11

3.6K 130 6
                                    

Dingin yang menusuk tulang, mungkin itu yang dirasakan seseorang yang berdiri di atas sebuah gedung, tatapannya terus tertuju pada jendela rumah yang tak tertutup tirai. Dia tampak menunggu seseorang.

Angin bertiup, terdengar seperti siulan pelan, menjatuhkan daun daun kering yang sedikit basah karena embun mulai turun.

Di atas gedung itu, seseorang tengah duduk dengan jaket tebal, topi hitam dan juga masker yang menutupi wajahnya, sehingga siapapun tak akan mengenalnya.

Perhatiannya tertuju pada Carina yang berdiri di depan pintu rumah, yang tak lain adalah rumah Estelle, melihat hal itu, nafasnya memburu, saat pintu rumah terbuka, menampilkan sosok Estelle yang sangat ia cinta, dengan pakaian minimnya.

"Cih, harusnya aku yang melihat tubuhmu El, kenapa harus dia" gumam orang itu sambil meremas tangannya.

Marah, itu yang ia rasakan sekarang, melihat Estelle membawa Carina memasuki rumahnya, beberapa menit berlalu, matanya terbelalak saat melihat apa yang mereka berdua lakukan.

Dadanya terasa sesak, tangannya bergetar hebat, dengan rasa putus asa, orang itu mengangkat sebuah kamera yang selalu ia bawa selama ini untuk mengintai kehidupan Estelle.

"Maaf El" rupanya rasa cinta yang ia rasakan perlahan menjadi rasa kecewa yang mendorongnya untuk membenci Estelle.

Orang itu lantas pergi saat beberapa tangkapan gambar telah diambil, dia meninggalkan tempat itu, dengan air mata yang menetes di kedua pipinya.

Selang beberapa waktu, pintu kamarnya terbuka, menampilkan sesuatu yang mengejutkan mata, dinding kamar itu telah penuh dengan tempelan foto seorang gadis cantik yang tak lain adalah Estelle.

Dia menuju kesebuah printer yang berada tak jauh darinya, mulai mencetak beberapa gambar lalu kembali keluar dan menuju kesebuah sekolah.

Sesampainya disana, ia mulai menempelkan beberapa gambar itu di mading sekolah, malam ini, mungkin akan terasa cepat bagi Estelle.

"Hahaha, biar kita sama sama hancur El"

Malam terus berlalu, pagi telah tiba, namun tak seperti biasanya, tak ada kicauan burung yang terdengar ramai, hal itu membuat Estelle merasa cemas.

Gadis itu tiba, dia memasuki sekolahnya, langkahnya terus melambat saat semua orang di sana menatapnya dengan bisikan bisikan yang memenuhi kepala Estelle.

"Lonte"

"Hahaha lonte"

"Polos polos ternyata ngelonte"

Estelle berusaha tenang, dia melihat kerumunan siswa yang berdiri di depan mading sekolah, dengan beberapa yang tampak membicarakan sesuatu, sepertinya itu dirinya.

Estelle memutuskan untuk mendekati mereka, mendesak masuk dan bak bom waktu yang meledakkan dirinya, kala fotonya yang tampak bugil dengan seorang wanita dan tentunya Carina, namun wajah Carina tak terlihat disana, hanya punggung putihnya yang terlihat.

Estelle berlari, yang ingin gadis itu rasakan sekarang adalah pulang, tempat itu adalah neraka yang menghancurkan mentalnya.

Carina datang, dia menghampiri Estelle yang duduk dengan ekspresi kosong itu, matanya tak menangis, namun hatinya berteriak keras.

"Tuhan, aku ingin mati.

...................

Estelle berbaring di kasur kamarnya, tatapannya kosong menatap langit langit kamar, sedari tadi, suara notifikasi di layar handphone tak berhenti.

Estelle meraih ponsel yang ia letakkan disampingnya, dengan keberanian yang ia kumpulkan susah payah, tangan yang bergetar itu, tak bisa disembunyikan lagi sehancur apa gadis itu saat ini.

"Lonte sekolah"

"Malu maluin aja"

"Kok ga mati aja ya itu lonte"

"Dasar aib"

Kalimat demi kalimar cacian Estelle baca, air matanya perlahan keluar dari kedua matanya, pikiran Estelle benar benar buntu, dia lantas berdiri dengan perasaan runtuhnya itu.

"Iya, aku mati aja"

Di balik cahaya yang menerangi kamarnya samar samar, tangan Estelle mulai meraih sebuah cutter yang terletak di meja belajarnya.

Satu sayatan, terasa perih, darah segar mengalir dari pergelangan tangan Estelle, gadis itu menangis, terus menambah sayatan demi sayatan yang dalam, perlahan tangis itu berubah menjadi tawa. Semua sakit yang ia rasakan seolah keluar bersama dengan darah yang menetes ke lantai kamarnya.

"Hahaha, mati, mati, mati" setiap kata mati yang Estelle ucapkan selalu menambah satu sayatan di tangannya.

"Mati"

"Mati"

Braaakkkk

Pintu kamar terbuka, seseorang berdiri dengan nafas tersengal karena sebagian tenaganya ia gunakan untuk mendobrak pintu itu.

Wanita itu berlari, memeluk tubuh Estelle dan berusaha mengambil cutter dari tangan Estelle.

"Ssssttt, you are safe with me" usapan pelan di puncak kepala Estelle yang selalu sukses menenangkannya.

"Kaaakkkkkkk" Estelle tak lagi menahan suaranya, dia menangis di dekapan tangan Carina, darah ditangannya terus keluar, semakin banyak.

"Kenapa harus aku?" Pandangan Estelle mulai samar samar, gadis itu mulai terlihat pucat, sampai akhirnya, Carina menyadari, gadis itu telah kehabisan banyak darah.

Tanpa pikir panjang Carina menggendong Estelle menuju mobilnya, wanita itu melajukan kendaraannya dengan cepat, berharap Estelle masih bisa ia peluk di esok hari.

"Bertahanlah El" suara Carina terdengar bergetar, tak bisa lagi menyembunyikan rasa khawatir dan panik yang ia rasakan.

I'm Under Your Spell [END]Where stories live. Discover now