6

5.3K 172 2
                                    

Entah kenapa, hari ini tak seperti biasanya, langit tampak mendung, berulang kali suara petir itu terdengar menyambar dengan liarnya.

Kejadian itu seolah menggambarkan kemarahan seseorang yang duduk dengan wajah muramnya, Narnia, gadis itu tengah duduk di pojok ruang kelasnya.

Sejak kejadian tadi, dia memutuskan pindah tempat duduk karena masih merasa kecewa pada Estelle.

Sebentar lagi jam istirahat akan tiba, Estelle merebahkan kepalanya, sejak pertengkarannya dengan Narnia tadi, dia merasa kehilangan semangat untuk melakukan apapun, bagaimanapun, Narnia adalah teman terbaiknya.

"Apa aku kerterlaluan ya?"  Batin Estelle sambil memejamkan matanya.

Bel istirahat berbunyi, beberapa siswa keluar untuk mengisi perut, sisanya entah kemana, hanya tersisa dia di dalam kelas yang masih memejamkan matanya, namum tentu saja dia tidak tidur.

"Oh jadi lo?" Suara yang terdengar dengan nada tinggi itu membuat Estelle tersentak kaget, dia segera bangun dan melihat siapa di sana.

"Kalian siapa ya?" Estelle memang tak begitu peduli dengan orang orang di sekitarnya, dia hanya peduli pada nilai karena itu satu satunya yang bisa menjamin sekolahnya.

Orang tuanya telah meninggal, ibunya pergi saat dia masih kecil dan harus dirawat ayahnya, namun naasnya, ayah Estelle meningga karena dibunuh orang seseorang yang sampai sekarang tak pernah diketahui siapa pelakunya.

Dia hanya tinggal sendirian di rumah tua itu, dengan sedikit bantuan dari paman dan bibinya untuk menunjang hidup sehari harinya, biaya sekolah dia usahakan dari mengejar prestasi akademik.

Kembali lagi, tanpa basa basi, beberapa orang itu menarik tangan Estelle dengan kasarnya, mereka membawa ke sebuah toilet siswa dan mengunci pintu, lalu dengan santainya mulai melakukan kekerasan pada Estelle.

Mereka menjambak rambut Estelle dan membenturkan kepalanya ke dinding, meninju wajahnya sampai darah segar menetes dari hidung gadis itu, namun itu tak menghentikan perbuatan mereka.

Satu hal yang belum Estelle tau, kenapa mereka melakukan semua itu padanya.

"Jadi lo, cewe yang jual mahal, dan nolak Narnia mentah mentah" ujar salah satu dari mereka yang terlihat seperti pemimpinnya.

"Inget ya, gue udah nahan perasaan gue sendiri, karena gue tau dia suka sama lo, dan sekarang lo bikin dia hancur"

"Jangan deketin Narnia lagi, dia punya gue" lanjut gadis itu dan segera pergi, meninggalkan Estelle yang sudah tak bertenaga itu dan mengunci pintu dari luar.

Di samping itu, Carina terlihat mencari Estelle, sedari tadi dia berjalan kesana kemari namun tak melihat Estelle, sampai getaran ponsel di saku nya menyadarkannya.

"Kak...tolong aku" dengan suara pelan, Estelle meminta Carina menolongnya, sampai akhirnya dia pingsan begitu saja.

Carina lantas berlari, dengan cepat dia menemukan Estelle melalui GPS yang telah dia pasang diam diam sebelumnya.

Carina berusaha membuka pintu itu, berhasil, terlihat Estelle duduk dengan badan bersandar pada dinding itu, seragam putihnya penuh darah, dia kehilangan kesadarannya.

Carina lantas menggendong gadis itu menuju ke tempat parkir dan memasukkan ke dalam mobilnya, tanpa pikir panjang, wanita itu melajukan mobilnya, dia sudah tidak peduli karena sejak tadi mereka berdua adalah pusat perhatian para siswa dan begitu juga guru.

"Halo pak, buatkan surat ijin untuk Estelle, keadaan dia sedang tidak baik baik saja dan saya membawanya kerumah sakit" saat seseorang di seberang telepon itu mengiyakan permintaan Carina, wanita itu mematikan teleponnya dan sesekali melirik Estelle yang masih belum sadarkan diri.

**********

"Keluarga Estelle" panggil seseorang yang berdiri di depan pintu dengan jas putihnya.

"Saya dok" Carina segera berdiri dan menghampirinya.

"Estelle telah sadarkan diri, silahkan" ujar dokter itu dan membiarkan Carina masuk.

Di dalam sana, Estelle telah duduk dengan tatapan kosongnya, dengan infus yang terpasang ditangannya.

Carina menghampiri Estelle tanpa sepatah katapun, dia langsung memeluk  gadis itu.

"Kaaaakkkkkk" dengan perlakuan itu, Estelle mulai menangis, dia membalas pelukan Carina.

"It's okay, you are safe with me" tangan Carina mengusap pelan puncak kepala Estelle.

Wanita itu melepaskan pelukannya, menghapus sisa air mata di kelopak mata Estelle dengan jari tangannya.

"Siapa yang melakukan ini?" Tanya Carina, wajahnya tampak begitu tenang, namun di dalam hatinya dia sangat marah karena gadis kesayangannya harus diperlakukan sekasar ini.

Estelle menggelengkan kepalanya, dia masih sedikit trauma dengan kejadian yang menimpanya tadi.

"Say it, Estelle" pinta Carina dengan tatapan meyakinkan.

"Dia bilang, Aurel dari kelas dua belas kak, aku bahkan ga kenal dia"

Mendengar jawaban itu, Carina mengepalkan kedua tangannya, tapi berusaha tak memperlihatkan sisi menakutkan yang dia sembunyikan agar Estelle tak menjauhinya.

'Cup' satu kecupan singkat mendarat di kening Estelle.

"Ga papa sayang, kalau ada apa apa, segera cerita ke kakak ya" ucap Carina yang di balas anggukan Estelle.

"let's see, what kind of game you will enjoy later Aurel" batin Carina, wanita itu seolah merencanakan sesuatu yang tak terduga.

I'm Under Your Spell [END]Where stories live. Discover now