Prolog

282 21 1
                                    


Bee Meshyia, orang-orang di sekitar memanggilnya Bee, mungkin karna nama Meshyia terlalu sulit untuk di ucapkan dalam pelapalan sehari-hari.

Oke, Bee tak tinggal di panti. Ia punya ayah dan ibu, lengkap dengan dirinya sebagai anak tunggal. Bee memiliki beberapa orang teman, hanya seorang teman, tak lebih dan tak kurang. Ibunya sudah meninggal dunia ketika ia berjalan pertama kali dengan tertatih-tatih, sekitar satu tahun setelah ia lahir. Alasannya? Karna sangat ayah. Lelaki bajingan gila yang tega memukul istrinya karna parfum.

Ayahnya memiliki emosi yang tak stabil, arogan dan selalu mengunakan tangan. Masih segar dalam ingatan Bee, seperti apa sang ayah ketika marah. Selalu memukulnya dengan tongkat bisbol. Hanya sekali memang, tapi memarnya sampai beberapa minggu.

Entahlah, sang ayah tak memberinya apapun. Kasih sayang atau uang, keduanya tak pernah ia dapatkan. Mungkin satu tahun setelah ia lahir, ia masih memiliki kasih sayang dari sang ibu, setelahnya, hal itu tak pernah ia dapatkan kembali. Bee harus bekerja untuk kehidupannya, sang ayah? Bajingan itu malah memakai uang tabungannya untuk berjudi, taruhan dan membeli barang tak penting. Entah bagaimana sang ibu bisa berakhir menikah dengan pria seperti itu.

Dan kini, Bee sedang dalam kamarnya. Mengobati bagian depan kepala yang berdarah-darah akibat bola bisbol.

"Harusnya tadi aku ga keluar, " monolognya. Bee melihat cermin, meski sudah ia obati mengunakan cairan antiseptik dan betadine, lalu ia balut mengunakan kain kasa, tetap saja, darahnya masih keluar.

"Shh," desis Bee ketika merasakan pening. "Kayanya tadi mukul kekencengan deh," sambung Bee lalu gadis itu membaringkan diri di kasur, semoga saja ketika ia bangun lukanya segera mereda.

✧(。•̀ᴗ-)✧

Bee? Where stories live. Discover now