PERNYATAAN, RAHASIA!

8 2 0
                                    

Mata Amaya menahan air mata yang menuntut untuk jatuh saat ia menatap manik hitam milik Adji. Air mata masih meleleh di mata sendunya. Adji menangkup wajah Amaya dengan kedua tangannya.

Adji menatap mata hazel Amaya yang berkaca-kaca, air mata yang mengalir di pipinya membuat perasaan Adji juga menjadi sendu. Bibir tipis Amaya yang bergetar karena menahan kesedihan.

Tatapan matanya menyampaikan kesedihan mendalam yang ia pendam selama ini. Semua air mata yang jatuh, membuktikan betapa keras ia berusaha menahan semuanya sendirian.

Adji mengelus pipi kanan Amaya menggunakan ibu jari tangan kirinya, ia menghapus air mata Amaya. Ibu jari tangan kanannya pun melakukan hal serupa menghapus air mata Amaya yang masih terus mengalir.

Adji lalu mengelus kepala Amaya. Wanita itu memejamkan matanya. Sentuhan itu terasa nyaman dan aman saat Adji melakukannya. Sentuhan Adji mampu memberi rasa tenang pada Amaya.

Saat Adji membawanya kedalam pelukannya, Amaya pasrah. Ia mempercayakan dirinya pada Adji. Adji memeluk Amaya dan mengelus punggung istrinya itu. Perlahan Amaya menjadi lebih tenang dalam pelukan Adji.

"Kamu luar biasa, May. Kamu sudah menyimpan semua beban rahasia itu sendirian selama ini. Meski kamu harus menahan sakitnya karena harus menelannya sendiri, tapi kamu tetap bertahan dan maju. Mas, bangga sama kamu, May." ucap Adji.

"Terima kasih karena sudah bertahan selama ini, May. Terima kasih untuk tidak jatuh terpuruk karena beban yang kamu bawa.

Mulai sekarang, Mas akan memastikan hari-hari yang akan kamu lewati kedepannya adalah hari-hari yang penuh dengan tawa dan kebahagiaan. Mas akan pastikan tidak ada lagi hari-hari kelam seperti saat itu.

Kamu nggak akan sendirian lagi, kamu nggak akan mendapatkan penghianatan lagi. Mas akan selalu memastikan itu, Mas janji. Kamu bisa pegang janji ini." Adji mengungkapkan perasaannya kepada Amaya yang ada dalam pelukannya.

Amaya memegang erat kaus yang dipakai Adji. Ia berusaha untuk menerima ungkapan perasaan dan janji yang diucapkan oleh Adji.

"Kamu ingat kan, saat Mas mengucap janji pernikahan di hadapan Ayah dan Papa. Saat itu, Mas sudah mengikrarkan janji pada Tuhan, bahwa Mas akan membahagiakan kamu bagaimana pun caranya." Adji mengelus lembut kepala Amaya yang ada di dadanya. Amaya mengangguk pelan dalam dekapan Adji.

Untuk beberapa saat mereka berdua terdiam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Untuk beberapa saat mereka berdua terdiam. Perasaan mereka saling memeluk seperti raga mereka yang mendekap dalam kehangatan. Perlahan gunung es di dalam hati Amaya mencair, luluh oleh hangatnya cinta dan ketulusan yang di berikan Adji tanpa syarat.

"May, Mas mau mengatakan sesuatu ke kamu."Adji perlahan mengubah posisi mereka berdua untuk duduk saling berhadapan di atas kasur. Adji memposisikan agar ia bisa menatap Amaya penuh untuk mengungkapkan isi hatinya.

Sebelum Amaya berkata apa-apa, Adji sudah mendahuluinya dengan meletakkan telunjuknya di atas bibir tipis Amaya.

"Kali ini, Mas minta kamu untuk mendengarkan saja apa yang Mas katakan, oke?"

Amaya hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Adji. Karena telunjuk Adji masih menempel di atas bibirnya. Adji tersenyum melihatnya.

Adji lalu memegang kedua tangan Amaya dan meletakkannya di atas pangkuan Amaya. Ia menarik napas dalam dan mengembuskannya pelan-pelan. Adji berusaha mengatur perasaannya sendiri sebelum menatap Amaya.
Kemudian, Adji menegakkan kepalanya. Ia kembali bertemu dengan manik hazel Amaya.

"Mungkin kamu akan berpikir kalau Mas memanfaatkan suasana... atau, kamu mungkin akan beranggapan bahwa Mas tidak tahu diri, Mas mengatakan hal ini saat kamu sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.

Namun, satu hal yang pasti. Mas mengatakan ini karena, Mas ingin kamu tahu bahwa kamu tidak sendirian, dan juga, kamu punya, Mas untuk berbagi. Terserah kamu mau menganggap, Mas sebagai teman, sahabat atau suami. Pastinya, Mas akan sangat bahagia jika kamu mau menganggap, Mas sebagai suami," ucap Adji dengan suara bergetar.

"Mungkin, saat pertama kita bertemu kamu menilai Mas adalah laki-laki yang aneh. Kita saat itu tidak saling mengenal satu sama lain, tapi dengan mudahnya, Mas mau menerima persyaratan apa pun yang kamu berikan. Mungkin kamu berpikir, Mas tidak serius dengan pernikahan kita. Kalau benar kamu berpikir seperti itu, kamu salah, May.

Jadi, Mas harus meluruskan hal itu agar kamu tidak berpikir kalau apa yang Mas akan ucapkan nanti hanyalah bualan semata." Adji mengembuskan napas setelah berbicara panjang lebar. Ia memberi jeda pada dirinya sebelum melanjutkan lagi isi yang ada di dalam hatinya.

Amaya setia menatap Adji yang terus berbicara di depannya. Entah mengapa, semua yang Adji ucapkan terasa menenangkan baginya. Ia menunggu, apa yang akan di katakan Adji selanjutnya.

__________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

__________




JURANG HATI AMAYA #IWZPAMER2023 Where stories live. Discover now