RESEPSI

54 7 7
                                    


Ballroom Four Seasons Hotel, malam ini disulap menjadi wedding venue yang bernuansa keemasan. Pernikahan dengan konsep intimate wedding memberikan kesan glamor untuk kedua mempelai yang saat ini bersanding. Setiap sudut ruangan diisi oleh meja-meja prasmanan yang penuh dengan makanan-makanan dan minuman beragam, dari makanan lokal hingga internasiaonal lengkap memenuhinya. Tak terkecuali berbagai dessert dan buah-buahan segar tersedia memanjakan para tamu undangan yang hadir.

Beberapa pelayan hilir mudik untuk mengantarkan makanan atau mengisi gelas-gelas minuman yang hampir kosong. Para tamu undangan dimanjakan dengan konsep English Service sehingga mereka tidak perlu beranjak untuk sekedar mengisi ulang gelasnya. Acara yang dirancang khusus untuk memastikan keintiman bagi semua tamu undangan yang hadir, karena orang-orang yang hadir benar-benar adalah keluarga dekat dan kolega penting kedua keluarga.

Amaya Sasti Anggraini, dosen dingin dan tegas yang terkenal jarang tersenyum dalam kesehariannya, malam ini memasang wajah tersenyumnya sepanjang acara. Wajah cantiknya tersenyum ramah pada semua tamu undangan yang menghadiri acara resepsi pernikahannya. Entah itu kolega dari pihaknya ataupun pria yang sejak beberapa waktu lalu telah resmi menjadi suaminya, Adji Prawira. Dokter spesialis jantung yang bekerja di sebuah rumah sakit swata pestisius di Ibukota. Tak ada kesan canggung saat tangannya digenggam oleh Adji, sesekali mereka saing melempar senyum yang terlihat menggemaskan di mata para tamu undangan. Keduanya menunjukkan gestur yang membuat semua mata iri melihat kemesraan keduanya.

Senyum bahagia tak lepas dari wajah ayah Amaya yang lebih banyak duduk karena kondisinya yang kurang sehat. Ia duduk bersama dengan besannya yang juga terlihat sangat bahagia atas pernikahan putra putrinya. Mereka sesekali bercengkrama dengan para tamu undangan yang memberikan ucapan selamat. Tak terlihat raut lelah dari wajah pria paruh baya yang saat ini kondisi sebenarnya tidak baik-baik saja.

Enam bulan yang lalu, tak terbayang sama sekali di benak Amaya bahwa ia akan menjalani hari ini. Ia akhirnya tanpa perlawanan menerima perjdohan yang diajukan ayahnya, Ayahnya harus terbaring lemah di kamar rumah sakit selama dua minggu akibat stroke ringan yang menyerangnya setelah perdebatan mereka. Itu disebabkan karena amaya memutuskan untuk tidak menikah seumur hidupnya.

Namun, Amaya yang sangat menyayangi ayahnya tak sanggup lagi untuk menolak saat ayahnya jatuh sakit karena perdebatan Mereka. walaupun pernikahan baginya adalah hal yang tidak mungkin, tapi ia tak lagi bisa menolak permintaan itu.

Dinikahi oleh seorang Adji Prawira, dokter spesialis bedah jantung yang merupakan anak dari sahabat ayahnya. Pria yang asing dalam hidupnya walau menurut penuturan orang tuanya, saat kecil mereka sudah berteman akrab. Namun, yang ia ingat hanyalah kilasan-kilasan buram yang tak jelas akan kenangan itu. Fakta bahwa mereka dahulu sangat akrab sedikit pun tak terlintas di benaknya. Dan baginya ingatan tentang itu sudah tidak penting dan ia menguburnya jauh di dalam ingatannya.

Hanya beberapa kali pertemuan diantara keduanya, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menikah. Memenuhi harapan orang tua masing-masing.

Orang tua Adji yang sudah mengenal Amaya sejak kecil sangat bahagia, saat Amaya dan Adji menyampaikan keputusan keduanya untuk menikah.

Setelah beberapa waktu berkeliling untuk menyapa para tamu, Amaya dan Adji memutuskan untuk bergabung duduk di meja yang sama dengan orang tua mereka.

Adji menarik kursi yang ada di sebelah mertuanya agar sang istri bisa duduk di sana. "Makasih, Mas," ucap amaya dengan bibir yang tersenyum manis.
Adji membaas dengan senyuman lalu duduk di samping sang istri.

"Ayah sudah minum obat, kan?" Tanya Amaya pada ayahnya setelah membenarkan posisi duduknya.

"Sudah, Nak. Tenang saja. Ayah tidak akan lupa jadwal minum obat, karena ayah harus sehat biar bisa melihat kamu senym tiap hari seperti ini." Ucap ayah Amaya sembari menggenggam tangan putrinya itu. Amaya hanya tersenyum menangapi perkataan ayahnya.

Adji yang ada di samping Amaya menimpali, "Ayah tenang saja. Adji akan memastikan kalau putri kesayangan ayah akan selalu tersenyum setiap hari."
Adji memiringkan kepalanya menghadap istrinya yang tersenyum lalu mengedipkan matanya pada Amaya. Kedua orang tua adji juga ikut tersenyum melihat kelakuan putra mereka.

Sambil menatap para tamu, Ia lalu mengambil gelas berisi air putih yang ada di depannya dan meminumnya perlahan. Matanya menatap kosong dekorasi megah yang disiapkan oleh vendor yang menangani acara resepsi pernikahannya.

Menjelang tengah malam acara selesai. Para tamu undangan satu persatu telah pulang, tersisa beberapa kolega Adji di rumah sakit yang masih semangat berbincang.

Amaya meminta izin berpamitan kepada Adji dan teman-temannya untuk beristirahat lebih dahulu dan sekaligus mengantarkan ayahnya ke kamar yang sudah mereka pesan. Mereka, Amaya, Adji dan kedua orang tua mereka serta beberapa keluarga dekat sudah disediakan kamar untuk menginap.

Adji mengiyakan dan berjanji akan segera menyusul setelah menyingkirkan teman-temannya. Yang diikuti oleh derai tawa semua kolega ya.

"Beruntung sekali kamu, Dji. Bisa mendapatkan wanita secantik dan sepintar istrimu itu." ucap Yanuar, rekan sesama dokter di tempat kerja Adji. Adji hanya tersenyum sambil menaik turunkan alisnya menanggapi ucapan Yanuar.

Adji menatap punggung Amaya yang berjalan bersama ayah dan Kedua orang tua Adji. Wanita luar biasa yang memiliki sejuta pesona, wanita yang ia simpan dihatinya untuk waktu yang lama. Wanita yang memberinya syarat mengejutkan untuk bisa berada dalam satu hubungan pernikahan.

Obrolan mereka berakhir setelah Adji mengusir teman-temannya karena ia telah lelah tertawa menanggapi candaan demi candaan mereka terhadap dirinya.

Akhirnya, dengan langkah pasti Adji berjalan menuju kamar pengantinnya. Di mana istrinya, Amaya berada.

**********


JURANG HATI AMAYA #IWZPAMER2023 Where stories live. Discover now