8. Bangku usang

144 102 82
                                    

⚠️ PASTIKAN SCROLL SAMPAI BAWAH⚠️
⚠️WAJIB MENINGGALKAN JEJAK⚠️


"Jangan merasa sendiri, masih banyak yang sayang lo." -Atheo Zergan Gevano

Happy reading

Zella datang dengan cardigan biru yang masih menempel di tubuhnya. Tak lupa jepit rambut berwarna biru yang selalu tersemat di rambutnya. Banyak pasang mata yang memperhatikannya, banyak tatapan kagum yg ditunjukkan kepadanya, tak sedikit pula yang melemparkan tatapan sinis kepadanya. Gadis itu tetap acuh, ia tetap melanjutkan langkahkan kakinya untuk membawanya ke kelas.

Suasana kelas saat ini belum begitu ramai yang datang, hanya beberapa. Bahkan tempat duduk Nessya pun masih kosong, menandakan pemiliknya belum datang.

Langkah kaki Zella terus membawanya ke bangkunya berada. Ia menaruh ranselnya ke atas meja miliknya, ia mendudukkan dirinya di bangkunya. Mengambil sebuah buku dari dalam tasnya, lalu mengambil secarik kertas setelahnya.

Gadis itu membaca dengan begitu teliti dan sesekali menulis apa yang didapatnya dari buku yang telah dibacanya. Ulangan harian matematika akan dilaksanakan beberapa menit lagi, ia harus mempelajari materi yang akan dikeluarkan. Ia harus mendapatkan nilai yang sempurna agar ia tak kena pukul ibunya. Fisik dan batin gadis itu sudah teramat lelah jika harus berhadapan dengan ibunya.

Ditengah kefokusan gadis itu, tanpa sadar Nessya datang dengan muka yang semringah, persis seperti anak kecil habis dibelikan es krim oleh ibunya.

"Hai!" sapa Nessya masih dengan lengkungan dibibir nya.

"Eh. Iya hai," balas Zella setengah terkejut.

"Lo rajin banget belajarnya," kata Nessya begitu dirinya duduk di samping Zella.

"Iya. Kan nanti mau ulangan," balas Zella kembali fokus dengan kertas ditangannya.

"Eh, iya Zel," kata Nessya seakan teringat sesuatu.

"Gue minta maaf ya kemarin nggak bisa nemenin lo di UKS."

"Abisnya tuh pak Wiranto nggak bolehin," sungut Nessya mengerucutkan bibirnya.

"Lo juga sih dibilangin ngeyel."

"Udah tau muka pucat tetep aja mau praktek," omel Nessya dengan napas yang naik turun.

"Ya maaf...," lirih Zella bersamaan dengan bibirnya yang melengkung ke bawah.

"Si Vano juga tuh, main basket juga semberono. Jadi pengen tak hih!" kesal Nessya dengan raut wajah masam.

"Tapi lo nggak diapa-apain kan, Zel?" tanya Nessya memegang kedua bahu Zella. Ia goyang-goyangkan kedua bahu Zella dengan begitu mendramatisir.

"Nggak kok. Lo tenang aja," jawab Zella dengan senyum tipis di bibirnya.

"Huh! untung aja."

"Kalau sampe tu orang berani macem-macem sama lo, siap-siap aja gue buat babak belur," cerocos Nessya tak terhenti.

"Emang lo berani?" tanya Zella ditengah-tengah kesibukannya menulis.

CerebretoniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang