18. Serena Dan Aksi Minggatnya

1.1K 129 1
                                    

●H a p p y   R e a d i n g●

✨📚✨

Hari ini dan untuk beberapa hari kedepan, Luna izin tidak masuk sekolah karena neneknya sedang sakit di Surabaya. Waktu ini dimanfaatkan Airil sebaik mungkin untuk membantu Serena menyelesaikan masalahnya. Apalagi kemarin Serena berkata juga bersedia membantu.

Namun, gadis itu malah tak hadir tadi. Saat ia pergi ke kelasnya untuk memeriksa, Galang---ketua kelas XII IPA 1 berkata jika hari ini Serena absen. Dia tidak hadir tanpa keterangan apapun. Hah ... semoga saja tidak terjadi apa-apa pada gadis itu.

Kalau begini, ia harus menyelidikinya seorang diri terlebih dahulu. Beberapa informasi yang ia dapatkan dari Serena sudah sangat bisa membantunya. Kunci dari permasalahan Serena adalah ayahnya sendiri. Pria itu adalah sumber dari semua masalah yang dialami Serena.

Tapi pertanyaannya, bagaimana cara agar ia dapat bertemu dengan David---ayahnya Serena ini?

"Dek? Kamu kenapa? Lagi banyak pikiran ya?"

Melihat anak bungsunya yang sibuk termenung didepan rumah, membuat Chandra datang menghampiri. Ia mencoba berbincang ringan dengan Airil karena sudah lama sekali ia tak bersenggama dengan anak perempuan satu-satunya itu.

"Engga kok, Yah. Aku cuma lagi gabut liatin rumput di taman Mama yang udah mulai panjang tuh." elak Airil.

Chandra tersenyum geli. "Sejak kapan kamu peduli sama rumput-rumputnya Mama? Ayah baru tahu loh."

"Baru aja." Airil membalas seadanya.

Chandra beringsut mendekati Airil. Duduk lesehan diatas tikar di sore hari begini memang memberi kesan berbeda. "Adek kalau punya masalah cerita ya? Sama Mama, Ayah, Abang, atau Luna---terserah. Kamu mau cerita ke siapa. Yang penting jangan biarin kepala kamu penuh sama pikiran kamu sendiri. Asal kamu tahu aja, Pusing itu engga enak."

Airil menghela napas panjang. Ia menatap lesu Chandra di sampingnya. "Bukan begitu, Yah. Aku cuma ngga mau nambah beban pikiran orang lain." Apalagi, masalahnya sekarang tidaklah sesimpel itu.

"Ya sudah. Saat ini Ayah lagi ngga banyak pikiran. Kamu boleh cerita-cerita sama Ayah." Chandra kembali tersenyum lembut.

Sebenarnya, Airil juga tidak berniat memendam masalahnya seorang diri. Tapi, begitulah. Terlalu rumit untuk dijelaskan.

"Emm ... ngga pa-pa kok, Yah. Kalau masalah aku udah terlampau runyam, aku janji bakal cerita ke Ayah!" jujur Airil. Seperti katanya, ia berjanji akan bercerita pada Chandra dan mungkin ia juga akan meminta sedikit bantuan pada ayahnya itu.

"Terserah kamu lah, Dek. Ayah juga engga bisa maksa kamu."

Airil mengangguk pelan. Ia kembali menilik rerumputan yang mulai tumbuh diantara bunga-bunga anyelir yang ditanam Viona. Ibu dua anak ini memang memiliki hobi menanam berbagai macam bunga apapun di taman pekarangan rumah. Tidak hanya anyelir, pot-pot berisi anggrek dan mawar beraneka warna pun banyak ditemui disana.

"Halooo kaliaaann! Mama bawain gorengan nih, masih anget lohhh!"

Selain hobi menanam bunga, Viona itu juga hobi membuat cemilan. Mulai dari kue-kue kering sampai gorengan seperti ini pun, setiap hari dibuatnya. Tapi, semua orang dirumah sangat bersyukur dengan hobi Viona yang satu ini. Karenanya, perut mereka akan selalu terisi dan bahagia. Pokoknya mantap deh ibu cantik satu ini!

"Mamaaaa!! Mintaaa pisangnyaa!!" Aidan tetiba datang dengan piring kecil di tangannya. Jangan ditanya buat apa, yang pasti untuk menampung pisang goreng kesukaannya. Sewaktu di dapur tadi, Viona dengan seenak hati malah membawa semua gorengannya ke depan rumah. Padahal ia-kan juga mau makan.

What The Hell?! Where stories live. Discover now