7

4.7K 145 2
                                    

Ini sudah hari ke tiga Estelle tinggal di rumah Carina, sejak kejadian itu, dia memutuskan untuk tidak masuk sekolah, tentu saja, trauma itu masih ada.

Sementara di dalam kelas, Narnia seolah sedang memikirkan sesuatu, wajah cemas itu sudah tak bisa disembunyikan lagi.

"Kenapa Na?" Tanya salah satu siswa kelas itu, pada Narnia sambil menepuk pundaknya pelan.

"Estelle, kemana ya?"

"Dia ga masuk, katanya sakit"

Sebenarnya, setiap hari Narnia mengunjungi rumah Estelle, namun pintu rumah itu tertutup rapat, tirai yang biasanya Estelle buka setiap pagi juga tertutup begitu saja.

Narnia jelas tidak tau, dimana keberadaan Estelle saat ini, andai dia tau gadis itu tengah berada di rumah Carina, mungkin dia akan merasa sangat marah. Cemburu, itu alasannya.

Carina sedang berjalan menuju kelas, dia akan mengajar mata pelajaran di kelas itu, bahasa inggris, sejenak wanita itu berdiri di balik pintu, sebelum akhirnya melangkah dan tatapan pertamanya tertuju pada Aurel yang duduk di bangku paling belakang.

Ucapan selamat pagi dia ucapkan, pelajaran pun dimulai, Carina tak berhenti menatap Aurel yang tentu saja tak sadar akan hal itu.

"Haruskah kita tunggu permainannya, atau kita mulai saja?" Batin Carina, yang selalu sukses membuat siapa saja bertanya tanya, tentang apa yang dipikirkan wanita itu.

Hari ini dia hanya bersikap biasa saja, tentang apa yang telah dilakukan Aurel tempo hari jelas sudah dilakukan penanganan oleh pihak sekolah.

*****

Estelle melangkahkan kakinya, perlahan menelusuri ruangan dimana terdapat banyak sekali buku buku itu, perhatiannya tertuju pada sebuah novel karya penulis terkenal di dunia.

Tangan gadis itu mengambil novel dari rak buku di depannya, sesuatu terjatuh, sebuah kaset yang terdapat di tengah tengah buku itu terjatuh ke lantai tepat di depan ujung kaki Estelle.

Gadis itu semakin penarasan, dia memungut benda itu dan membawanya kemeja lalu memasukkan ke dalam laptop, dan melihat isinya.

"Apa ini?" Mata Estelle terbelalak, di depan nya, tepat di layar itu sesuatu yang membuatnya sangat terkejut.

"Ini semua lagu yang pernah kubawakan" gadis itu terus menggeser kebawah, semua file di depan nya adalah lagu yang pernah dia bawakan sejak SMP dulu.

Kenapa Carina memilikinya?, mungkin saja perkataan tentang dia adalah pengagum Estelle sejak pertama kali mereka bertemu adalah benar.

Bukti di layar laptop itu sudah jelas, Carina telah mengenal Estelle sejak beberapa tahun yang lalu.

Estelle tersenyum, setetes air mata telah jatuh beriringan dengan lagu yang diputar itu, dia merasa terharu karena Carina begitu menghargai setiap lagu yang Estelle bawakan.

Gadis itu tertidur, tanpa terasa hari telah mulai petang, saat gadis itu terbangun, tubuhnya sudah berada di atas kasur, sejak kapan? Tentu saja Carina yang memindahkannya tanpa sepengetahuan Estelle.

"Sudah bangun?, aku sudah menyiapkan makan malam untukmu" suara itu terdengar dari Carina yang duduk tepat di pinggiran kasur.

Estelle segera bangun dan duduk di samping Carina, gadis itu menyandarkan kepalanya tepat di bahu wanita itu.

"Jadi, kakak sudah kenal aku sejak lama?" Pertanyaan itu sontak membuat Carina menoleh dan melihat Estelle yang memejamkan matanya.

"Iya" hanya jawaban itu yang Estelle dengar.

"Apakah penguntit yang selalu membuntutiku setiap malam itu kakak?"

Penguntit? Siapa dia? Seorang wanita seperti Carina jelas tidak akan melakukannya.

"Bukan, aku memang mengagumimu, tapi tidak akan melakukan hal yang mencoreng harga diriku El"

"Seperti?"

"Menguntitmu, mengagumimu lewat lagu yang kamu bawakan sudah cukup untuk sekarang"

Percakapan itu terlihat begitu tenang, Estelle sejenak merasakan kehadiran sosok ibu yang telah dia rindukan, semua bayang bayang itu ada dalam diri Carina.

"Aku keluar sebentar, kamu makanlah, lalu istirahat dan tunggu aku pulang" pamit Carina lalu pergi tanpa menunggu jawaban dari Estelle.

******

Pemandangan malam dari sudut kota itu memanglah bagus, lampu lampu yang menyala secara bergantian di gedung tinggi itu menambah keindahan kota di malam hari.

Angin yang terasa tak terlalu dingin, malam ini tak seperti biasanya, bulan masih tertidur dan belum menampakkan dirinya.

Seseorang dengan pakaian serba hitam, dengan topi dan sarung tangan yang dia kenakan, terlihat sangat mencurigakan.

Dia berjalan dengan santai tanpa memperhatikan apa yang orang lain pikirkan tentang penampilannya.

Kakinya terus melangkah menuju sebuah rumah besar dengan pagar yang menjulang tinggi, mungkin pemiliknya sangat takut akan maling yang bisa melompati pagar.

Seorang gadis tengah duduk dengan kaki yang ia letakkan di atas meja belajarnya, tangannya sedang asik bermain ponselnya, di dalam kamar itu, dia menyalakan musik dengan sangat kencang, asap rokok yang mengepul memenuhi ruangan itu. Dia Aurel.

'Dorrr'

Satu tembakan terdengar, bersamaan dengan jeritan wanita tua yang melihat suaminya terkapar dan bersimbah darah.

Aurel yang mendengar itu lantas keluar kamar dan mendapati ayahnya telah terkapar tak berdaya.

Tangis keluarga itu terdengar memekakkan telinga, menyayat hati bagi siapa saja yang mendengarnya, tapi tidak dengan seseorang yang tengah berdiri di rooftop rumah itu, dengan sebatang rokok yang terdapat di mulutnya.

Orang itu tersenyum, lalu melompat dan berjalan dengan santainya sambil memakai mantel hitam dan segera masuk ke dalam mobil lalu melajukannya dengan kencang.

"Permainan dimulai" batin orang itu, lalu menghilang setelah melaju dengan kecepatan tinggi.

I'm Under Your Spell [END]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum