41 - SORRY AND PROMISES

39.1K 827 13
                                    

*

Kedua siku Adrian bertumpu di atas lutut. Jemarinya tengah memegang dahinya yang terasa berdenyut. Disampingnya tubuh Elia terkapar lemah. Elia tengah tertidur, mungkin terlalu lelah usai menerima gempuran keperkasaannya selama berjam-jam.

Ya, memang amat berlebihan, tak puas sekali malam itu Adrian menguasai tubuh Elia. Tapi untuk kedua kali ia lanjut menyebarkan cinta dan hasratnya pada raga Elia. Memang ia merasa bersalah sekaligus iba. Tapi hasratnya pada Elia yang sedang berada di puncak lebih kuat mendominasi dirinya. Dan kendali dirinya pun terpaksa harus kalah.

Saat Elia setengah sadar setelah ulah nekat pertamanya, Adrian justru menyentuh istrinya itu lagi. Gila atau sudah putus asa, Adrian hanya bisa tersenyum mengejek dirinya sendiri.

Dengan masih duduk di tepi ranjang, Adrian meraup kasar wajahnya. Sesekali ia menyugar cepat rambut hitam tebalnya. Gelisah, cemas tapi juga merasa bahagia dapat memiliki Elia silih berganti menyerbu hatinya.

Adrian mendengus kecil kemudian menengok mengintip Elia yang sedang tidur. Ditatapnya Elia lama dengan perasaan campur aduk. Memang ia telah bertindak terlampau jauh. Namun ia berikrar akan memeluk Elia setelah ini. Begitu erat dan tak akan melepaskan sepanjang malam.

Tapi sebelumnya, Adrian merasa membutuhkan waktu untuk juga menenangkan diri. Maka ia memilih bangkit dari ranjang. Dengan bertelanjang dada dan hanya memakai celana panjang hitam, Adrian melangkah menuju meja di dekatnya. Ia lalu menyambar sebungkus rokok di atas meja berikut sebuah lighter berwarna tembaga.

Adrian lanjut berputar mengitari tempat tidur dan berjalan menuju balkon. Sesampai di depan pagar balkon dengan tubuh berdiri menantang dingin dan gelap malam, ia mulai menempatkan sepuntung rokok pada bibir tipisnya. Ia lalu menyulutnya menggunakan lighter, membuat ujung rokoknya menyala menampakkan bara merah.

Adrian menghembuskan asap yang mengandung nikotin itu ke udara malam yang berangin. Ia melakukannya berulang-ulang saat menikmati menghisap rokoknya guna melampiaskan rasa penat.

Setelah puas mencari pelampiasan dan menenangkan keresahannya, Adrian memutuskan kembali masuk ke dalam kamar. Ia terus berjalan menuju tempat tidur.

Ia lantas menunduk di samping tempat tidur dengan tangan menjulur meraih kaki mulus Elia. Dengan hati-hati Adrian melepaskan satu per satu heels silver yang masih Elia pakai.

Setelah selesai, ia berganti ke bagian atas lalu menarik turun dress sequin Elia yang masih tersangkut di perut.
Diturunkannya perlahan dress Elia yang sudah terkoyak dengan beberapa keping sequin berceceran di atas ranjang. Adrian melakukannya sembari menahan gemetar tangannya. Pasalnya ia terpaksa melihat lagi bagian intim Elia yang polos dan seakan menggodanya untuk kesekian kali. Namun kali ini ia harus benar-benar menahan nafsunya jika tak ingin menyakiti Elia lebih fatal.

Dan tiba-tiba gerakan tangan Adrian terhenti.
"Shhit-" tenggorokan Adrian mendadak tercekat kala ia memiringkan tubuh Elia. Deg. Dadanya seketika terasa sesak saat ia baru saja melihat punggung Elia terluka dengan kulit punggung gadis itu nampak lecet, terkelupas dan mengeluarkan darah.

Terlalu terbuai pada sesi bercintanya tadi, rupanya Adrian lupa bahwa Elia memakai baju sequin yang tersusun dari keping-keping disc kecil yang tajam. Dan ketika tubuh gadis itu terseret-seret di atas ranjang karena ulahnya, kepingan itu telah mengiris-iris kulit Elia.

Adrian membuka setengah bibirnya diiringi mengerjapkan mata. Sekarang netranya mendadak terasa perih seperti terkena debu. Selaput bening pun muncul menyelimuti mata elangnya.
Menyadari ia sudah menjelma menjadi suami ter-brengsek di dunia. Ia telah membuat Elia berteriak kesakitan. Tak hanya itu ia juga membuat punggung Elia terluka, serta memberikan ruam hickeys-nya pada sekujur leher dan dada Elia.

Hold Me With Your Lies [END]Where stories live. Discover now