25

2.7K 119 5
                                    

"Saya terima nikah dan kawinnya Inara Pricilla dengan maskawin tersebut dibayat tunai"

"Bagaimana para saksi?"

"Sah"

"Sah"

"Alhamdulillah.."

Air mata yang sedari tadi ditahan akhirnya keluar juga. Air mata bahagia yang tidak bisa dibendung lagi. Inara tidak pernah menyangka bahwa hidupnya akan berakhir dengan laki laki yang usianya empat tahun lebih muda darinya. Memimpikannya saja tidak pernah tapi takdir berkata lain, keinginan sang kuasa sudah terjadi dan kebahagiaan Inara ternyata berada di laki laki yang sekarang telah resmi menjadi suaminya.

Perjalan yang mereka tempuh tentunya tidak mudah, banyak rintangan yang menghalangi mereka untuk sampai di titik ini. Tapi akhirnya perjuangan membuahkan hasil.

Apakah ini akhir yang bahagia? Jawabannya iya. Tapi apakah semua ini adalah akhir dari perjalanan mereka? Tentu saja bukan.

Lembar baru dengan cerita yang berbeda akan mengisi kehidupan keduanya. Akan ada banyak ujian yang datang. Sebaliknya akan ada kebahagiaan yang berlimpah jika keduanya berhasil melewati ujian tersebut.

Jika manusia di perbolehkan memilih. Inara mungkin akan memilih kehidupan yang bahagia tanpa masalah, dan tentunya itu tidak mungkin terjadi. Sebelum Davin mengucapkan ijab kabulnya dengan lancar Inara sempat khawatir tentang perjalanan rumah tangganya. Tapi ketika Inara sampai di depan Davin, semua kekhawatirannya hilang saat Davin membisikan sebuah janji padanya. Janji untuk selalu menggenggam tangan Inara apapun yang terjadi lalu detik berikutnya Davin mencium puncak kepala Inara lembut.

Pesta pernikahan mereka berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Acara yang di gelar di salah satu cafe yang bernuansa hutan pinus ini sangat cocok dalam konsep intimate yang diinginkan Inara. Tamu pun tidak terlalu banyak yang datang sesuai permintaan Inara yang hanya ingin mengundang keluarga dan kerabat dekat saja.

Inara dan Davin keduanya sudah seperti putri dan pangeran di negeri dongeng. Gaun pernikahan Inara sangat cocok dengan konsep pernikahan mereka yang santai. Tidak ada berdiri di pelaminan berjamjam seperti pernikahan orang lain. Inara dan Davin lebih menjamu tamu tamunya sendiri.

Kini acaranya sudah selesai Davin dan Inara sedang diantar kedua keluarga dan kerabat untuk pulang terlebih dahulu. Seolah kedua keluarga mengantar mereka ke kehidupan baru mereka. Inara kembali memeluk Ibu dan Ayahnya ini bukan perpisahan sesungguhnya ini hanya sebuah simbolis saja tapi Inara malah kembali menangis yang langsung di tegur ibu Nisa karena takut make up putrinya luntur.

Davin dan Inara tidak langsung pulang ke rumah mereka. Tapi mereka lebih memilih pulang ke salah satu hotel dekat acara pernikahan mereka berlangsung.

Inara langsung merebahkan diri di kasur begitu sampai tanpa melepaskan gaun pernikahannya. Davin yang melihat itu tersenyum dan berjalan ke arah Inara.

"Cape?"

"Lebih ke pegel sih"

"Mau di pijitin?" Tawar Davin tidak tega melihat Inara dia tau alasan istrinya itu pegal pegal adalah karena memakai heels seharian.

"Boleh" Jawab Inara sambil menumpukan kakinya ke arah Davin yang duduk di sebelahnya.

"Aww"

One Night Change ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang