16

15.6K 1.7K 81
                                    

Dua kata di dunia ini yang Graziano tak mengerti politik dan yang kedua Matteo, sikap, ucapan dan segala tentang Matteo terlalu membingungkan. Matteo sangat marah saat dirinya akan disakiti orang lain, tapi diwaktu yang sama Matteo selalu melukainya.

Seperti saat ini, kepulangannya ke Gardenia barat, membuahkan kemarahan Matteo yang memuncak. Bahkan Matteo sampai mencekik lehernya, demi Tuhan baru tadi ia memuji keberanian Matteo, tapi sekarang dengan mata kepalanya sendiri ia melihat mata setajam pedang itu bak akan menghunusnya.

Hari sudah larut, ia pulang dari kekaisaran malam hari dan sekarang sudah dini hari. Namun seakan tak peduli akan waktu, Matteo menumpahkan segala kekesalannya, menatap omeganya penuh kekesalan.

"Tak bisakah kau menurut padaku?" Matteo semakin mencekik leher sang omega, membuat si manis meringis meronta meminta dilepaskan.

"Apa kau ingin mati, Duchess?" Sangat penuh penekanan, dan intimidasi membuat ia takut akan suaminya.

"Kau masuk ke istana, meminta kaisar. Apa pikirmu dia akan membantumu? Kau tak mendengar jika dia melarang siapapun masuk ke daerah pimpinan ayahmu, apa kau tuli sampai membuat telingamu tak berfungsi untuk mendengarku?"

Ringisan demi ringisan keluar dari mulut Graziano, seakan pasrah saat dominan itu kehilangan kontrol akan amarahnya.

"Sudah kukatakan, aku tak bisa membantumu! Bukan berarti aku tak mau, tapi kaisar melarang!" Matteo menghempaskan tubuh yang lebih kecil darinya, membuat Graziano tersungkur ke dinginnya ubin kamar.

"Ak-aku ... aku hanya ingin keadilan ak ... "

"Tak semua orang berpikir dengan cara yang sama, kau menyimpulkan jika semua pemimpin bijaksana dan adil, apa kau sudah tak sayang akan nyawamu sendiri, berhentilah bertindak jika aku sudah melarangmu, ini semua demi kebaikanmu,"

"Lalu bagaimana dengan orang tuaku?! Bagaimana dengan mereka, aku takut mereka kenapa-napa, kau tak memikirkan mereka!" sentak Graziano, hatinya memanas dengan segala bentakan Matteo.

Matteo memejamkan matanya, berusaha meredam emosi yang terus meletup-letup.

"Apa aku se tak peduli itu dimatamu?" Matteo mendekat, ia berjongkok menatap Graziano yang bersimpuh diubin.

"Kau tak menjelaskannya, kau hanya mengatakan tak bisa tanpa kata-kata apapun, apa menurutmu aku akan tenang?" Graziano mendongak menatap Matteo.

Matteo menghela napas, pertengkarannya dengan Graziano memang sudah hal biasa. Tapi kali ini tingkah Graziano sangat gegabah, bagaimana jika ia tak mengunjungi rumah utama siang tadi? Bagaimana jika ia tak memaksa Elena untuk mengatakan dimana Graziano.

Si nekat Graziano ini, benar-benar seperti cacing tak bisa diam jika sudah diberi penolakan. Masih bisa ia rasakan bagaimana paniknya ia, saat tahu Graziano pergi kekaisaran menggunakan kudanya.

Telat beberapa menit saja, mungkin Graziano benar-benar akan ditahan. Ditambah perbuatannya pada Kaisar akan berbuah kontroversi, ia yakin akan ada pertemuan penting dengan orang-orang kekaisaran. Hubungan pertemanan yang ia bangun dengan putra mahkota sejak kecil, akan sedikit renggang karena ulahnya.

Matteo beranjak, ia keluar tanpa kata-kata. Meninggalkan Graziano yang diam dengan keadaan kacau, tanda merah tercetak dilehernya, bukti tangan Matteo yang telah berhasil melukai lehernya.

Suaminya melindungi dirinya dari orang lain, tapi tangan yang dipakai untuk melindunginya itu dipakai juga untuk melukainya, dilukai oleh Matteo jauh terasa lebih sakit dibanding dilukai orang lain.

______

Matteo memijat pangkal hidungnya, demi Tuhan tadi itu reflek ia sama sekali tak berniat melakukan hal itu. Amarahnya memicu hal itu.

Masalah baru mungkin akan segera datang, melukai Kaisar sama dengan mengibarkan bendera pemberontakan.

Tapi jika Matteo tak melakukannya, Graziano akan ditahan karena kelancangannya.

Tak semua pemimpin memikirkan rakyat, ada juga yang hanya ingin mempertahankan tahtanya saja. Matteo berani bersumpah ia sudah meminta Kaisar untuk mengirimkan bala bantuan untuk Gardenia bagian timur, tapi Kaisar tak bisa terbantahkan.

Matteo sendiri kesal, bahkan sangat ingin menebas kepala Kaisar, tapi ia tak bisa melakukan hal itu, memangnya siapa dirinya? Dia hanya putra dari seorang pangeran yang pernah diasingkan, dunia tak ada yang tahu, tapi Kaisar tahu.

Memikirkan hal itu, membuat Matteo berdecih. Manusia memang serakah, tak ada manusia yang tak serakah, mereka akan haus dan terus merasa haus, kekuasaan, pasangan, dan harta adalah sesuatu yang menjadi keserakahan. Banyak yang mengatakan, jika kita punya kuasa maka kita bisa menggenggam dunia. Dunia ini terlalu kejam bagi orang-orang lemah dan berkasta dibawah.

"Matteo ... "

Suara cempreng sang selir masuk ke indra pendengarannya, Yian dengan centil menghampirinya.

"Matteo, aku tak bisa tidur," adunya, dengan wajah merengut, ia duduk dipangkuan Matteo, melingkarkan tangannya dileher sang dominan.

Matteo hanya diam, tak menolak ataupun menerima perlakuan Yian, ia terlalu pusing saat ini.

"Ada apa?" Yian mengelus rahang tegas Matteo.

Matteo menepis pelan tangan Yian, ia terlalu malas untuk menanggapi segala tingkah Yian. Isi kepalanya tengah berisik, rasanya akan pecah.

Graziano, wabah penyakit, Kaisar, rasanya menjadi beban pikiran Matteo saat ini.

"Turunlah aku lelah, sungguh." Matteo menyingkirkan Yian dari pangkuannya, membuat wajah Yian muram seketika.

"Kenapa kau seperti ini? Apa Duchess membuat masalah? Kudengar, siang tadi ia pergi ke istana untuk menemui Kaisar," tutur Yian, seakan menambah api dalam hati Matteo.

"Memangnya Duchess ada perlu apa? Ouh ... atau dia bertemu dengan Putra mahkota, karena kudengar Putra mahkota seorang dominan tampan." Yian semakin gencar mengompori Matteo, yang tengah menenangkan diri itu.

"Berhenti mengoceh," ucap Matteo, ia bisa meledak kapan saja. Ia tak ingin bertambah bajingan jika sampai menyakiti wanita hamil.

"Aku hanya membicarakan rumor, banyak yang membicarakan Duchess dan Putra mahkota," ucap Yian.

Matteo mengepalkan tangannya, Putra mahkota dan Graziano? Sejak kapan, keduanya saling mengenal? Apa ini alasan Graziano nekat dan berani pergi ke kaisar, karena ada bantuan Putra mahkota?

Darahnya seakan mendidih, Yian berhasil menyulut amarah Matteo.

"Orang-orang bilang, Duchess dan put ... "

"Pergilah,"

"Matteo kau haru ... "

"Pergilah Yian, sebelum aku menyeretmu keluar," sela Matteo sekali lagi, Yian menyeringai lalu ia menampilkan wajah lugu seperti terluka akan ucapan Matteo.

"Baiklah aku akan pergi, selamat malam Matteo," ucap Yian lirih, lalu melangkah pergi.

Matteo mengacak rambutnya, merasa prutasi dengan segala hal. Sampai saat ini ia belum mendapatkan cara untuk menolang wilayah Gardenia timur, jika terus dibiarkan kabar kematian mungkin akan cepat datang.

Menunggu keputusan Kaisar, sama dengan menunggu kabar kematian datang. Kaisar tak sebaik yang orang kira, tak pernah ada rumor jelek tentang Kaisar, tapi nyatanya bagi Matteo pemimpin Gardenia itu busuk, segalanya busuk, orang-orang istana hanya sekumpulan manusia sampah, manusia-manusia yang haus dalam segala hal.

Menebas kepala, membunuh manusia tak bersalah adalah hal biasa bagi manusia sampah macam mereka.

______

Masih tim putra mahkota atau Matteo yang punya setengah pendukung dari Gardenia??

Duke's Life Prophecy Where stories live. Discover now