#08

12.5K 414 21
                                    

"Jadi cowo yang di parkiran itu siapa?" Ucap Davin sambil menarik tubuh Inara mendekat kearahnya mengikis jarak diantara keduanya. Alis Inara terangkat memikirkan siapa orang yang di maksud Davin.

"Oh Zio?"

"Jadi namanya Zio"

"Kenapa emang?"

"Saingan aku ko banyak banget kemarin mas Arka sekarang Zio"

"Dih nggak ada urusannya kali" Ucap Inara cuek.

"Ck. Jangan deket deket dia lagi" Kali ini Davin memiringkan tubuhnya ke arah Inara.

"Nggak janji"

"Ra.. " Rengek Davin

"Iyaa..kaya anak kecil deh lo kalo kaya gitu"

"Kalo yang ini anak kecilnya beda, udah bisa bikin anak kecil lagi" Tangan Davin bergerak maju ke bagian atas perut Inara yang segera di tepis oleh Inara.

"Btw soal mas Arka gue udah bilang kalo lo nggak bisa bantu mas Arka sama mba Friska"

"Terus kata mas Arka gimana?"

"Dia cuman angguk aja, tenang lo nggak usah ribet mikirin cara jadi pelakor di antara mas Arka dan Mba Friska"

"Dih siapa juga yang mau jadi pelakor"

"Lo lah" Ucap Davin yang sedetik kemudian tatapannya berubah.

"Ko di kancingin lagi sih ra" Lanjutnya terheran saat Inara mulai kembali mengencingi bajunya.

"Ya masa gue telanjang dada terus di depan lo"

"Iya nggak papa gue seneng ko apa lagi kalo telanjang semuannya.

" Davin!!"

"Aww iya ampun raa" Inara menarii rambut Davin cukup keras membuat sangat empunya meringis kesakitan. Malam ini sepertinya akan menjadi malam yang panjang buat Inara apalagi Davin benar benar tidak ingin beranjak dari kamarnya. Sudah berbagai cara Inara lakukan untuk mengusir laki laki itu. Tapi mau bagaimana lagi akhirnya Inara terpaksa mengizinkan Davin untuk menginap di sini dengan syarat Davin tidur di lantai

Kalau tidak licik bukanlah Davin namanya. Awalnya dia memang mengikuti kemauan Inara untuk di lantai dengan alas selimut Inara tapi di baru berapa jam kemudian Davin diam diam naik ke atas tempat tidur Inara menyingkirkan guling yang semula Inara buat untuk jaga jaga. Davin tersenyum ketika melihat Inara yang tidur sangat nyenyak bahkan Inara tidak sadar ketika Davin diam diam menarik tubuhnya ke dalam pelukan laki laki itu.

Inara terbangun setelah mendengar suara nyaring secara terus menerus dia lupa untuk mematikan jam alarmnya padahal inikan weekend jika Inara tidak lupa Inara bisa tidur sampai siang nanti. Bukan cuman itu lagi lagi Inara dikagetkan saat melihat tangan melingkar di perutnya lalu hembusan nafas di curuk lehernya. Pelan pelan Inara menengok ke arahnya, cukup lega ternyata itu Davin. Sebelumnya memang Inara sudah duga kalau laki laki itu pasti akan diam diam naik ke kasur dan tidur di sampingnya.

"Dasar nakal" Ucap Inara mencubit hidung Davin, jika sampai Davin kehabisan nafas gara gara Inara dia tidak peduli suruh siapa nakal.

Davin yang merasa tangannya kosong tiba tiba bangun, benar saja Inara sudah tidak ada disana. Davin mulai mencari Inara dengan mata masih terpejam. Dia tersenyum saat menemukan Inara tengah berdiri dengan alis berkerut di depan dapur, sepertinya Inara sedang berpikir tapi menurut Davin Inara sangatlah lucu. Buru Davin berjalan ke arah Inara dan kembali mengungkung tubuh perempuan itu dari belakang.

"Nggak usah peluk peluk deh" Melepaskan tangan Davin yang langsung di jawab cibiran oleh laki laki itu.

"Dih kemarin di peluk sepanjang malem nggak protes" Inara hanya merespon dengan mata yang ia putar sambil kembali menyeruput coklat panasnya.

One Night Change ItWhere stories live. Discover now