13 - SORENESS

8.7K 337 8
                                    

Malam itu, Adrian tengah terduduk sendirian di salah satu kursi santai yang berada di dekat pohon oak besar. Bibir tipisnya tampak menghisap sebatang rokok yang kemudian ia hembuskan asapnya perlahan. Ia tengah memandangi pemandangan gemerlap kota Los Angeles dari halaman samping mansion bel-air yang berada di area perbukitan.

"Hai, Bro"

Adrian spontan menolehkan kepala pada arah sumber suara yang baru saja ia dengar. Adrian lalu meletakkan rokoknya di tepi asbak. Ia pun berdiri kemudian merentangkan tangan.

Adrian merengkuh Garry yang baru saja datang dan menyapanya. Dekapannya lantas dibalas sang sepupu dengan menepuk-nepuk punggungnya.

"Kapan sampai?" Tanya Garry setelah melepaskan pelukan selamat datang tersebut. Garry memang telah terlebih dahulu tiba di mansion bahkan sejak beberapa minggu lalu. Jadi, Adrianlah yang terkesan merupakan tamunya saat itu.

"Tadi siang" jawab Adrian.

"Oh" gumam Garry sembari mengangguk paham. "How's life?" tanya Garry lanjut menanya kabar Adrian.

"Mm-" Adrian mencebik kecil . "Pretty good. Lo?"

Garry menjawab diikuti mengulas senyum singkat. "Yah gini-gini aja-" katanya.

"Darimana?" Adrian ganti menyoal keberadaan Garry yang baru terlihat di depan matanya.

"Biasa, urus ini-itu buat acara lusa" jawab Garry cepat. "Anyway, congrats ya, but sorry kemarin gue gak bisa dateng ke kawinan lo" Garry sekaligus meminta maaf sebab tak bisa menghadiri acara pernikahan Adrian yang diselenggarakan bulan lalu.

"It's okay. I know you're busy" Adrian terdengar tak mempermasalahkan.

"Tumben, pengertian sekali tuan muda satu ini" timpal Garry. "Mana bini lo?" Ia giliran menanyakan keberadaan Elia yang kini merupakan pasangan Adrian.

"Tadi baru ngobrol sama nyokap. Lo belum ketemu?"

Garry menggeleng.

"Mungkin dikamar. Besok aja say hi-nya" usul Adrian.

"Yah padahal gue pengen godain dia sih. Seneng banget pasti dia jadi kawin sama idola-nya" ledek Garry pada Adrian dengan mata berkilat jahil.

"Gak usah bahas aneh-aneh depan dia" Adrian memperingatkan Garry untuk tak bicara macam-macam di depan istrinya kelak.

Garry menahan seringai lebar. Ia memang sudah biasa menggoda Adrian dan hubungan pria itu dengan para wanita.

*

Lalu Adrian dan Garry masing-masing duduk pada kursi santai yang dipisahkan meja taman di tengah-tengah mereka. Adrian sempat menawarkan sebatang rokok pada Garry namun ditolak.

"Terus, gimana rasanya nikah?" Garry terdengar penasaran pada kehidupan baru Adrian setelah melepaskan status lajang.

"Ngapain tanya? Lo kan juga bentar lagi kawin-" Adrian justru terdengar malas menjawab dan menghindari pertanyaan Garry.

Garry mereluh. "Gue kawin juga tiap hari, bro!" sahutnya lantang.

Adrian refleks mengerling Garry lalu menyeringai jijik.

"-canda" koreksi Garry yang memang hanya melemparkan guyonan.
"Udah honeymoon belum kalian berdua?" sambungnya lagi.

Adrian menjeda lama sebelum menanggapi. Ia bahkan mengalihkan rasa tak nyaman yang kini timbul dengan menuang gin ke dalam gelas. "Ngapain? Buang-buang waktu. Gue juga gak sempat" jawab Adrian tersirat malas menyisihkan waktu untuk Elia.

Hold Me With Your Lies [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang