🦅 59 • Don't Be Strangers

2.5K 332 62
                                    

Highly recommend baca nya sambil dengerin lagu Sorai & Beranjak Dewasa.

Bunyi pintu besi yang terbuka membuat Edgar terbangun dari sesi tidur siangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bunyi pintu besi yang terbuka membuat Edgar terbangun dari sesi tidur siangnya.

Tubuhnya dibuat duduk agar bisa berhadapan dengan sosok yang baru saja datang.

"Kenapa lo suka banget disini?" Orang itu memasukkan kedua tangannya ke dalam kantung celana, Edgar mendengus "satu-satunya tempat paling tenang di sekolah ini ya disini" Jawab Edgar.

Si lawan bicara nya geleng-geleng kepala, "sebenernya kenapa lo manggil gue kesini?" Tanya orang itu tanpa basa-basi.

Edgar menarik nafasnya sejenak, "tiga hari lagi prom night sekolah, gue harus tau semuanya udah siap atau belum?"

"Gue bisa memastikan sembilan puluh persen siap, sisanya tergantung lo"

Wajah Edgar tampak puas saat mendengar penuturan dari yang lebih muda.

"Lo udah ada baju buat acara itu?" Ada nada mengejek dari pertanyaan Edgar "lo gak perlu repot-repot ngurusin itu, gue nanti mau cari baju sama Arsen"

Edgar menatap lekat seseorang di hadapannya.

"Kenapa? Lo kaget ya gue bisa sedeket itu sama dia?" Wajah sombong bocah di hadapan nya cukup membuat Edgar jengah, Edgar terkekeh "Arsen bukan kompetisi Ta" Ungkapnya.

Dahi Dikta berkerut, "wow! Gue gak nyangka itu keluar dari mulut orang yang kemarin pede mampus kalau Arsen gak bakal suka sama gue"

Edgar bangkit berdiri, membuat kedua tubuh mereka menjadi sejajar.

"Gue masih percaya diri kalau Arsen gak bakal suka sama lo" Tutur Edgar "yakin? Bukannya lo liat kemarin Arsen terima bunga dari gue?" Dikta balik bertanya "dia bakal pergi ke prom sama gue Gar" Dikta menekankan setiap kalimat yang keluar dari mulut nya.

Edgar melipat kedua tangannya di depan dada, mata nya menatap ke langit di belakang Dikta.

"Jangan terlalu percaya diri Ta" Ucap Edgar "jangan pernah nganggep Arsen lemah" Edgar lagi-lagi memberi peringatan kepada Dikta "jangan jatuh cinta sama Arsen kalau lo gak siap sama sakit nya" Edgar menatap Dikta.

"Maksud lo?" Dikta tampak tidak paham.

Edgar mendengus, "suka sama Arsen tuh lebih sulit daripada yang lo kira, dia itu angin topan susah di kendalikan"

"Secara gak langsung lo bilang lo menyerah sama Arsen?" Tanya si adik kelas "gue gak pernah menyerah sama dia, gak mungkin" Ujar Edgar "tapi gue berhenti sejenak untuk memperjuangkan dia,"

"Jadi sekarang lo mengibarkan bendera putih?"

Edgar menepuk pundak Dikta, "kalau lo mau sama Arsen silahkan, coba perjuangin aja" Dikta tidak paham dengan jalan pikir seseorang di hadapan nya.

ARCANE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang