Sial, pasti ada sesuatu yang ku lupakan.

Terlarut dalam pikiranku, tiba-tiba saja suara Natalie terdengar merdu di telingaku. Sontak jantungku berdebar kencang, saking lamanya tidak mendengar suara itu.

Walaupun tidak dapat melihat sekitar, telinga Rolf bergerak ke kanan kiri, mencari keberadaannya.

"Alex! Alex! Tolong aku, serigala liar ini ingin membunuhku. Aku takut, Al," lirihnya terdengar sangat menyedihkan.

Tanpa peringatan terlebih dahulu, aku mengambil alih penglihatanku. Suaranya saja berhasil membuatku lupa diri, aku ingin bertemu dengannya.

Mengerjapkan mata, aku menatap sekitar dan tidak menemukan siapapun selain Natasha yang sedang tersenyum puas.

Rolf sudah meraung di dalam sana, mengumpatiku agar tidak bertindak gegabah. Padahal ku yakin tadi Natalie, mana mungkin aku melupakan suara mate-ku sendiri. Namun, anehnya tidak ada siapa-siapa.

Tanganku yang sedang mencekiknya perlahan terlepas dan tubuhku mundur, masih dengan pandangan yang mencari sekitar. Tidak ku pedulikan Natasha yang sedang terbatuk-batuk di hadapanku. Bahkan tidak ada rasa kasihan sama sekali.

Tidak melihat keberadaan Natalie, aku menghela napas kecewa. Ku rasa ini halusinasiku lagi. Menggeram marah, tanganku mengepal merasa dipermainkan oleh wanita ular itu.

Tanpa aba-aba, aku menjambak Natasha dengan kuat hingga kepalanya mendongak ke atas.

Bukannya kesakitan, wajahnya malah menatapku nakal dengan mata yang menyipit sayu. Dengan berani pula dia menjilat pipiku dan berdehem, seakan menikmatinya. Spontan aku mendorong kepalanya ke dinding.

Wajahku yang basah langsung ku lap menggunakan bahu, merasa jijik dengan diriku sendiri. Tidak pernah aku menemui wanita se-agresif ini sebelumnya, sangat berbeda dengan Natalie-ku.

"Jangan menyentuhku, bitch! Dan harus kau tahu, Natalie tidak mungkin takut dengan Rolf, dia sangat menyayangi serigalaku. Kau harus mati karena sudah berani mengelabuiku, Nat. Bahkan membuat cerita seakan kau adikku? Mimpi saja, aku tidak mengenalmu sedalam itu, kau yang mendekatiku duluan!" ungkapku dengan berteriak di hadapannya. Rautnya menyebalkan sekali, tidak ada ketakutan di sana.

Natasha tertawa puas hingga matanya menyipit. Suaranya melengking persis seperti nenek sihir. Jelas sekali bahwa dia sedang mengejekku.

Menggertakkan gigi, aku benar-benar ingin menyiksanya.

Perlahan tawanya berhenti dan senyumnya terpatri cerah di bibir. Bukan senyum pertanda baik, lebih tepatnya seringai puas karena berhasil mempermainkanku.

"Ah, sayang sekali aku gagal sex denganmu. Karena kau sudah mengetahuinya, sepertinya sihirku tidak berguna lagi ya. Padahal sangat menyenangkan melihat Natalie tersiksa seperti tadi, kau harus melihat ekspresi sedihnya itu hahaha," ucapnya yang tidak dapat ku mengerti.

Tanganku dengan cepat menutup telinga, malas mendengar tawanya yang melengking itu, sepertinya aku harus merobek mulutnya.

Setahuku penyihir memang tidak dapat menggunakan kekuatannya pada orang yang sama berkali-kali. Mereka sangat hebat, akan tetapi juga bisa sangat payah dalam waktu bersamaan.

Sepertinya ini memang kesempatanku untuk membunuhnya.

Namun, ucapan Natasha membuatku sedikit penasaran. Dia membawa-bawa nama mate-ku.

Mengernyit bingung, darahku mendesir merasakan ada sesautu yang tidak beres. Mataku menatapnya lekat, mencari jawaban.

"Natalie?" tanyaku memastikan yang langsung dianggukinya dengan semangat.

Senyumnya melebar hingga menampilkan gigi-giginya. Tangannya menunjukku seakan aku adalah orang bodoh yang pantas untuk ditertawakan.

Natalie tidak ada di sini, seharusnya dia tidak mengetahui apa yang ku lakukan pada Natasha, kan. Akan bahaya jika Natalie tahu bahwa aku hampir saja menyentuh nenek lampir ini.

Tidak, wanitaku tidak akan mengetahuinya selama mulut Natasha tertutup rapat. Tidak akan ada yang menceritakan hal itu padanya.

Dengan tatapan tajam dan mengancam, aku mendekati Natasha dan mencengkram tangannya kuat. Tanpa aba-aba aku menariknya hingga dia terjatuh padaku.

Tanganku menahan bahu dan kepalanya, menampilkan leher wanita itu yang terlihat sangat lezat untuk ku cicipi. Leher adalah tempat yang paling cepat membuatnya mati, tidak sudi aku berlama-lama dengannya.

Aku harus memastikan Natasha tidak akan memberi tahu Natalie.

Gigi runcingku perlahan keluar dan beberapa kali aku mendesis tidak sabar.

Baru saja akan mendekat, ucapannya menghentikan perbuatanku. Tanganku terasa lemas dan tatapan mataku menatapnya curiga. Apa dia berbohong lagi? Semua ucapannya terdengar seperti bualan.

Namun, entah mengapa aku tetap merasa takut.

"Percuma saja kau membunuhku. Aku melihat Natalie di balik pintu itu, apa kau masih yakin dia akan kembali padamu? Pria yang menyentuh banyak wanita, sekarang terdengar seperti kenyataan, bukan?"

-----------

TEBAKKK SELANJUTNYA ALEX BAKAL NGAPAIN?

BTWWW BAB BERIKUTNYA MAU POV ALEX ATAU NATALIE? SIAPAAA YG KGN NATALIE WKWKWK

JANGAN LUPA VOTE COMMENTSNYA YAAA

PART BERIKUTNYA MEREKA KETEMU GA SIEE?!!🥺🥺

SPOILER BAB BERIKUTNYAA

LOVE YOUUU🤍

Pet Me, I'm Your Wolf!Kde žijí příběhy. Začni objevovat