1

17.3K 250 0
                                    

"Biarkan aku pergi, aku mohon" seorang gadis dengan rantai yang terikat di lehernya, air matanya yang sudah mengalir sedari tadi, dia tengah memohon pada wanita yang berada tepat diatas tubuhnya, dengan tatapan yang sangat mengerikan.

"Sampai kapanpun aku tidak akan melepaskanmu El" dia beranjak pergi meninggalkan gadis itu, yang tak lain adalah Estelle.

"Kenapa, aku hanya ingin bebas"

"Cause you are mine" membalikkan tubuhnya dan menarik dagu gadis itu, agar tatapan mereka saling beradu.

"You bastard" Estelle memalingkan wajahnya, isak tangisnya mulai terdengar.

"Tidak bisakah kau hentikan ini?" Lanjutnya, dengan suara parau yang terdengar menyakitkan bagi wanita itu.

"I can't"

"Why?!" Dengan nada tinggi, Estelle bertanya pada wanita yang saat ini sudah berdiri hendak keluar dari ruangan itu.

"Bacause i love you"

Jawaban yang dengan suksesnya membungkam mulut Estelle, tatapan mata yang seolah tak percaya, wanita kejam itu, mencintainya. Apakah mungkin?

"Cinta mana yang semenyakitkan ini?" Sambil menatap langit langit kamar, batin Estelle bertanya tanya. Benarkah dia mencintainya.

Ingatannya kembali pada tiga bulan lalu .

Suara gemuruh tepuk tangan yang terdengar dari dalam aula yang ditujukan pada seorang gadis di atas sana, gaun putih yang sangat pas dengan lekukan tubuhnya, rambut yang tergerai begitu indah, dia sedang duduk di depan sebuah piano, dengan lihai jari jemarinya mulai memainkan tuts hitam putih itu.

Seseorang yang duduk di sebuah kursi paling belakang, dengan senyum yang tak berhenti terlukis dari wajah maskulinnya, cantik.

"Aaaaaahhh, cantik sekali, sungguh cantik" gumam wanita itu, dengan senyuman yang terlihat sungguh menawan.

Waktu terus berjalan, pertunjukan telah selesai, Estelle membungkukkan tubuhnya, sebelum menghilang dibalik tirai hitam panggung itu.

Dia berjalan menuju sebuah ruangan, keringatnya sudah membasahi pelipisnya.

Tiba tiba seseorang memberikan sebotol air mineral dan selembar tissue padanya, dia wanita tadi.

"Anda siapa?" Tanya Estelle dengan wajah kebingungannya.

"Carina Auristella"

"Lalu, ada keperluan apa?"

"Tidak ada, aku hanya mengagumimu" senyuman yang terlihat menawan, Estelle bahkan merasa kagum melihatnya.

"Setiap lagu yang kamu bawakan, aku menyukainya, maukah kamu datang kerumahku?" Tanpa basa basi, wanita itu menawarkan Estelle untuk kerumahnya.

"Saya tidak begitu mengenal anda, maaf, saya tidak bisa" namun Estelle menolaknya, rasa takut karena trauma masa kecilnya yang masih membekas di ingatannya, saat dia mengalami penculikan, waktu itu usianya masih tiga belas tahun.

"Kenapa kamu tidak mencobanya?"

"Soal?"

"Mengenalku" wanita itu lantas duduk, tatapannya masih memperhatikan Estelle yang kebingungan.

"Hahaha, ayolah El, kenapa kau takut, apa aku semenyeramkan itu?"

"M-maksud saya...."

"Sssstttt, ikut aku saja, aku tidak akan menggigitmu" tanpa basa basi, wanita itu menarik tangan Estelle keluar dari ruangan itu, mereka berjalan menuju basement, tempat dimana mobil Carina terparkir disana.

"Anda mau membawa saya kemana?, acaranya belum selesai" Estelle bertanya, kakinya terus melangkah mengikuti wanita yang menarik tangannya itu.

"Rumahku, bukankah kamu ingin mengenalku?"

"A-a t-tapi..."

"Estelle, jangan begitu formal, panggil saja kakak, aku tidak setua itu"

Mobil pun berhenti, tepat di depan sebuah rumah yang dikelilingi pagar yang menjulang tinggi, tampak begitu megah, lampu yang menerangi tiap sudut dari rumah itu, membuatnya terlihat semakin mewah.

"Ini rumah kakak?"

"Iya, bagaimana, nanti kamu akan tinggal disini"

"Maksudnya?"

"Haha, bukan apa apa, ayo masuk"

Pintu terbuka, seisi rumah itu mampu membuat Estelle merasa kagum, rumah yang begitu besar, namun dalamnya yang terlalu kosong, dinding tanpa hiasan, hanya sofa dengan warna yang tampak monoton.

"Kakak tinggal sendirian?"

"Iya" wanita itu meletakkan mantelnya.

"Tanpa siapapun?, bahkan seorang pembantu tidak ada"

"Aku mengurusnya sendiri"

Perhatian Estelle tertuju pada sebuah lemari kaca, yang didalamnya terpajang rapi sebuah kalung rantai, dia merasa heran, wanita itu benar benar aneh.

"Kakak punya peliharaan?"

"Iya, aku punya anjing, tapi sudah pergi"

"Maksudnya meninggal?"

Wanita itu hanya menggeleng, kembali membuat Estelle merasa penasaran.

"Kamu boleh tinggal disini, asal jangan ke ruangan yang di ujung sana, anggap saja ini rumahmu El"

Lagi dan lagi, wanita itu selalu sukses membuat Estelle bertanya tanya.

Satu hal yang ada dikepalanya, ada apa di ruangan itu?

I'm Under Your Spell [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt