang. Bukankah ini yang kau rencanakan?" ucap Graziano.

Para pelayan tak berani menghentikan Graziano, mereka ikut sadar diri dengan perkataan Graziano, karena mau bagaimanapun Graziano adalah seorang Duchess yang setara dengan Duke.

Graziano tak peduli dengan tingkah dramatis Yian, ia melangkah pergi meninggalkan Pavilliun yang diisi dengan tangisan Yian dan beberapa kata-kata menenangkan dari pelayan.

Graziano sudah hilang kesabaran, sudah cukup Yian merebut hati Matteo, tak akan ia biarkan Yian berbuat semaunya. Ia kepala keuangan Gradenia barat, ia yang memegang penuh tanggung jawab itu. Tak peduli jika Matteo akan marah, ia akan berdebat dengannya.

Yian bukanlah wanita polos dengan tutur kata manis, ia hanya wanita dengan penuh kelicikan dan drama. Ia dengan akal bulusnya, berpura-pura sakit setelah kepergian Graziano. Ia akan menarik simpati Matteo, agar Graziano menerima getah dari perbuatannya.

Walaupun Graziano menamparnya ia akan membalas Graziano lewat Matteo, ia akan memberi tahu orang-orang barat ini, siapa yang layak mereka takuti dirinya atau Duchess tanpa penyangga itu.



Duke's Life Prophecy Where stories live. Discover now