PELUKANMU

9 2 0
                                    

"Mas," ucap Amaya, saat sadar bahwa yang memeluknya adalah Adji, suaminya.

"Ssttt... sudah, nggak apa-apa. Kamu sekarang aman." Adji memeluk Amaya, dan mengusap-usap kepala Amaya untuk menenangkannya. Napas Amaya masih memburu, airmatanya luruh membasahi bahu Adji yang memeluknya. Ia melepaskan kemarahannya di dalam pelukan Adji.

Bayangan ibunya dan Bono yang tertawa, lalu ingatan tentang Bono yang hidup bahagia sampai saat ini berkelebat dalam benak Amaya. Membuat sesak di dalam hatinya semakin parah. Ia mencengkeram lengan Adji yang memeluknya, meluapkan segala emosi di dalamnya.

Adji terus memeluk Amaya, memberinya kekuatan untuk melepaskan segala isi hati yang selama ini Amaya pendam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Adji terus memeluk Amaya, memberinya kekuatan untuk melepaskan segala isi hati yang selama ini Amaya pendam. Adji tak mengatakan apa-apa, ia terus memeluk Amaya seperti itu untuk beberapa waktu. Ia hanya perlu menahan sedikit rasa sakit itu dan ia akan baik-baik saja setelahnya.

Perlahan, napas Amaya mulai tenang dalam pelukan Adji. Pelan, Amaya melepaskan dirinya dari pelukan suaminya. Adji lalu mengambil kotak tisu dan menyodorkannya pada Amaya untuk menghapus sisa air matanya. Amaya menerimanya dan menyeka air matanya perlahan.

"Maaf, Mas," ucap Amaya pelan.

"Buat apa?" tanya Adji bingung.

"Kemeja, Mas basah karena air mata saya," jawab Amaya dengan suara bindeng sambil mengusap air matanya.

"Oh... nggak apa-apa ini, tinggal dicuci beres," sahut Adji berusaha terdengar sesantai mungkin.

Mereka berdua sama-sama terdiam beberapa saat. Lalu Adji teringat dengan kaki Amaya yang sebelumnya ia lihat berdarah. Adji bangkit menuju dapur, ia mengambil kotak P3K dan baskom berisi air hangat dari dapur. Tak lupa ia juga membawa kerja miliknya.

Sekembalinya dari dapur, Adji menyiapkan sebuah benda yang ia bawa untuk membersihkan luka Amaya. Ia lalu meraih kaki Amaya tanpa bertanya terlebih dahulu. Hal itu membuat Amaya sedikit kaget dan menarik kakinya.

"E... maaf," ucap Adji yang sadar perbuatannya membuat Amaya terkejut, "Saya mau mengobati kaki kamu. Takutnya nanti infeksi kalau dibiarkan saja."

"Nggak perlu, Mas. Biar saya saja yang membersihkannya nanti." Amaya merasa tidak nyaman.

"May, kali ini nurut, ya. Biarkan saya melakukan tugas saya. Tugas saya sebagai dokter untuk mengobati luka di kaki kamu dan tugas saya sebagai suami yang memastikan kamu baik-baik saja. Bolehkan?" ucap Adji sambil menatap mata Amaya dalam.

Amaya hanya mengangguk kecil mengiyakan permintaan Adji. Sebelum Adji membersihkan kaki Amaya, ia menyerahkan segelas air putih pada Amaya untuk minum. Adji yakin, istrinya pasti kehausan setelah puas menangis.

Adji kembali meraih kaki Amaya. Ia mengusapkan handuk kecil yang sudah ia basahi dengan air hangat, untuk membersihkan kaki Amaya yang tertusuk beberapa pecahan kaca. Ia melakukannya dengan perlahan agar tidak perlu membuat Amaya merasa lebih sakit.

Adji kemudian mengambil headlamp yang ada di dalam tas kerjanya untuk mencari dan mengambil pecahan kaca yang mungkin masih tertinggal di kaki istrinya.

"Tahan, ya. Saya mau memastikan apakah pecahan kacanya masih ada atau tidak di kaki kamu," ucap Adji.

Amaya kembali mengangguk dalam diam. Adji sudah tahu alasan mengapa kaki istrinya sampai berdarah. Saat ia sampai di rumah beberapa waktu lalu, ia begitu terkejut melihat tapak kaki berdarah di lantai. Adji mencari sumbernya dan menemukan pecahan kaca dari bingkai foto di lantai ruang baca. Sehingga Adji tak bertanya apapun pada istrinya.

Setelah beberapa saat, akhirnya Adji selesai membersihkan dan mengobati kaki Amaya. Beruntung, tidak ada sisa kaca yang tertinggal sehingga Adji bisa menyelesaikannya tanpa harus membuat Amaya merasa lebih sakit.

"Sudah selesai,"ucap Adji.

"Terima kasih, Mas," ucap Amaya.

"Iya," sahut Adji sambil membereskan peralatan telah ia pakai.

Setelah selesai, Adji berdiri dan bersiap ke luar ruangan. Sebelum sampai di pintu kamar, Adji mengucapkan sesuatu pada Amaya.

"May, Mas nggak akan bertanya apa yang terjadi malam ini. Mas akan menunggu kamu mau berbagi cerita dengan, Mas. Mas ada di sini untuk kamu. Kamu bisa berbagi cerita kepada, Mas bukan sebagai suami kamu jika itu membebani kamu. Kamu bisa anggap, Mas sebagai sahabat. Mau kan?" ucap Adji.

Mata mereka saling mengunci satu sama lain untuk beberapa saat. Lalu Amaya memutuskan pandangan mereka lebih dahulu tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Adji tersenyum tidak berdaya, lalu ia melanjutkan langkahnya menuju pintu. Tanpa Adji sadari, Amaya menatap punggungnya sampai hilang di balik pintu.

Air mata Amaya kembali luruh. Entah apa yang ia rasakan pada Adji, tapi yang pasti, ia tidak siap membagi lukanya dengan Adji.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
JURANG HATI AMAYA #IWZPAMER2023 Where stories live. Discover now