NYATANYA, KAMU SEMANIS ITU

7 1 0
                                    

"Sampai jumpa. Mas tutup, ya teleponnya," ucap Adji. Ia lalu memutuskan sambungan telepon.

Adji baru saja selesai menelepon Amaya di jam istirahatnya. Ia ingin memastikan Amaya sudah selesai makan siang dan meminum obat yang sudah ia siapkan. Adji merasa tenang setelah ia mendengar langsung bahwa Amaya sudah makan dan meminum obatnya.

Awalnya Adji merasa ragu untuk melakukan panggilan kepada Amaya. Tapi, karena tidak ada pilihan lain selain menanyakan langsung pada sumbernya, Adji akhirnya memberanikan dirinya menghubungi Amaya. Ia sebelumnya khawatir jika Amaya akan merasa terganggu, tapi nyatanya, Amaya menerima panggilan itu dengan suara riang.

Bahkan, Amaya menyarankan untuk mereka melakukan panggilan video, karena Adji terdengar tidak puas dengan jawabannya, bahwa ia sudah makan siang dan akan meminum obat yang Adji siapkan. Amaya meminum obat yang disiapkan oleh Adji tepat saat mereka melakukan panggilan video.

Sebelum panggilan telepon mereka berakhir, Amaya juga mengingatkan Adji untuk makan siang tidak hanya meminum segelas es kopi. Hati Adji berbunga-bunga mendapatkan perhatian kecil seperti itu dari istrinya.

Irwan rekan kerja Adji sesama dokter sempat mengintip di belakang Adji, karena Adji melakukan panggilan di saat mereka makan siang di kafetaria rumah sakit. Irwan hanya bisa menggeleng melihat kelakuan sahabatnya itu. Ia yakin, Adji sudah menjadi budak cinta istrinya.

Saat Adji menutup telepon, Irwan segera memasang wajah cemberut pada sahabatnya itu. Adji hanya menertawakan kelakuan Irwan. Mereka sudah berteman cukup lama, jadi sudah saling mengenal pribadi masing-masing.

"Makanya, Wan cari istri. Jangan main-main terus kamu," ucap Adji sambil meminum Americano miliknya.

"Siapa yang main-main? Saya itu sedang melakukan riset mendalam untuk menemukan calon pendamping hidup terbaik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Siapa yang main-main? Saya itu sedang melakukan riset mendalam untuk menemukan calon pendamping hidup terbaik. Maka dari itu di butuhkan responden sebanyak mungkin, agar hasil penelitian benar-benar valid." sahut Irwan. Hal itu membuat Adji balas menertawakannya.

"Basi. Alasan kamu sudah kadaluarsa, Wan," ucap Adji yang disambut dengan tawa oleh Irwan. Adji sudah hafal dengan tabiat sahabatnya itu. Irwan memang terkenal sebagai seorang pemain wanita sejak mereka ada di bangku perkuliahan.

Saat Adji dan teman-temannya yang lain sibuk dengan belajar dan bekerja paruh waktu, Irwan malah disibukkan oleh hubungan-hubungannya dengan beberapa wanita sekaligus

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Saat Adji dan teman-temannya yang lain sibuk dengan belajar dan bekerja paruh waktu, Irwan malah disibukkan oleh hubungan-hubungannya dengan beberapa wanita sekaligus. Walaupun demikian, Irwan termasuk mahasiswa yang memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata. Sehingga, walau bagaimana pun ia disibukkan oleh drama percintaan, studinya tetap aman.

Berbeda dengan Adji, ia lebih memilih kerja paruh waktu atau mengikuti kegiatan relawan di sela kesibukan belajarnya. Bukan karena Adji kekurangan uang atau semacamnya, tapi karena ia ingin berjuang meraih mimpi dengan usahanya sendiri. Walau setiap bulan, orang tuanya tetap mengirimkan uang untuk kuliah. Tapi, Adji tetap melakukan beberapa pekerjaan tambahan.

Adji pulang setelah melakukan kunjungan sore kepada beberapa pasien yang sedang menjalani masa observasi pasca operasi. Ada beberapa pasien khusus yang memerlukan perhatian khusus darinya.

"Tolong perhatikan tanda vital Pak Darsono, ya Sus. Malam ini Suster Linda jadwal jaga kan? Jadi, pertiga jam sekali, saya minta tolong, suster kirim laporannya kepada saya, ya," ucap Adji. Ia menatap monitor yang menunjukkan aktifitas tanda vital pasien yang tengah terbaring di atas ranjang.

"Baik, dok," sahut perawat yang mengikuti Adji. Ia  mencatat beberapa hal pada rekam medis pasien yang sedang mereka amati. Setelah selesai, mereka keluar dari ruang perawatan.

"Kalau begitu, yang barusan pasien terakhir kita, ya Sus?"

"Benar, dok," sahut suster Linda.

"Baiklah, kalau begitu saya akan langsung pulang setelah ini." ucap Adji. "Untuk Bapak Darmono, tolong lebih di perhatikan dan pastikan untuk mengirim laporan pertiga jam seperti yang saya minta, ya," Adji kembali mengingatkan.

"Siap, dok. Semuanya sudah saya catat." sahut suster Linda mantap.

Saat mereka sampai di ruangan dokter jaga. Adji kembali memeriksa rekam medis beberapa pasien, sebelum ia membereskan barang-barangnya untuk pulang. Adji menambahkan beberapa catatan pada rekam medis. Setelah selesai, ia menyerahkannya pada suster Linda, lalu mempersilakan perawat tersebut kembali ke pos jaganya.

Adji segera bersiap-siap untuk pulang. Karena masih ada satu lagi, pasien khusus yang sedang menunggu kedatangannya di rumah. Kali ini Adji sangat bersemangat untuk segera pulang. Karena ia tahu, bahwa ada seseorang yang sedang menunggu kedatangannya.

JURANG HATI AMAYA #IWZPAMER2023 Where stories live. Discover now