23

13.6K 1.7K 249
                                    

Graziano meringis saat tabib Loi memberikan kunyit pada luka punggungnya.

"Mohon tahan yang mulia, ini akan terasa sakit," ucap tabib Loi.

Graziano meringis, ia menggigiti bantal, demi Tuhan punggungnya terasa sangat sakit.

Elena yang berdiri tak jauh dari ranjang, ikut menangis melihat Tuannya yang terluka. Ia tak kuasa, dan ia merasa ini tak adil, bagaimana bisa seorang Duchess dipermalukan dan dihukum hanya karena seorang selir, Elena merasa tak terima, tapi ia sadar diri, ia bukanlah siapa-siapa.

Berbeda dengan keadaan rumah utama yang tengah ikut bersedih dengan keadaan Duchess, orang-orang pavilliun Ilichi asik bersenang-senang dengan Yian sebagai ketuanya.

Orang dapur bahkan membakar iga sapi atas permintaan Yian.

"Apa Duchess tengah dirawat oleh tabib Loi?" Yian mengigit buah apel, gayanya sudah bak putri seorang bangsawan.

"Yang mulia tengah dalam masa pengobatan, bahkan yang saya dengar dia sampai meringis kesakitan saat dioleskan kunyit," jelas Krisya membuat Yian terkekeh senang, ia tak akan membiarkan Graziano menindaskannya melainkan sebaliknya. Ia akan membuat Matteo menceraikan Graziano, dan ia diangkat menjadi istri sah, sungguh rencana yang bagus bukan?

Disaat asik berbincang ria, orang-orang pavilliun Ilichi dikejutkan dengan kedatangan Matteo yang tiba-tiba, mereka langsung membersihkan makanan yang ada diatas meja, Yian juga ikut heboh, ia membereskan beberapa perhiasan yang berserakan diatas ranjang.

Jantungnya hampir melompat saat pintu terbuka, untung saja ia sudah memasukan perhiasannya dengan cepat, ia harus bertingkah lugu dihadapan Matteo.

"Ada apa, dengan wajahmu itu?" tanya Matteo, keningnya mengerut melihat wajah Yian yang terlihat gugup dan napas terengah dari wanita itu.

"Tidak, aku baik-baik saja," kilah Yian, ia tersenyum kaku.

Yian menghampiri Matteo, ia memeluk tangan kekar sang Duke.

"Yang mulia, kenapa kau harus menghukum Duchess dengan sangat keras? Duchess pasti marah padaku," tutur Yian dengan nada yang menyedihkan.

"Dia tak akan berbuat kasar lagi padamu, jadi tenanglah," ucap Matteo, ia percaya jika Graziano tak akan mengulang perbuatannya.

"Lindungi orang rendah ini, aku akan pergi. Aku akan pergi tapi tolong jaga bayiku, aku tak ingin terus-terusan berselisih dengan Duchess." Yian menghapus air mata yang akan semakin deras membasahi pipinya.

Matteo yang mendengar itu merasa perih, mana mungkin ia lepas tanggung jawab pada wanita yang tengah mengandung anaknya.

"Jangan bicara seperti itu, kau akan tetap di sini, Duchess tak mungkin melakukan hal kasar lagi, dia hanya sedang tak bisa mengontrol amarahnya. Lain kali jangan memancingnya, dia bukanlah orang yang pandang bulu," ucap Matteo, membuat Yian merengut karena bukan hal ini yang ingin dia dengar, ia berharap Matteo menendang Graziano pergi dari sini, dan mengangkat dirinya sebagai Duchess.

Yian hanya diam tak menanggapi ucapan Matteo, ia memeluk sang dominan. Biarlah, saat ini Graziano masih bisa bertahan tapi ia akan semakin mengikat Matteo dalam dekapannya, ia akan membuat Graziano semakin tersiksa.

_________

Hari kelima setelah hukuman Graziano,  tak ada perubahan apapun dengan kondisinya, bahkan saat ini kesehatan Graziano semakin menurun, suhu tubuhnya naik, ia demam dari semalam.

Kabar kesehatan Graziano yang menurun membuat Matteo khawatir, ia berniat menginap dirumah utama untuk malam ini.

Saat masuk ke kamar, ia mendapati Graziano yang tengah terbaring lemah, wajah pucat pasi dengan tubuh yang menggigil. Mungkin bagi Matteo sudah biasa dengan luka cambuk, atau goresan pedang tapi bagi omega macam Graziano hukuman cambuk terlalu berat.

Matteo duduk disisi ranjang, tangannya mengusap pipi Graziano yang terasa panas ditelapak tangannya.

"Apa dia sudah diperiksa oleh tabib Loi?" tanya Matteo, Elena mengangguk dengan takut.

"Yang mulia sudah diperiksa tiga kali hari ini," ucapnya.

Matteo mengangguk, ia membenarkan selimut Graziano. Melihat keadaan Graziano saat ini membuat Matteo merasa bersalah, seharusnya ia tak memberi hukuman kejam itu.

Graziano tak tidur hanya saja ia tak bisa membuka matanya, karena pening yang menderanya. Ia masih bisa mendengar suara Matteo, bahkan ia bisa merasakan usapan halus dari tangan kasar sang Alpha.

Matteo ikut berbaring disamping Graziano, ia bahkan mendekap sang omega agar tak terus-terusan menggigil.

Graziano hanya bisa pasrah saat tubunya didekap erat, ia tak menolak ataupun menerimanya. Ia tak kuasa untuk itu semua, tubuhnya terasa seperti ditombak, kepalanya rasanya akan pecah jika ia bergerak sedikit saja. Mungkin ia demam karena luka punggungnya.

Matteo mengeluarkan feromon penenang, agar Graziano tak merasa gelisah. Ia memberikan rasa nyaman pada omega itu.

Semalaman penuh Matteo mendekap Graziano, sampai tak terasa fajar sudah tiba bahkan matahari sudah mulai mengeluarkan semburat cahaya yang menyilaukan mata.

Matteo membuka matanya yang langsung mendapati Graziano yang masih memejamkan matanya.

"Cepatlah lekas sembuh, Duchess." Matteo mengusap wajah Graziano, lalu beranjak dari ranjang.

Hari ini ia akan pergi menemui kaisar, ia menerima surat pemanggilan atas tindakannya tempo lalu. Matteo sudah menduga akan hal ini, akan ada kontroversi antara kedua belah pihak.

Matteo menggulir matanya, melihat Elena yang datang membawa nampan makanan.

"Katakan pada tabib Loi, terus pantau keadaan Duchess. Siang ini aku akan menemui Kaisar," ucanya.

"Baik yang mulia, akan saya sampaikan," sahut Elena, ia menunduk patuh.

"Jika Duchess sudah bangun, katakan padanya jika aku akan segera kembali. Jika aku kembali, aku harap dia sudah lekas sembuh seperti sedia kala, dan katakan maafku jika besok aku belum kembali," tutur Matteo.

"Mohon ampun yang mulia, mengapa Anda tak meminta maaf pada Duchess secara langsung?" ucap Elena terkesan lancang, tapi ia memiliku firasat buruk dengan ucapan Matteo barusan.

"Katakan saja, jika besok aku belum juga pulang," ucap Matteo.

Tanpa banyak bicara kembali, ia langsung pergi meninggalkan kamar. Matteo akan mengganti bajunya, banyak hal yang harus ia persiapkan. Mau bagaimanapun, Kaisar bukanlah orang sembarang, Kaisar memiliki kuasa untuk melakukan apapun, ia khawatir tak bisa kembali pulang.

Setelah kepergian Matteo dari kamarnya, barulah Graziano membuka matanya.

"Elena ... " ucapnya parau.

Elena langsung menghampiri Graziano yang kesulitan bangun.

"Ada yang bisa saya bantu yang mulia?" ucapnya panik, membantu Graziano untuk duduk.

"Tidak, hanya saja kemana yang mulia?" tanya Graziano.

"Duke akan pergi ke ibu kota memenuhi panggilan Kaisar, dia mengatakan jika dia sudah kembali dia berharap yang mulia sudah lekas sembuh," tutur Elena.

"Lalu apa lagi yang ia katakan?" tanya sang Duchess.

"Mohon ampun yang mulia, sisanya Duke memberi izin mengatakannya besok," ucap Elena yang hanya diangguki Graziano.

"Saya akan menyiapkan air untuk Anda membersihkan diri, tabib Loi mungkin akan segera datang, yang mulia kumohon cepatlah lekas sembuh," ucap Elena lirih diakhir kalimat.

Lagi dan lagi Graziano hanya tersenyum, ia juga ingin segera sembuh tapi rasanya itu tak akan mudah, ia bahkan merasa kamarnya berputar saat duduk seperti ini.

____

Komen banyak gue double up










Duke's Life Prophecy Where stories live. Discover now