15

7.7K 304 30
                                    

Hari ini Davin dan Inara benar benar membuat jadwal dating, dating layaknya orang biasa. Awalnya mereka akan pergi nonton tapi begitu sampai di bioskop tidak ada film seru. Davin menyarankan ke dufan tapi Inara menolak keras, karena itu terlalu kekanakan. Akhirnya berkat kemampuan bermain handphone Inara, mereka menemukan tempat dating yang cocok dan jarang di datangi oleh orang lain yaitu Musium. Katanya Museum Date itu akhir akhir ini lagi trend tapi masih untuk beberapa orang tertentu.

Davin memarkirkan mobilnya dengan santai. Kali ini Davin membawa mobil bukan motor kesayangannya. Sebenarnya alasan Davin lebih sering menggunakan motor pertama karena lebih cepat, kedua mobilnya sering di gunakan urusan kantor ya maklum aja ya kantor nya masih kecil jadi dia harus berkorban.

Jika di lihat dari segi manapun orang pasti tahu kalau Davin dan Inara itu sepasang kekasih. Mereka berdua nampak sangat romantis, keduanya sama sama menggunakan pakaian serba hitam padahal bukan di sengaja. Inara menggunakan dress hitam di bawah lutut sedangkan Davin dengan pakaian turtleneck hitam. Tangan mereka terus saja bergandengan sesekali Davin merangkul pinggang Inara seolah menandakan bahwa Inara miliknya.

"Vin?" Panggil Inara.

"Iya"

"Kamu sebenarnya suka seni nggak?"

"Ya kalo di tanya suka sih suka"

"Paham? I mean seni itu kan bukan cuman di liat tapi di nikmati. Kamu paham tentang menikmati arti dari seni seni yang di tuju pembuatnya?"

"Nggak hehe" Jawab Davin polos.

"Dihh, kalo gitu aku salah dateng ke sini sama kamu"

"Emang kamu sendiri juga paham?"

"Ya nggak lah, makanya kalo pergi ke museum jangan ajak kamu. Kalo gini kan susah aku nggak ngerti kamu juga nggak ngerti" Davin mengacak rambut Inara gemas dengan tingkah mereka sendiri di tambah omelan Inara yang ada benarnya juga.

"Ya nggak papa sayang, kamu itu nggak usah paham soal seni. Cukup pahami aku aja udah"

"Cuih gombal" Pergi meninggalkan Davin yang malah tertawa. Davin tau Inara sedang salting makanya dia pergi.

"Ko pipinya merah?" Kejar Davin.

"Siapa yang merah?"

"Salting ya?"

"Ini tuh blush on" Mata Inara masih tidak ingin melihat Davin. Matanya terus saja mencari sesuatu entah mencari apa. Sampai Davin menangkup seluruh wajahnya dengan tangan. Menggoyangkan ke kanan kiri seolah mengecek sesuatu.

"Perasaan tadi blush on nya nggak semerah ini" Ucap Davin dengan seriusnya masih meneliti wajah Inara. Bukannya berhenti pipi Inara malah tambah bersemu merah.

Cup~

Mata Inara terbuka lebar. Gila ini berondong maen cium aja mana di tempat umum lagi.

"Apa tuh?" Ucap Davin seolah tidak terjadi sesuatu, Davin bergerak ke salah satu lukisan besar. Inara sempat mencibir tapi kakinya mengikuti Davin.

Gambar yunani kuno terlihat jelas dalam  lukisan ini seseorang berdiri di puncak dengan berberapa orang lainnya. Sedangkan satu orang tengah memanjat puncak walaupun terlihat ada semacam duri disana. Bisa terlihat seseorang yang berdiri di atas itu seorang perempuan jika di lihat lebih jelas terdapat seperti mahkota kecil di kepalanya. Ekspresinya menunjukan kesedihan.

Davin Inara masih terpana dengan keindahan lukisan tersebut. Tidak terlihat jelas tapi setiap goresannya seperti mengandung makna yang dalam.

"Lukisan ini terinspirasi dari romeo dan juliet, semua orang melarang cinta mereka. Perbedaan kasta membuat mereka berdua berbeda di mata orang orang. Takdir Juliet disini ada di tangan sang pria, jika dia tidak bergegas Juliet mungkin akan dinikahi orang lain." Ucap seseorang yang baru saja tiba di antara Davin dan Inara. Laki laki paruh baya itu tersenyum menjelas arti dari lukisan itu dengan semangat.

One Night Change ItWhere stories live. Discover now