19. Sekarang, Ceritanya Sudah Berbeda

1.2K 123 2
                                    

●H a p p y   R e a d i n g●

✨📚✨

Siraman qolbu yang didapatkan Airil setibanya ia di rumah ternyata memakan waktu lama. Padahal, gadis itu sudah mengeluarkan jurus aegyo ala-ala idol k-pop andalannya serta sogokan jajanan street food Korea yang dibelinya, tapi tidak mempan juga ternyata.

"Adek tahu sendiri-kan, kalau anak perempuan itu ngga boleh pulang malem-malem, jadi kenapa masih ngeyel sih?" geram Viona. Dia jadi tidak habis thinking dengan anak gadisnya yang satu ini.

Airil menatap Viona didepannya cemberut. "Kan udah aku ceritain tadi, Ma! Habis beli dry food sama pasir Summer-Winter, aku jajanin sisa duit Abang, trus pas mau pulang ketemu temen lama. Karena kangen, aku ngobrol bentar sama dia. Eh, gataunya udah magrib aja." jelas Airil. Untuk bagian Serena, mungkin tidak apa jika ia sensor sedikit.

"Yaudah, jangan diulangin lagi ya, Adek. Mama sama Ayah itu khawatir sama kamu." Airil langsung mengangguk cepat mendengar ucapan Chandra yang kelewat baik hati itu.

"Mana bisa begitu!" sela Aidan setelah berhasil menelan sesuap besar Gimbap yang Airil bawa tadi. "Dia harus dihukum, Yah!!" sambungnya memanas-manasi.

Airil menganga lebar. "Abang apaan sih?! Yang nyuruh aku keluar tadi siapa? Abang sendiri-kan?" omel Airil tidak terima. Hukuman apanya? Yang harus dihukum itu Aidan---selaku oknum yang menyuruh-nyuruh dirinya tadi.

"Itu karena kamu yang abisin stok dry food Summer-Winter di kamar Abang! Padahal-kan di kamar kamu udah Abang siapin satu bungkus besar juga buat stok makan mereka."

"Lah? Aku-kan udah bilang alasannya tadi! Kenapa Abang ungkit-ungkit lagi sih?!"

Aidan mendelik sebal. Satu tusuk Odeng yang sudah dingin pun menjadi sasaran pelampiasannya.

"Udah-udah! Kalian ini ngga ada habis-habisnya! Berantem mulu!" Viona menatap tajam kedua anaknya yang sedari tadi duduk bersebelahan di meja interogasi alias meja makan itu. "Yaudah, Dek. Mama maafin kamu. Inget kata Ayah tadi, jangan diulangi lagi. Kalau sampai keulang lagi, Mama bakal kasih kamu sanksi." Untuk menutupi sedikit rasa kesalnya, Viona mengambil Bbopoki yang terbungkus rapi di dalam kresek di depannya. Mau bagaimana pun, anak gadisnya itu sudah bersusah payah membeli semua jajanan ini.

Airil tersenyum haru. "Aaaa!! Makasih banyak, Mama!!! Aku janji ngga bakal ngulangin ini lagi deh." Ia lalu ikut menikmati jajanan yang dibelinya tadi. Begitupun dengan Chandra. Sementara Aidan, wajahnya malah semakin tertekuk masam karena tidak berhasil membuat Airil terkena hukuman dari Viona dan Chandra.

"Bang?" Chandra menepuk pelan tangan Aidan di sebrang meja, "Kenapa?"

"Gapapa, Yah." Aidan menjawab singkat.

Airil yang masih belum puas menggoda saudara laki-lakinya itu kembali berkata, "Dih! Udah kayak cewe aja si Abang. Bilangnya, ge-pe-pe padahal ada apa-apa." Lalu ia menyeringai kecil.

"Ayah! Liat Adek tuh! Gajelas."

"Ck! Maennya ngaduan. Ngga like ah."

Aidan menggeram. Adek siapa sih ini? Kok tingkahnya kayak setan.

Plak!

Viona menabok lengan kanan Airil didepannya. "Adek udah! Mau Mama cabein mulutnya? Nakal banget." Ancaman klasiknya itu mampu membuat Airil langsung menutup mulut dengan dua telapak tangannya. "Engga mau!" pekiknya.

"Makanya, mulutnya jangan nakal-nakal!" peringat Viona sambil menunjuk mulut anak gadisnya itu.

Secepat kilat, Airil langsung menganggukkan kepalanya. "Iya! Aku janji bakal jagain mulut aku biar ngga nakal lagi!"

What The Hell?! Место, где живут истории. Откройте их для себя