SEORANG TEMAN LAMA

9 1 0
                                    

"Mas, Mama tadi telepon Maya. Nanti malam, kita disuruh datang ke rumah Mama, kangen katanya. Jadi, Mama ngajak kita makan malam bareng," ucap Amaya. Saat mereka makan siang bersama.

Adji sengaja menjemput Amaya ke kampus untuk makan siang bersama. Mereka makan siang di salah satu tempat makan yang ada di sekitar kampus. Sudah hampir seminggu lebih, setiap ada waktu luang, Adji akan mengusahakan makan siang bersama, Amaya.

Sebenarnya, Amaya sudah menolak pada awalnya. Karena ia berpikir kalau Adji membuang terlalu banyak waktu dan tenaga hanya untuk makan siang bersama. Bayangkan saja, Adji harus bolak balik kampus Amaya dan rumah sakit tempatnya bekerja hanya untuk makan siang. Laki-laki itu menghabiskan waktu satu jam hanya untuk perjalanan pergi pulang demi makan siang dengan Amaya.

Namun, kalimat yang Adji lontarkan saat Amaya protes atas kelakuannya itu sungguh di luar dugaan. "Kamu belum pernah pacaran, ya?" ucap Adji, balik bertanya pada Amaya. Lalu ia melanjutkan, "Mas kasih tahu kamu, ya. Saat ini, Mas sedang berjuang mencari perhatian pacar halalnya Mas. Jadi, sah-sah saja dong, Mas memberi effort maksimal untuk itu."

"Jadi, saat nanti sudah mendapatkan perhatian itu, Mas akan berubah?" tanya Amaya balik.

"Oh ... tidak begitu konsepnya, Nyonya Prawira," Adji tersenyum miring dan menai-naikan alisnya saat menjawab. Membuat kesan kocak di mata Amaya. "Kamu cukup lihat dan nikmati pertunjukannya, dijamin tidak akan mengecewakan." Adji mengedipkan sebelah matanya untuk menggoda Amaya. Hal itu membuat Amaya tertawa geli atas kelakuan Adji.

"Ok ..., terserah, Mas Adji saja, yang jelas saya tidak mau terlambat saat kembali ke kampus. Ok. Pembahasan selesai," ucap Amaya mengakhiri pembahasan mereka tentang kegiatan makan siang bersama tersebut. Membuat Adji tersenyum penuh kemenangan.

Begitulah, hingga mereka sudah menjalani makan siang bersama hampir seminggu ini.

"Mas hari ini selesai piket jam setengah lima, jadi perkiraan jam lima sudah di kampus buat jemput kamu. Jam segitu kamu biasanya sudah selesai, kan?" Adji mulai mengatur rencana saat Amaya menikmati soto ayam yang ia pesan untuk makan siang.

"Hmm ..., hari ini sisa ngajar satu kelas sama bimbingan sekitar jam empat." sahut Amaya di sela kunyahannya. "Tapi, Mas ... supaya lebih efisien apa nggak lebih baik Maya berangkat sendiri saja ke rumah Mama. Mas juga nggak perlu repot bolak-balik, gimana?" Amaya menawarkan pendapatnya.

"Ya, nggak apa-apa juga kan, Mas jemput kamu walau harus bolak-balik." Adji tetap bertahan dengan keinginannya.

Amaya memutar matanya, ia harus lebih sabar menghadapi kekeras kepalan Adji. Tapi, bukan Amaya namanya jika harus kalah dalam perdebatan.

"Yaudah, gini aja deh, Mas,"ucap Amaya sambil mengubah sedikit posisi duduknya." Nanti selesai ngajar, Maya aja yang menyamperin Mas di rumah sakit. Baru setelah itu kita berangkat sama-sama ke rumah Mama. Ok, deal," ucap Amaya tanpa menunggu persetujuan Adji.
Amaya lalu melanjutkan makannya, ia menyeruput kuah sop yang ada di mangkoknya.

Adji sudah tidak bisa menawar lagi. Ia hanya bisa mengucapkan satu kata, "Ok," sahut Adji. Lalu ia pun melanjutkan menikmati sate padang yang ia pesan.

Setelah selesai makan, Adji langsung mengantarkan Amaya kembali ke kampus dan setelahnya ia pun segera putar balik untuk menuju rumah sakit tempatnya bekerja.

Sore harinya, menjelang jam lima, Amaya sudah sampai di lobi rumah sakit. Ia mengabari, Adji yang ternyata juga sudah selesai dan menuju parkiran mobil. Setelah itu, mereka langsung menuju rumah orang tua Adji.

Sesampainya di rumah orang tua Adji, mereka mendengar beberapa suara dari dalam rumah. Wira, kakak sepupu Adji yang juga tinggal di Ibukota sudah lebih dahulu sampai.

Amaya dan Adji memasuki rumah bersama-sama setelah Adji memarkirkan mobil. Di ruang tamu terlihat Wira dan Papa Adji tengah berbincang sambil mengawasi Aryo anak dari Wira bermain.

Amaya yang sudah akrab dengan Aryo menggendong batita itu setelah ia menyapa mertua dan sepupu suaminya. Mereka lalu langsung menuju dapur, dengan Aryo di dalam gendongan Amaya.

Sesampainya di dapur, ternyata tidak hanya ada Mama mertuanya bersama Istri wira, tapi lagi seorang wanita berdiri di antara keduanya. Ketiga orang itu berbalik saat mendengar suara langkah Amaya dan Adji memasuki dapur.

Tanpa aba-aba, wanita yang tidak Amaya kenali itu seketika berlari ke arah suaminya. Wanita itu memeluk Adji tanpa memperdulikan Amaya yang masih menggenggam tangan Adji.

"Stop ... stop dulu, Na," ucap Adji yang ada di dalam pelukan wanita itu.

Wanita itu melepaskan pelukannya bertepatan dengan Amaya yang juga melepaskan genggaman tangannya pada Adji.

"Dasar, kamu," ucap Adji sambil tersenyum pada wanita itu. "Nih, kenalan dulu sama istriku." Adji memperkenalkan Amaya pada wanita itu.

Amaya menjulurkan tangannya setelah Adji mengambil alih Aryo darinya. "Amaya," ucapnya.

"Haana, temannya Adji sekaligus mantan pacar," ucap wanita tegas saat menggenggam tangan Amaya.

JURANG HATI AMAYA #IWZPAMER2023 Where stories live. Discover now