20

15.2K 1.5K 39
                                    

Follow gak nih, atau gue pelet??

_______

Kejadian siang tadi masih membekas dibenak Graziano, bagaimana dengan santai Matteo mengorek luka pria itu.

Wajahnya memanas saat hal-hal kotor mulai menari-nari diotaknya. Graziano mengutuk dirinya sendiri, yang bisa-bisanya memikirkan hal itu.

"Kau sedang memikirkan apa Duchess?" Matteo duduk disamping Graziano, membuat omega itu beringsut. Graziano saat ini tak ingin didekati orang lain.

"Ada apa? Apa kau sakit, sampai wajahmu merah?" Matteo mengusap wajah Graziano, membuat sang empu melenguh, terkutuklah Graziano yang melupakan siklus heatnya.

Matteo beringsut, sedikit menjauhi Graziano. Omeganya bergerak gelisah dengan suara rintihan lembut, tampaknya Duchess tengah heat.

"Apa kau mau aku membantumu, atau aku keluar dari kamar?" tanya Matteo, sebajingan-bajingan dirinya, ia perlu mempertanyakan hal ini.

Tak ada jawaban dari Graziano, ia meremas seprai.

"Baiklah aku akan keluar," ucap Matteo.

Graziano menggeleng ribut, tidak. Ia sangat butuh alphanya, ini terasa menyakitkan jika dibiarkan.

Graziano benar-benar kacau, dimana keanggunan dan ketenangan itu? yang saat ini Matteo lihat hanya omega lemah yang mati-matian tengah menahan desahannya.

Matteo menghampiri Graziano, menarik tubuh yang tengah memanas itu untuk dipeluk. Membiarkan Graziano melakukan apa yang ia inginkan, bahkan ia membiarkan Graziano yang tengah mengecupi lehernya. Tak ada yang lebih mengerikan dibanding heatnya omega dan rutnya alpha.

Graziano seakan melupakan siapa dirinya, yang ada dibenaknya hanya ingin kepuasan.

Sesekali Matteo membantu sang omega untuk mengejar kenikmatannya sendiri. Keduanya menikmati aktivitas panas ini, tanpa peduli jika ada yang mendengar desahan keduanya.

Graziano yang agresif seperti ini, membuat Matteo kehilangan akalnya. Bagaimanapun jika kucing diberi ikan, tak akan dianggurkan. Matteo mengerjai tubuh sang istri sampai lupa waktu. Ia terus menikmati tubuh sang omega dengan dalih membantu meredakan heatnya.

_________

Matahari mulai memperlihatkan sinar dan kehangatannya dipagi hari.

Graziano mengeliat merasakan nyeri disetiap persendiannya, ia mengangkat tangan Matteo yang melingkar diperutnya.

"Eumhh ... ini sudah pagi, bangunlah yang mulia." Graziano mengusap wajah Matteo.

Graziano mendudukan dirinya dengan pelan, demi Tuhan Matteo mengerjainya hampir sampai fajar. Mereka baru tidur sebentar.

Matteo dengan malas membuka matanya, rasanya kelopak matanya berat. Ia tersenyum, saat melihat wajah Graziano saat bangun, itu sungguh indah.

"Bangunlah, bukankah kita akan pergi ke balai pengobatan?" ucap Graziano.

Matteo dengan berat hati bangun, ia beranjak dari ranjang. Keduanya harus segera membersihkan diri. Graziano merasa kasihan pada orang-orang barat yang membawa kendi-kendi air dari sana untuk warga timur, dan sekarang ia harus meminta sedikitnya satu kendi untuk dipakai membersihkan diri.

Graziano membutuhkan waktu lama, perkiraan air yang ia pakai hanya satu kendi, ternyata ia menghabiskan tiga kendi dan itu semua karena ulah Matteo. Ia turut prihatin pada orang barat, sedikit merasa bersalah karena menggunakannya dengan percuma.

Setelah selesai membersihkan diri, ia menyusul Matteo yang sudah lebih awal pergi ke balai pengobatan. Tabib Loi bilang, penyakit yang di derita masyarakat berangsur membaik, ditambah ayahnya sendiri sudah mulai membaik luka gatal pada kulit Duke Antonio sudah mengering.

Nama pasangan suami istri ini tengah melejit dimasyarakat timur, mereka menjadi buah bibir masyarakat karena kebaikan dan juga bantuan yang diberikan.

Masyarakat timur banyak berterima kasih pada Duke menantu Duke Antonio ini, mereka mengangung-agungkan kedua pemimpin daerah itu.

Graziano melihat tenda-tenda yang sudah mulai kosong oleh para pasien, tabib juga cukup merasa lega karena hanya sisa beberapa. Ini hari ke delapan  Graziano berada ditanah tempat kelahirannya, ia senang akhirnya masalah ini bisa teratasi.

"Yang mulia, warga berangsur membaik. Ternyata benar sumbernya dari air sungai yang selalu dipakai oleh warga," tutur tabib Loi.

"Kau benar, Duke sudah mengatasi orang biadab yang melakukan hal tercela itu," ucap Graziano.

Tabib Loi tersenyum, "semoga Tuhan memberi berkah pada yang mulia, orang rendah ini merasa bersyukur memiliki pemimpin seperti Duke dan Duchess." Tabib Loi menundukkan kepalanya, ia memuji dengan ketulusan hati.

"Terima kasih tabib, kau tidak perlu berlebihan. Ini suatu kewajiban bagi kami, tanpa ada tenaga medis juga kami bukanlah apa-apa terima kasih atas kerja keras mu dan murid-muridmu yang lain," ucap Graziano.

Keduanya berbincang banyak, bahkan Graziano sampai melupakan Matteo, ia asik mempelajari beberapa obat-obatan dengan tabib Loi. Setidaknya ia harus tahu obat dasat dalam hal medis.

Sedangkan Matteo tengah mengecam habis-habisan pria yang waktu itu ia tangkap. Matteo tak membiarkan pria itu mati, bahkan ia menyuruh tabib Loi mengobatinya dan ia akan kembali melakukan penyiksaan sampai orang itu mengaku. Ia sengaja bilang pergi kebalai, ia tak mau sampai Graziano melihat hal keji ini.

Matteo kembali menampar keras pria yang terikat menggantung terbalik, dipavilliun kosong milik mertuanya.

"Katakan, bajingan mana yang menyuruhmu?" Matteo mencengkram pipi pria itu.

Pria itu hanya terkekeh, tampaknya ia begitu setia pada Tuannya dan tak takut untuk mati.

"Bunuh saja aku, sampai matipun arwahku tak akan memberi tahumu," ucapnya, ia masih bisa terkekeh walaupun darah mengucur dari mulutnya.

Matteo mengepalkan tangannya, ia yakin jika yang menyuruh orang ini bukanlah sembarang orang, pasti memiliki kekuasaan. Apa musuh Gardenia? Matteo rasa, Gardenia hanya memiliki perselisihan dengan Joury, pimpinan Kaisar Hryan. Tapi apa mungkin Joury melakukan hal menjijikan ini, hanya untuk membunuh Gardenia timur.

Matteo rasa ini terlalu janggal, lagipula Gardenia timur terlalu kecil hanya untuk itu, jika pun ingin Joury pasti membuat orang-orang barat yang seperti ini.

"Kau tak akan menyangka siapa Tuanku, jadi lebih baik kau tak mengetahuinya,"

Plak

Matteo menampar lagi dan lagi mulut lancang itu, ia sangat ingin merobek mulut kotor itu dengan belatinya, tapi ia urungkan karena ini belati terakhir miliknya.

Siapa orang yang Matteo akan terkejut jika sampai tahu dalangnya? Jika pun itu Kaisar tak akan terkejut, karena sejak dulu Kaisar memang orang gila dan kebetulan beruntung membuatnya naik tahta. Apa mungkin itu Kaisar? Karena Matteo rasa, orang dihadapannya tidak tahu perselisihan masa lalu.

"Kaisar?" tanya Matteo, ia menekan luka perut pria itu membuatnya memekik keras.

"Katakan apa Kaisar yang melakukannya?" tanyanya lagi.

Pria dihadapannya sudah tak kuasa menahan rasa sakit yang bertubi-tubi, bahkan ia sudah muntah darah berkali-kali mengotori lantai.

"Jangan hanya mengotori ubin pavilliun dengan muntahan menjijikanmu itu, tapi bergunalah sedikit mulut busukmu itu, katakan apa itu Kaisar?" ucap Matteo, seakan tak gentar pria itu malah tertawa kecil bak orang gila.

Matteo merasa prustasi dengan ini semua, ia mencekik leher pria itu dengan erat.

"Enyahlah ke neraka." Cekikan semakin kuat, membuat napas sang lawan berangsur menipis tubuh tergantung terbalik itu bergerak ribut saat nyawanya tercabut dari raga yang sudah rusak. Matteo mendengus, melihat mata pria itu yang masih terbuka dengan mulut terbuka juga mengeluarkan darah, dia telah mati dan Matteo yang menghabisinya.













Duke's Life Prophecy Where stories live. Discover now