"Oh ya, makasih ya lo waktu itu udah nolongin nenek gue," kata Vano teringat jika gadis di sampingnya pernah menolong neneknya.

"Hm, ya. Lain kali hati-hati ya, kalau nek Arumi mau keluar rumah, dijagain!" balas Zella menasehati.

"By the way, gimana kabar nek Arumi?" tanya Zella menanyakan kabar nenek Arumi.

"Baik," jawab Vano seadanya.

Zella terdiam kembali, ia kembali asyik memandang langit yang sangat indah. Kedua tangannya terpaut di atas pangkuan. Matanya tetap tak teralihkan dari langit seolah tak ingin melewatkan keindahan sang pencipta walau hanya sedetik saja.

"Lo suka langit?" tanya Vano tiba-tiba.

"Mungkin," singkat Zella.

"Kalau lo suka langit lo harus siap setiap detik perubahannya," ucap Vano tersirat akan makna.

Gadis itu mengangguk, ia mengerti. Mulutnya kembali berbicara, "Seperti halnya dengan manusia, kan?"

Vano mengangguk samar, memang pada kenyataannya seperti itu, kan? Manusia bisa berubah sewaktu-waktu, sama seperti halnya langit. Yang terkadang cerah, namun tak jarang juga mendung. Sangat tak dapat diprediksi.

°•°•°•°

Sudah hampir setengah jam Razka menghabiskan waktunya untuk membelah jalanan. Tak ada tujuan, hanya terus melaju tak tentu arah. Dirinya cukup bosan. Setelah menghabiskan waktunya di sekolah, kini ia bingung ingin melakukan apa. Alhasil dirinya berkeliling kota.

Ia menikmati udara sore itu, sangat sejuk. Keadaan jalanan pun terbilang cukup ramai, apalagi kalau bukan karena orang-orang yang habis bekerja.

Razka menepikan motornya di pinggir jalan, ia turun dari kuda besinya. Ketika sudah melepas helm yang terpasang di kepalanya, lantas ia berjalan menuju ke arah anak-anak yang tengah singgah di depan ruko kosong. Tatapan Razka meneduh, ditatapnya anak-anak jalanan yang terlihat sedikit kumuh itu. Rasa perihatin menyeruak pada dirinya. Sungguh malang sekali nasib anak-anak itu.

"Hai!" sapa Razka kepada anak-anak kecil itu.

"BANG MAHEN?" semua anak kecil itu terlonjak kegirangan. Mereka semua berkerumun menghampiri Razka.

Memang semua anak itu sudah lama mengenal sosok Mahen, yang tak lain adalah Razka. Mereka mengenal sosok itu sebagai malaikat penolong. Mahen yang suka menolong, memberi semangat, suka menghibur, dan hal positif yang selalu dirinya lakukan mampu menumbuhkan vibes positif pada dirinya. Semua orang menyukainya.

"Bang Mahen apa kabar?" tanya salah satu bocah perempuan kepada Razka.

"Baik dong. Kalian gimana kabarnya?" tanya Razka balik kepada anak-anak itu. Senyumnya lagi-lagi tak luntur, hatinya kembali menghangat.

Entah sudah ke berapa kali ia tak henti-hentinya bersyukur tidak bernasib seperti anak-anak itu, yang harus tidur di jalanan dan harus berjuang untuk bertahan hidup diusia yang terbilang masih sangat muda. Razka bersyukur walau orang tuanya sibuk akan pekerjaan dan jarang sekali berinteraksi dengannya, setidaknya ia masih bisa hidup dengan serba berkecukupan.

"Baik dong bang," jawab mereka kompak.

"Udah makan?" tanya Razka lagi.

CerebretoniaWhere stories live. Discover now