22

13.6K 1.7K 193
                                    

"Kau menamparnya, apa itu sikap dari seorang Duchess atau tukang menindas orang rendah?" Matteo menekan setiap perkataannya.

"Apa Tuanku ini tak mau bertanya kronologi permasalahannya mengapa Duchess ini menampar orang rendah itu?" Graziano balik bertanya, tak ada keraguan diwajahnya.

Keduanya bersi tegang, bahkan orang-orang rumah utama hanya bisa menunduk melihat perdebatan sengit ini, bagaimana Duchess dipermalukan karena Duke membela begitu keras selirnya.

"Yang mulia, dia menghamburkan uang dan aku menegurnya. Lalu apa yang dia katakan pada Putra Duke Antonio ini?" Graziano menatap mata kelam Matteo, "dia mengatakan jika aku tak mengerti orang hamil, dia melontarkan perkataan bak kotoran babi pada wajahku dengan mengatakan karena aku tak hamil. Bukankah penghinaan bagi Duchess ini, yang belum juga dikarunia seorang anak sedangkan seorang selir tengah hamil," lanjutnya, dengan menggebu mengungkapkan isi hatinya.

"Lalu siapa di sini yang salah, aku, kau atau selir kesayanganmu itu?" ucap Graziano, suaranya bergetar saking marahnya saat mengingat ucapan Yian.

Matteo diam membisu, mendengar setiap perkataan Graziano. Memang betul jika kabar kehamilan Duchess didahului oleh selir itu tandanya kedudukannya tak lebih dari seorang istri sah tanpa dicintai, sedangkan Yian jelas ia mempunyai cintanya bahkan kabar kehamilan selir itu menyebar setelah satu hari pengangkatan Yian sebagai selir, sudah menjadi rahasia umum jika Yian dan Matteo memiliki hubungan jauh sebelum hubungan suami istri dengan Graziano.

"Aku ber hak menamparnya, anggap saja aku sedang menjadi kepala keuangan yang marah karena seekor tikus yang menggorogoti roti, bahkan seharusnya tikus itu diberi racun mati, karena berani memakan roti yang bukan hak nya," tutur Graziano, membuat Matteo menatapnya sengit tak terima dengan perkataannya barusan.

"Hukum Duchess dengan lima belas cambuk," ucap Matteo telak, tak peduli dengan penjelasan yang diberikan Graziano. Ia melakukan itu karena ucapan Graziano yang terdengar menyinggung.

Sang omega mengepalkan tangannya, tak melawan ataupun membela dirinya kembali. Ia hanya menatap Matteo dingin, membela dirinya hanya akan menjadi sia-sia.

Graziano akan menerima hukuman itu, ia bukanlah orang lemah yang akan memohon dibebaskan akan hukuman kecil.

Nasib omega sepertinya hanya bisa menelan pil pahit atas tindakan orang yang berkuasa, dijaman sekarang perceraian hanya akan merugikan omega. Andai ia lahir menjadi alpha, mungkin Graziano tak akan menikah menerima lamaran, dan ia yang akan melamar. Lalu ia tak perlu tunduk, dan mempelajari buku-buku tebal layaknya putri bangsawan. Penjajahan bagi kaum submisif memang sudah menjadi rahasia umum, submisif hanya bisa pasrah saat nasib buruk menyertainya.

Omega yang bercerai akan dipandang buruk, status sosial orang tuanya akan turun. Bahkan mungkin akan dianggap cacat karena melahirkan omega gagal. Inilah alasan Graziano masih bertahan dengan Matteo, ia tak sanggup mendengar desas-desus orang-orang, apalagi terhadap keluarganya.

Submisif yang telah menikah, raga dan jiwanya dipaksa untuk pasrah dan bergantung pada suaminya. Mereka tak memiliki hak apapun, mereka hanya bisa menerima nasib. Bahkan neneknya terdahulu, menerima kakeknya yang kejam dan sering kali menerima kekerasan sampai akhir hayatnya, bukti jika penjajahan terhadap kaum submisif itu nyata.

Graziano pergi ke kamarnya, ia lelah dengan semua ini. Ia akan bersiap menerima hukuman yang diberikan Matteo.

Kabar Duchess yang diberi hukuman atas tindakan kasarnya menyebar sampai ke telinga Yian. Selir itu tentu saja senang, lagi dan lagi ia bisa mengendalikan Matteo.

Yian menyeringai, ia menatap cangkir tehnya dengan senang.

"Kau mengerti sekarang Krisya, kau tidak salah memilih memihak padaku, karena Duchess mungkin akan segera digulingkan dari gelarnya," ucap Yian pada Krisya.

Duke's Life Prophecy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang