26. Senin, Hari Yang Penuh Sial

335 30 0
                                    

◎H a p p y   R e a d i n g◎

✨📚✨

Senin pagi.

Banyak orang yang mengeluh tak suka begitu hari ini tiba, terutama para pelajar. Mereka bilang, senin itu penuh dengan kejutan yang menyebalkan. Mulai dari berjemur dengan kedok upacara bendera, razia dadakan, serta pelajarannya mengharuskan otak siswa bekerja lebih keras.

"Pak ... tolong bantuin saya sekali ini aja ya, pak? Sumpah deh! Saya janji, gabakal telat lagi. Suer!"

Apalagi ditambah dengan hukuman telat sebab bangun kesiangan. Yah ... sebelas dua belas dengan apes Airil di senin pagi yang cerah ini.

"Neng. Bapak tidak bisa bantu banyak. Serahkan saja pada Tuhan yang maha kuasa ya?"

"Pak? Please! Jangan ngomong gitu ih!" rengek Airil. Candaan Pak Herman benar-benar membuatnya malah merasa menjadi orang paling buruk di dunia ini. Apalagi beliau berguyon dengan raut wajah tegas miliknya itu.

"Memang Bapak salah? Ya salah kamu. Toh, kamu yang telat. Kok bisa-bisanya salahin Bapak."

"Yaudalah, Pak. Saya terima hukumannya dengan lapang dada saja."

Airil berpikir, lebih baik ia harus mengalah dahulu, daripada kualat alias makan karma karena berdebat dengan orang tua di kemudian harinya.

"Bagus kalau begitu. Pak Hendery juga sebentar lagi datang untuk menjemput kamu."

Mata Airil terbelalak kaget. Pak Hendery?! Guru matematika yang terkenal killer itu?! Anjir! Mampuslah ia!

"Kok Pak Hendery, Pak?! Bapak yakin dan gasalah liat guru-kan?!"

Pak Herman mengernyit bingung. "Tidak. Memang Pak Hendery yang bertugas mengurus siswa terlambat pagi ini. Kenapa kamu harus sampai kaget begitu?" tanyanya.

"Wah. Bapak gatau julukan Pak Hendery ya?! Dia itu guru yang paling galak seantero sekolah loh, Pak! Makanya aku kaget banget pas denger dia yang piket pagi ini!" ceplos Airil menggebu-gebu. Ia tampak sangat bersemangat saat membicarakan Pak Hendery bersama Pak Herman. Padahal tadi, ia berkata cukup takut dengan raut wajah satpam sekolah satu ini.

"Oh iya? Bapak tidak per--" 

"Bapak tidak per? Pernah maksudnya ya? Tidak pernah apa emangnya, Pak?

"Tidak pernah tahu, Neng. Dengan julukan Pak Hendery yang ternyata cukup menyeramkan itu juga."

Airil berohria. "Gapapa, Pak! Yang penting, kan sekarang Bapak udah tau! Jadi, Bapak harus hati-hati sama Pak Hendery! Dia itu nyebelin pake banget! Ngasih tugas langsung setumpuk, gaada ramah tamahnya, muka sedatar dinding sekolah, untung ganteng! Huh!"

"Ini lagi. Udah jamuran saya nunggu di depan gerbang, itu si Pak Hendery ngga nongol-nongol dari tadi. Capek saya berdiri terus, Pak!"

"Neng? Sudah ya? Kalau Pak Hendery denger, hukuman kamu bisa di tambah lagi loh. Bapak tidak bisa bantu banyak nanti."

"Biarin, Pak. Biar dia denger curahan hati kecil saya ini dan bisa terbuka untuk menerima masukan para siswanya nanti. Pak Hendery pasti bakal berterimakasih sekali sama saya."

"Benar sekali. Terimakasih banyak atas semua makianmu untuk saya tadi, Airil."

Sontak saja, badan Airil langsung membeku seketika. Anjirlah. Itu-kan suara Pak Hendery! Nguping dari kapan dianya?!

"Mampus deh gue!" batin Airil merana.

✨📚✨

"Pak. Saya bener-bener minta maaf yang sebesar-besarnya, Pak. Saya ngga pernah bermaksud buat ngejelekin Bapak di depan Pak Herman tadi. Jadi, tolong gausah awasin saya sebegininya ya, Pak? Kita diliatin terus tuh sama siswa-siswi yang lewat dari tadi."

What The Hell?! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang