08 ● Calon dari Oma

24 2 0
                                    

"Assalamualaikum, Sarah. Gimana kabar kalian di Jakarta? Cibubur lagi hujan ini."

Sarah tersenyum menahan tawa mendengar suara ibu mertuanya di seberang sana. Bukankah Cibubur juga masuk provinsi DKI Jakarta meskipun letaknya dekat ke Bekasi, Bogor, dan Depok? Atau, Ibu sudah merasa jadi orang Jawa Barat karena aktivitas dan usahanya lebih banyak wara-wiri di ketiga kota itu?

"Waalaikum salam, Bu. Alhamdulillah, kami di Pulomas sehat semua. Oh, Cibubur hujan? Di sini belum turun sama sekali, udah sebulan ini. Makanya panas terus."

"Banyakin doa supaya hujan turun, jangan lupa minum air putih, Sarah. Jakarta kalau udah panas banyak penyakit, dehidrasi, kulit kering, migrain, malahan sampai hat ... het, apa tuh?"

"Heatstroke, maksud Ibu?" Kening Sarah berkerut.

"Nah, iya itu betul! Lupa dari tadi mau ngomong itu. Ya ampun, mau ngomong bahasa Inggris malahan jadi gue yang eror."

Terdengar tawa renyah dari seberang sana. Perempuan itu menertawakan dirinya sendiri yang katanya sudah mulai pelupa. Sarah ikut tertawa berderai menuntaskan ganjalan yang sejak tadi ditahannya. Kapan lagi bisa menertawakan kelucuan ibu mertua kalau bukan di saat yang tepat? Sarah menepuk keningnya.

"Enggak kenapa, Bu. Masih lanjut les bahasa Inggrisnya?" tanyanya kemudian.

"Masih, dong, Sarah. Gimana Ibu enggak belajar, sekarang apa-apa pake bahasa itu. Tuh, pabrik besi aja sekarang manajernya orang bule. Belum lagi kalau ekspor biji plastik. Orang-orang Tiongkok butuh biji plastik buat benang polyster. Ibu enggak maulah dikibulin masalah harga dan kotrak kerja sama. Gini-gini Ibu jago masalah perhitungan keuangan."

"Iya, percaya banget. Kalau Ibu enggak jago, mana bisa usaha besi bekas sama pengolahan biji plastik bertahan sampai sekarang? Sarah mesti banyak belajar sama Ibu, nih."

"Udahlah, Sarah. Kamu enggak usah capek-capek usaha atau kerja keras. Cukup rawat si Firman sama cucu-cucu Ibu. Duit udah ngalir tuh. Kamu enggak terbiasa hidup susah dari muda. Kamu tinggal nikmati aja. Ibu enggak mau mantu-mantu Ibu yang perempuan semua itu kurang makan atau enggak keurus."

"Iya, Bu. Makasih banyak selama ini Ibu udah sayang banget sama kami-kami." Sarah tersenyum.

"Enggak kenapa, Sarah. Kalian tanggung jawab ibu juga. Allah kasih ibu kelebihan harta dan kesehatan tubuh karena doa kalian juga. Yang penting, jaga rumah tangga! Kalau ada masalah selesaiin baik-baik, jangan sampai rame kedengaran keluar, jaga kehormatan keluarga. Didik anak-anak, sekolahin mereka tinggi, tapi jangan sampai ninggalin kewajibannya sebagai muslim."

"Iya, Bu. Makasih wejangannya. Oh, ya. Kata papanya Vlo, usaha plastik bekas yang di Bekasi nambah lahan lagi ya, Bu?"

"Iya, ada lahan kosong yang dijual sama pemiliknya, mereka mau bagi waris. Gede sih, harganya. Tapi, kalau enggak dibeli sayang juga. Buat nambah gudang kiriman limbah plastik dari pengepul. Kan harus disortir juga. Lumayanlah, jadi nambah pendapatan juga. Mesin pencacah plastik juga udah ditambah dua unit."

"Semoga lancar terus ya, Bu."

"Aamiin. Sarah, Vlo gimana?"

"Vlo lagi di kampus, Bu. Dua hari lagi kayaknya udah praktik lagi di rumah sakit. Ada apa nanyain Vlo ke Sarah? Biasanya Ibu langsung telepon ke cucu cewek kesayangannya itu kalau kangen."

"Justru itu, Sarah. Ibu mau tanya kamu dulu. Si Vlo udah punya calon serius belum? Katanya kemaren denger-denger dia pacaran sama anak pengusaha yang suka nongol di tivi. Mereka baik-baik aja, kan?"

Sarah tertegun, Sepertinya ibu mertuanya tidak tahu apa-apa dan tidak pernah punya akun Tiktok, jadi tidak tahu perkembangan hubungan Sara dan Dimitri. Diam-diam perempuan itu bersyukur karena dia tidak ingin ibu mertuanya sedih. Oma Asmirah ingin sekali segera melihat Vlo menikah karena dua cucu laki-laki dari anak pertamanya belum ada yang siap menuju gerbang pernikahan.

VLO & DAVE  (T A M A T)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang