45 - A COLD DEAL (PART I)

8.6K 320 6
                                    

kriet

kriet

Suara kayu yang berderit pelan mengiringi langkah kaki Elia ketika ia berjalan menuruni anak tangga basement vila.

Sembari berpegangan pada pagar tangga, Elia terus melaju turun hingga sampai di lantai basement yang juga terbuat dari papan kayu.

Sesampainya di basement, Elia pun berhenti disertai memindai sekeliling. Ia menelisik basement vila yang gelap, pengap, dan hanya sedikit terkena sinar matahari dari sebuah jendela kecil dan lampu rendah watt.

dug dug dug

Gema suara samar tiba-tiba terdengar menggetarkan gendang telinga Elia.
Seolah mendapatkan petunjuk dari apa yang dicarinya, Elia pun meneruskan langkah untuk menuju sumber suara tersebut.

dug dug dug dug

Bunyi benda keras yang saling beradu makin lama makin nyaring Elia dengar.

Dan kemudian dari kejauhan Elia dapat menyaksikan suaminya - Adrian, sedang berlutut dengan satu kaki di depan sebuah meja kayu. Rupaya suara tadi berasal dari Adrian yang tengah menancapkan paku menggunakan martil ke kaki meja.

Elia lanjut berjalan menghampiri suaminya yang tampak sedang sibuk memperbaiki meja. Ia melihat berserakan pada lantai di dekat kaki Adrian; ada alat bor, obeng, sekrup dan paku. 

Elia terus melaju hingga akhirnya hanya terpisah jarak tiga langkah dari Adrian.

.

Sudah hampir dua pekan berlalu sejak Adrian keluar dari rumah sakit. Dan sekarang Adrian beserta Elia kembali menghabiskan waktu mereka di vila.

Saat ini kondisi Adrian sudah benar-benar pulih. Bahkan perban di kepala pria itu telah dilepas karena luka jahitan yang telah mengering. Hanya tersisa sedikit saja bekasnya di pelipis Adrian. Adrian pun sudah kembali bugar dan bisa beraktivitas seperti biasa.

Sementara itu, begitu menyadari ada yang datang menghampirinya, Adrian spontan menghentikan kegiatannya. 

Adrian menoleh diikuti mengamati Elia dari ujung kaki hingga kepala.
"Ada apa?" Ia menyoal kedatangan Elia.
Ia hanya sekali menengok lalu kembali memusatkan perhatian pada meja, paku, dan martil di tangannya.

Gestur Adrian saat itu kentara sekali tidak terasa hangat. Ia bersikap demikian sebab sampai detik itu juga Elia belum memaafkannya. Elia setia menjaga jarak, bahkan jarang berbicara.

Adrian begitu saja mengurangi usaha mendekati Elia. Jurus aksi sok manis, sugar coating dan lip service-nya tak jua meluluhkan hati Elia. Ia yang sejatinya adalah orang yang tak sabaran, lama-lama menyimpan rasa kesal. 

Di sisi lain, Elia tak henti memindai Adrian dengan gamang. Ditelisiknya sang suami yang tengah bermandikan keringat. Bahkan bagian atas kaos hitam Adrian nampak basah. Beberapa aliran peluh juga meluncur turun sepanjang leher Adrian yang kokoh nan jenjang.

"Kakak sedang apa?" Elia lantas memberanikan diri berbasa-basi sebelum menguak alasannya mencari Adrian.

Adrian lama diam namun kemudian membalas.
"Kenapa?" Ia justru balik mempersoal pertanyaan Elia. 

"Belakangan Elia lihat kakak terlalu banyak beraktivitas fisik" Elia menyadari Adrian seolah memaksakan diri berkutat dengan kegiatan yang membutuhkan kinerja otot yang berat. 

Adrian mengulas senyum miring.
'Soalnya kamu gak mau aku ajak olahraga bareng' Adrian membatin dongkol.

Ya alasan ia menenggelamkan diri pada kegiatan yang menguras stamina adalah untuk melampiaskan hasratnya yang tak tersalurkan.
Adrian sedang berusaha agar tak kelepasan menerkam Elia dan melakukan kesalahan dua kali.

Hold Me With Your Lies [COMPLETE]Onde histórias criam vida. Descubra agora